Credit Union : Tentang Sebuah Pinjaman dan Martabat yang Kembali

Crredit Union, CU, Dayak, debt collector, pinjaman produktif, investasi, Di Tengah Dunia yang Serakah, CU Menjadi Tempat Berteduh

 

Credit Union : Tentang sebuah pinjaman dan martabat yang kembali. Ist.
Credit Union : Tentang sebuah pinjaman dan martabat yang kembali. Ist.

Di tengah zaman ketika utang kerap menjadi jerat dan konsumsi dijadikan ukuran keberhasilan, Kredit Union (CU) menawarkan jalan sunyi yang berbeda: pinjaman bukan untuk foya-foya, melainkan untuk hidup yang lebih bermakna. 

🌍 DAYAK TODAY  | JANGKANG: Di balik setiap permohonan pinjaman, bukan hanya angka yang dinilai, tetapi niat dan integritas.

Di sinilah martabat yang sempat hilang perlahan dipulihkan. Bukan lewat jumlah rupiah, melainkan lewat kepercayaan yang diberikan dan tanggung jawab yang ditunaikan.

Di pagi jelang siang yang tidak terburu-buru. 

Seorang lelaki datang ke kantor CU. Bajunya sederhana. Celananya tambalan di sana-sini. 

Baca Kampus Ikopin Luncurkan Buku "100 Imajinasi Koperasi"

Di tangan, ia membawa map plastik lusuh. Di dalamnya, bukan proposal bisnis modern yang menjanjikan puluhan persen return of investment, melainkan rencana kecil. Ia berencana membangun perkebunan duren. Aneka-jenis. Mulai dari montong, bawor, duren kulit hitam, hingga musang king.

Tak ada angka-angka mencolok. Tak ada analisis pasar. Hanya catatan tangan, sedikit coretan, dan cerita. Cerita tentang pengangguran, tentang anak yang harus tetap sekolah, dan tentang harapan yang belum padam meski rambutnya mulai memutih.

Petugas CU tidak membaca proposal itu dengan mata pengusaha, tetapi dengan mata seorang tetangga yang tahu: kadang mimpi tak perlu dikapitalisasi, cukup diberi ruang untuk tumbuh. Ia mendengarkan dengan sabar, karena CU bukan tempat menghitung untung rugi semata, melainkan tempat mengukur niat dan ketulusan.

Dan karena lelaki itu jujur, pinjaman pun disetujui. Tanpa bunga mencekik. Tanpa jaminan rumah atau surat kendaraan. Jaminannya adalah: ia sendiri. Integritasnya. Rekam jejaknya sebagai anggota. Komitmennya untuk bertumbuh bersama.

Baca Credit Union (CU) Lembaga sekaligus Literasi Keuangan Orang Dayak

Empat tahun kemudian. Perkebunan itu membuahkan hasil: alpukat, duren, dan juga ada pinang unggul. 

Di antara 100 anggota CU yang kredit, minjam di CU, hanya 3 orang yang seret cicilan pinjamannya. Tingkat sangat kecilnya kredit macet di CU bukan karena anggotanya semua kaya. Tapi karena mereka sadar: ini bukan uang gratis. Ini adalah kepercayaan yang dipinjamkan. Maka tak ada yang main-main. Bahkan jika harus mengangsur pelan-pelan, mereka tetap mengangsur dengan hormat.

Di dalam areal perkebunan itu ada semangat yang mulai menyala kembali. Ia berkebun bukan hanya dengan tangan, tapi juga dengan hati. 

Karena ia tahu, yang belum digarap bukan hanya kebun, tapi juga kehidupan yang perlu dibangunkan. Dan kini hidup itu menghidupi bukan diri dan keluarga, juga komunitas, dan matarantai lainnya.

Bukan Pinjaman untuk Konsumsi, Tapi untuk Produksi

CU berbeda dari lembaga keuangan lain yang sering kali mendorong anggotanya untuk berutang demi gaya hidup: gawai terbaru, kendaraan kredit, pesta pernikahan mewah, atau liburan yang hanya memperpanjang cicilan. 

Di CU, pinjaman hampir selalu berawal dari saepatah kata ini: kebutuhan.

