Panjat tanpa Tebang Pinang: Tradisi 17 Agustusan yang Ramah Lingkungan

Panjat tanta Tebang Pinang
Petrus Gunarso dengan ivonasi: panjat tanpa tebang pinang.

Panjat pinang tanpa tebang pohon? Bisa! Simak inovasi tiang besi untuk lomba Agustusan yang seru, kreatif, dan ramah lingkungan bagi generasi muda.

Setiap tanggal 17 Agustus, gemuruh lomba panjat pinang selalu menjadi salah satu pemandangan paling dinanti di Indonesia. Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa berlomba menaklukkan batang tinggi untuk merebut hadiah di puncaknya. Namun, di balik kegembiraan itu, muncul pertanyaan sederhana tapi serius dari Petrus Gunarso, seorang pakar konservasi: “Bisakah orang Indonesia setiap 17 Agustusan panjat tanpa tebang pinang?”

Inovasi Tiang Besi Gantikan Pohon Pinang

Pertanyaan ini membuat banyak orang tersentak. Bayangkan, jika tiap RT membutuhkan satu batang pinang, berapa ribu pohon yang harus ditebang hanya untuk sehari perayaan? Di kota besar seperti Jakarta, pohon pinang yang didatangkan dari Sumatera bisa memenuhi kota—hanya untuk satu lomba! Hal ini tentu menimbulkan keprihatinan, karena penebangan pohon, walaupu  untuk tradisi, tetap berdampak pada lingkungan.

Tiang panjat keramaian 17 agustusan yang kreatif.
Tiang panjat keramaian 17 agustusan yang kreatif kreasi Petrus Gunarso.

Dari kegelisahan itu, Petrus memutuskan memulai langkah kecil namun signifikan. Di lingkungan RT tempat tinggalnya, ia menggagas lomba panjat pinang dengan cara baru: bukan pohon pinang yang ditebang, melainkan tiang besi yang dapat dipakai berulang kali. Tiang ini kokoh, aman, dan fleksibel untuk dipasang di lapangan, halaman sekolah, atau ruang terbuka lain.

“Tahun ini kami coba pertama kali. Tahun depan dan seterusnya tiang ini masih bisa dipakai lagi,” ujar Petrus. Ide sederhana ini ternyata membawa banyak keuntungan. Tradisi panjat pinang tetap hidup, lomba tetap meriah, dan hutan pinang tetap aman dari penebangan.

Konsep tiang besi juga memicu kreativitas peserta. Tali-tali tambahan, oli agar tiang lebih licin, dan hadiah yang digantung dengan kreatif membuat lomba tetap menantang dan aman. Anak-anak yang biasa memanjat pohon pinang kini belajar memanjat tiang besi dengan strategi dan keseimbangan yang lebih matang.

Selain itu, perubahan kecil ini memberi pelajaran penting tentang kesadaran lingkungan sejak dini. Anak-anak tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar menghargai alam. Mereka melihat bahwa tradisi tidak harus merusak pohon dan hutan, dan bahwa kreativitas bisa menjaga kelestarian alam sambil tetap merayakan kebersamaan.

Tradisi Tetap Seru, Alam Tetap Aman

Penerapan tiang besi juga memudahkan logistik. Selama ini, panitia lomba harus mencari pohon pinang yang cukup tinggi dan layak, mengangkutnya, menancapkannya, dan memastikan tidak membahayakan peserta. Dengan tiang besi, proses ini lebih cepat, aman, dan hemat biaya. Satu tiang bisa digunakan bertahun-tahun, sehingga biaya dan tenaga bisa dialihkan untuk hadiah atau kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

Respons warga pun positif. Banyak yang awalnya skeptis justru melihat manfaat langsungnya. “Awalnya saya pikir lomba bakal kehilangan keseruan karena pohonnya diganti besi,” kata seorang ibu yang biasa menyiapkan jajanan untuk peserta. “Tapi ternyata tetap seru, anak-anak tetap semangat, dan yang penting, pohon tetap aman.”

Langkah Petrus Gunarso ini mencerminkan semangat inovasi yang bisa diterapkan pada banyak tradisi lainnya. Tradisi tidak harus rigid atau menimbulkan kerusakan lingkungan. Dengan sedikit kreativitas dan keberanian mencoba hal baru, warisan budaya tetap lestari, generasi muda tetap terhibur, dan alam tetap dijaga.

Petrus menutup dengan pesan sederhana: “Tradisi itu penting, tapi alam lebih penting. Kalau kita bisa membuat tradisi lestari, kita memberi contoh untuk generasi berikutnya. Kita tetap bisa panjat pinang, tetap tertawa, tetap bersaing, tapi pohon tetap hidup.”

Sebuah ide sederhana, sebuah tiang besi, tapi dampaknya luar biasa. Tradisi tetap lestari, lomba tetap meriah, dan yang paling penting: hutan pinang tetap aman. 

Inovasi kecil ini bisa menjadi contoh nasional bahwa kreativitas dan kepedulian lingkungan bisa berjalan seiring dengan kegembiraan dan budaya bangsa.

X-5/Tim dayaktoday.com

0 Comments

Type above and press Enter to search.