Jujur dan Belarasa: Modal Dayak Membangun Ekonomi Berbasis Credit Union
Oleh Masri Sareb PutraJujur dan belarasa karakter utama Dayak sebagai modal berusaha dan membangun ekonomi berbasis Credit Union.
Hari ini, Credit Union tidak lagi gerakan kecil. Asetnya sudah mencapai setara 1 persen dari APBN Indonesia. Sebuah capaian yang mengejutkan, sekaligus membanggakan. Dari kampung-kampung Dayak di Borneo, lahir kekuatan ekonomi yang kini diakui secara nasional.
Setiap etnis di dunia membawa bekal sejarahnya
masing-masing.
Ada yang lahir dari tradisi perdagangan, ulet menekuni usaha
dari kecil, hingga akhirnya menguasai jalur distribusi global. Di Indonesia,
jejak etnis ini bisa ditemukan dari kios sederhana di desa, sampai pusat bisnis
di kota metropolitan. Mereka hidup dari kerja keras, ketekunan, dan naluri
bisnis yang kuat.
Ada pula etnis lain yang menjadikan hukum sebagai core,
atau bidang utama. Mereka mendalami pasal demi pasal, piawai dalam peradilan,
dan menguasai lembaga bantuan hukum serta advokasi. Nama mereka identik dengan
ruang sidang, dengan lobi politik, dengan dunia yang bertumpu pada aturan
hukum.
Dua contoh itu memberi gambaran, bahwa modal budaya dapat
menentukan arah masa depan suatu etnis.
Jujur dan Belarasa sebagai Identitas Dayak
Bagi Dayak, modal utama bukan sekadar keterampilan berdagang
atau kecerdikan menafsir pasal hukum. Modal yang mereka bawa jauh lebih
mendasar: kejujuran dan belarasa.
Kejujuran bukan teori, melainkan praktik hidup sehari-hari.
Kata-kata yang terucap harus sesuai dengan tindakan. Janji adalah hutang yang
harus ditunaikan. Dari situ tumbuh rasa percaya.
Namun, kejujuran tidak berjalan sendiri. Ia menyatu dengan
belarasa. Compassion, sikap yang membuat orang Dayak rela berbagi,
menolong tetangga, dan ikut menanggung beban bersama. Kebahagiaan, dalam
pandangan mereka, tidak pernah terasa lengkap bila hanya dinikmati seorang
diri.
Inilah DNA Dayak: jujur dan belarasa. Dua nilai yang tampak
sederhana, namun sesungguhnya amat berharga.
Credit Union sebagai Bukti Kolektif
Ketika nilai-nilai itu disalurkan dalam wadah modern,
lahirlah Credit Union. Bukan bank besar, bukan pula korporasi mentereng,
melainkan lembaga keuangan rakyat yang bertumpu pada rasa percaya.
Anggota menitipkan tabungan, meminjam dengan tanggung jawab,
lalu mengembalikan dengan disiplin. Sistem ini hanya bisa berjalan bila ada
fondasi kejujuran. Dan belarasa hadir ketika anggota yang lebih mampu menopang
yang sedang kesulitan.
Hari ini, Credit Union tidak lagi gerakan kecil. Asetnya
sudah mencapai setara 1 persen dari APBN Indonesia. Sebuah capaian yang
mengejutkan, sekaligus membanggakan. Dari kampung-kampung Dayak di Borneo,
lahir kekuatan ekonomi yang kini diakui secara nasional.
Jujur sebagai nilai universal dan modal berusaha
Dengan modal kejujuran dan belarasa, orang Dayak membuktikan bahwa nilai hidup bisa menjadi dasar ekonomi yang tangguh. Credit Union yang tumbuh di tengah komunitas bukan sekadar lembaga simpan-pinjam, melainkan ruang kebersamaan yang melahirkan rasa saling percaya. Di sinilah lahir kemakmuran yang tidak menyingkirkan siapa pun. Fakta ini mematahkan anggapan lama bahwa dalam perdagangan hanya yang licik yang dapat bertahan.
“Kami percaya kalau jujur, rezeki akan ikut datang,” ujar Langkui, seorang petani karet dan padi di Jangkang yang sudah 20 tahun menjadi anggota CU. Bagi Dayak, jujur bukan berarti kalah, justru menjadi pintu untuk membangun kesejahteraan yang berkelanjutan.
Kisah-kisah sederhana memperlihatkan bagaimana prinsip ini hidup di lapangan. Seorang anggota yang gagal panen karena banjir tidak ditinggalkan sendirian, melainkan ditolong sesama anggota agar bisa kembali menanam.
“Kalau ada yang jatuh, kami bantu bangun lagi. Besok kalau saya yang jatuh, pasti ada yang menolong juga,” kata Anastasia Sandai, anggota CU di Kembayan. Begitu pula seorang pedagang kecil yang semula ragu berutang akhirnya berani karena sistem CU terbukti transparan. Ia membayar cicilan dengan tenang, bahkan kemudian ikut menopang anggota lain yang kesulitan.
Dari pengalaman-pengalaman itu, terlihat jelas bahwa kejujuran dan belarasa bukan slogan, melainkan cara hidup yang mendatangkan keuntungan sekaligus memperkuat ikatan sosial.
Jalan Dayak ke Depan
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: mau ke mana Dayak setelah ini?
Jawabannya sederhana dan lempang: Dayak perlu fokus. Dengan memperkuat Credit
Union, Dayak meneguhkan jalan yang berbeda dari etnis lain.
Jika etnis tertentu dikenal menguasai perdagangan, dan etnis
lain unggul di bidang hukum, maka Dayak bisa menguasai dunia koperasi berbasis
kepercayaan. Bukan dengan tipu daya, bukan dengan manipulasi, tetapi dengan
modal paling manusiawi: jujur dan belarasa.
Kebangkitan Dayak sudah berlangsung. Kini tinggal meneguhkan
langkah. Bila konsisten menjaga kejujuran dan belarasa sebagai napas gerakan,
maka Dayak akan diperhitungkan bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di
dunia.
Jakarta, 10 September 2025
0 Comments