Dr. Stefanus Masiun pada Studium Generale Ikopin: Contoh Best Practice Koperasi yang Patut Diteladan dan Diterapkan
Dr. Stefanus Masiun. Ist. |
Dr. Stefanus Masiun tampil sebagai narasumber tunggal dalam Studium Generale di Ikopin University, Rabu (17/7/2025).
JATINANGOR DAYAK TODAY: Dalam forum akademik bergengsi ini, Masiun membawakan refleksi mendalam tentang perjalanan dan strategi Credit Union (CU) Keling Kumang, koperasi dari pedalaman Kalimantan Barat yang kini diakui sebagai model transformasi sosial-ekonomi berbasis komunitas.
CU Keling Kumang diangkat sebagai studi kasus utama dalam kuliah umum bertajuk “Membangun Peradaban dari Pedalaman: Refleksi dan Strategi Credit Union Keling Kumang dalam Menopang Transformasi Sosial-Ekonomi.”
Kehadiran Rektor Institut Teknologi Keling Kumang, Ketua Pengurus CU Keling Kumang, dan Ketua Pengurus Puskhat disambut antusias oleh sivitas akademika, dari kalangan guru besar, dosen, hingga mahasiswa Ikopin.
Dalam paparannya, Dr. Masiun menekankan pentingnya membangun kemandirian ekonomi berbasis nilai-nilai lokal. “Kami tidak sekadar membangun koperasi, tetapi membangun peradaban dari akar rumput,” tegasnya.
Studium Generale ini dimoderatori oleh Dr. Ery Supriyadi R., Ir., M.T., dan berlangsung dalam suasana hangat, hidup, dan interaktif. Diskusi yang mengalir penuh semangat memperlihatkan bagaimana gagasan dari pedalaman Kalimantan dapat memberi ilham bagi kebijakan nasional.
CU Keling Kumang, yang kini melayani lebih dari 200 ribu anggota di wilayah Kalimantan Barat, terbukti menjadi kekuatan perubahan yang lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat. Model ini dianggap relevan di tengah upaya merancang sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dari Ruang 4x4 Meter Menuju Jaringan Lintas Kalimantan
CU Keling Kumang didirikan oleh 26 orang dengan aset awal Rp 8,4 juta, hanya memiliki satu staf, tujuh pengurus, dan tiga pengawas, serta berkantor di ruangan sempit berukuran 4 x 4 meter. Namun dari ruang kecil inilah lahir gerakan besar yang membangun kemandirian ekonomi masyarakat Dayak.
Kini, CU Keling Kumang dikenal luas sebagai koperasi berbasis nilai budaya yang mendorong transformasi sosial melalui literasi keuangan, pembentukan ekosistem ekonomi komunitas, dan pendampingan yang intensif kepada anggotanya.
Masiun menyebut koperasi ini bukan sekadar alat transaksi keuangan, tetapi sarana membangun peradaban rakyat di akar rumput.
“Fokus kami adalah menciptakan sistem yang berpihak kepada anggota, membangun kepercayaan dari bawah, dan menggunakan nilai-nilai lokal sebagai fondasi,” ujarnya di hadapan sivitas akademika Ikopin.
Model Koperasi Relevan di Tengah Krisis Kepercayaan
Rektor Ikopin University, Prof. Dr. Agus Pakpahan, menyambut hangat kehadiran Masiun. Menurutnya, CU Keling Kumang adalah contoh koperasi rakyat yang berhasil, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan kultural.
“Ini best practice koperasi yang bisa diterapkan di banyak daerah lain, termasuk Tatar Sunda,” ujarnya.
Studium Generale yang dimoderatori oleh Dr. Ery Supriyadi R., Ir., M.T. berlangsung hangat dan interaktif.
Moderator, narasumber, dan floor Studium Generale yang antusias. |
Pertanyaan-pertanyaan kritis mengalir dari para dosen, mahasiswa, hingga anggota senat universitas. Diskusi berjalan dalam suasana santai namun tajam, memperkaya perspektif peserta terhadap model koperasi alternatif.
Sivitas akademika menyambut kisah sukses CU Keling Kumang sebagai contoh penting dalam merumuskan ulang arah gerakan koperasi nasional, terutama di tengah krisis kepercayaan terhadap lembaga ekonomi rakyat.
“Ini bukan sekadar cerita sukses dari pedalaman Kalimantan Barat. Ini bukti bahwa koperasi yang dikelola dengan visi, nilai lokal da kejujuran serta sistem yang berpihak, bisa membangun kesejahteraaan masyarakat luas,” tegas Pakpahan.
-- Rangkaya Bada