Jejak Migrasi Suku Iban dan Lun Dayeh: Dari Borneo ke Dunia

Migrasi suku bangsa Iban dalam tiga musim.
Yang benar migrasi itu dari Bornoe ke luar seperti Iban dan Lundayeh. Google map/penulis.

Migrasi suku bangsa Iban dan Lun Dayeh menjadi bukti bahwa mereka yang keluar wilayah klan, bukan orang luar yang masuk tanah mereka. 

Fenomena migrasi rumpun Dayak ini menantang pandangan umum yang sering menganggap bahwa migrasi selalu berasal dari luar ke dalam. Sebaliknya, sejarah menunjukkan bahwa pergerakan manusia di Borneo lebih kompleks dan melibatkan perpindahan dari dalam ke luar wilayah. 

Asal Usul dan Makna Tampun Juah bagi Suku Iban

Tampun Juah, terletak di Segumon, Sekayam Hulu, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dianggap sebagai tanah leluhur bagi suku Iban. Nama "Tampun Juah" berasal dari bahasa Dayak Bisomu, yang berarti 'menancapkan pohon Juah'. Menurut sejarah lisan, nama ini berawal dari hukuman adat terhadap pasangan yang melakukan pernikahan sedarah, di mana mereka diikat pada pohon Juah sebagai sanksi sosial .(ejournal.unibabwi.ac.id)

Sebagai tanah leluhur, Tampun Juah memiliki makna mendalam bagi suku Iban. Ia menjadi simbol identitas budaya, bahasa, dan hukum adat yang mengikat komunitas ini. Monumen seperti tiang sandung dan pedagi di lokasi ini memperkuat keyakinan bahwa Tampun Juah adalah pusat spiritual dan budaya bagi suku Iban .(ejournal.unibabwi.ac.id) 

Migrasi Iban: Dari Tampun Juah ke Dunia Luar

Migrasi suku Iban dari Tampun Juah ke luar wilayah leluhur mereka terjadi sejak abad ke-16. Dipicu oleh konflik suku dan kebutuhan akan lahan pertanian baru, mereka bergerak ke wilayah yang kini dikenal sebagai Sarawak, Malaysia. Proses migrasi ini tidak hanya melibatkan perpindahan fisik, tetapi juga penyebaran budaya, bahasa, dan tradisi mereka ke wilayah baru.

Pola migrasi ini menunjukkan bahwa suku Iban bukanlah kelompok yang terisolasi, melainkan bagian dari jaringan migrasi yang lebih luas di Asia Tenggara. Mereka berinteraksi dengan berbagai kelompok etnis, termasuk suku Dayak lainnya, serta kelompok dari luar Borneo, memperkaya budaya dan identitas mereka melalui pertukaran sosial dan budaya.

Lun Dayeh: Jejak Migrasi dari Borneo ke Sabah dan Sarawak

Suku Lun Dayeh, juga dikenal sebagai Lun Bawang, berasal dari dataran tinggi Kalimantan Utara, khususnya daerah Krayan, Malinau, dan Mentarang. Mereka memiliki hubungan erat dengan suku Kelabit di wilayah yang kini menjadi bagian dari Malaysia. Menurut teori, Apo Duat, yang mencakup wilayah Krayan dan Kelabit Highlands, adalah tanah leluhur bersama bagi kedua suku ini.

Seiring waktu, suku Lun Dayeh melakukan migrasi ke wilayah lain di Borneo, termasuk Sabah dan Sarawak. Perpindahan ini sering kali dipicu oleh tekanan sosial, ekonomi, atau konflik dengan kelompok lain. Mereka membawa serta budaya, bahasa, dan tradisi mereka, yang kemudian berasimilasi dengan budaya lokal di tempat-tempat baru.

Menyusun Sejarah: Antara Fakta, Interpretasi, dan Bias Penulis

Menulis sejarah tidak hanya tentang mengumpulkan fakta, tetapi juga tentang bagaimana fakta tersebut diinterpretasikan. Setiap penulis membawa perspektif dan bias pribadi yang mempengaruhi cara mereka menyusun narasi sejarah. Proses ini disebut sebagai "fusion of horizons", di mana penulis menggabungkan pemahaman mereka dengan konteks sejarah yang ada untuk menghasilkan narasi yang koheren.

Dalam konteks migrasi suku Iban dan Lun Dayeh, penulis harus berhati-hati dalam memilih dan menyusun fakta agar tidak terjebak dalam bias yang dapat mengubah pemahaman sejarah. Hal ini penting untuk memastikan bahwa narasi yang dihasilkan mencerminkan realitas sejarah yang akurat dan tidak dipengaruhi oleh pandangan atau kepentingan tertentu.

Iban dan Lundayeh kelompok Dayak dinamis dan adaptif.

Migrasi suku Iban dan Lun Dayeh dari wilayah leluhur mereka di Borneo ke berbagai tempat di Asia Tenggara menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok yang dinamis dan adaptif. 

Pola migrasi ini menantang pandangan tradisional yang menganggap bahwa pergerakan manusia selalu berasal dari luar ke dalam. Sebaliknya, sejarah mereka menunjukkan bahwa pergerakan juga dapat terjadi dari dalam ke luar, memperkaya budaya dan identitas mereka melalui interaksi dengan berbagai kelompok etnis dan budaya.

Dalam menulis sejarah migrasi ini, penting bagi penulis untuk mengakui adanya bias dan interpretasi pribadi yang dapat mempengaruhi narasi yang dihasilkan. 

Dengan kesadaran ini, kita dapat lebih memahami dan menghargai kompleksitas sejarah migrasi suku Iban dan Lun Dayeh, serta kontribusi mereka terhadap keragaman budaya di Asia Tenggara.

Penulis Masri Sareb Putra

0 Comments

Type above and press Enter to search.