Mengapa? Sebab kebutuhan berbeda dengan keinginan!

Jika bukan untuk membuka bengkel, maka untuk membeli mesin jahit. Jika bukan untuk membeli alat pertanian, maka untuk menyambung biaya kuliah anaknya. Jika bukan untuk menyekolahkan anak, maka untuk biaya pengobatan istri yang sakit. Dan semua itu adalah investasi: pada masa depan, pada kehidupan, pada harapan.

Baca Dayak: Suku Bangsa Jujur dan Tepercaya

Karena itu, angka kredit macet di CU cenderung rendah. Sebuah CU kredit macetnya 3% - 5%. Rata-rata di bawah 7%. Artinya, di antara 100 anggota CU yang kredit, minjam di CU, hanya 3 orang yang seret cicilan pinjamannya. 

Tingkat sangat kecilnya kredit macet di CU bukan karena anggotanya semua kaya. Tapi karena mereka sadar: ini bukan uang gratis. Ini adalah kepercayaan yang dipinjamkan. Maka tak ada yang main-main. Bahkan jika harus mengangsur pelan-pelan, mereka tetap mengangsur dengan hormat.

Dan di sinilah CU memainkan peran pendidikannya yang paling penting: membentuk etika baru tentang utang, melalui slogan sederhana namun dalam maknanya:Tepat waktu, tepat jumlah.

Slogan ini bukan sekadar pengingat administratif, melainkan pendidikan karakter finansial. Suatu mentalitas yang menekankan tanggung jawab. Bukan hanya pada uang, tetapi pada sesama. Sebuah kebiasaan baru yang diam-diam membangun peradaban baru: jujur, tertib, dan saling menjaga.

Dari Modal ke Martabat

CU tak hanya memberi modal. Ia mengembalikan martabat. Seseorang yang tadinya merasa kecil, dianggap tak layak oleh bank, bisa bangkit kembali. Bisa berdiri dan berkata: "Saya bisa." 

Di sinilah letak transformasi sosial CU. Ia bukan hanya lembaga keuangan, tapi lembaga pemulihan.

Baca Kepercayaan adalah Modal Dasar Credit Union

Dalam banyak kasus, CU memperlihatkan bahwa modal sejati bukan uang. Modal sejati adalah tekad, kepercayaan, dan jejaring sesama. 

Maka ketika seseorang dipercaya, ia pun belajar untuk bertanggung jawab. Ia belajar membayar bukan karena takut ditagih, tapi karena ingin menjaga harga diri.

Di Tengah Dunia yang Serakah, CU Menjadi Tempat Berteduh

Di zaman yang gila akan konsumsi, ketika segala sesuatu bisa dicicil dan utang menjadi jebakan, CU mengembalikan fungsi asli pinjaman: sebagai jembatan. Jembatan menuju produktivitas. Menuju pendidikan. Menuju kesehatan yang layak. Menuju kehidupan yang lebih berdaulat.

CU tidak menjadikan utang sebagai alat penaklukan. Tapi sebagai sarana pembebasan. Karena di balik setiap formulir pinjaman, ada wajah-wajah yang ingin bangkit. Bukan untuk membeli, tapi untuk mencipta. Bukan untuk pamer, tapi untuk bertahan.

Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah

Dan di desa itu, lelaki tambal celana tadi kini bisa tersenyum. Ia bukan orang kaya. Tapi ia punya usaha yang menjanjikan. Ia punya pekerjaan. Ia punya martabat. 

Dan yang paling penting: ia bisa tidur nyenyak. Sebab ia tahu, tidak ada debt collector yang akan mengetuk pintunya, hanya karena ia pernah bermimpi.

CU bekerja dalam diam. Tapi di balik tenangnya, ia sedang mengubah dunia.

Satu orang. Satu keluarga. Satu mata-usaha. Satu komunitas. Satu kampung. Satu desa. Dengan satu slogan yang sederhana tapi revolusioner: “Jika meminjam, dikembalikan: tepat waktu, tepat jumlah.”

Dan dari situlah, kepercayaan berputar. Seperti roda sepeda: tenang, tapi terus bergerak.

-- Masri Sareb Putra, M.A.


LihatTutupKomentar