Kongres Internasional I Literasi Dayak
Yansen TP (kanan) dan Masri Sareb (kiri) Ketua dan Wakil Ketua WAG Literasi Dsayak. Ist. |
JAKARTA - dayaktoday.com: Gerakan literasi Dayak harus diperkuat sebagai upaya strategis dalam menjaga, mendokumentasikan, dan mengembangkan pengetahuan serta kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Di era digital dan globalisasi, ancaman terhadap budaya dan identitas Dayak semakin nyata, baik dari segi pergeseran nilai, dominasi budaya luar, maupun minimnya akses terhadap sumber daya literasi yang berakar pada tradisi sendiri.
Baca Adil ka’ Talino: Tracing the Meaning of "Adil ka' Talino, Bacuramin ka' Saruga, Basengat ka' Jubata"
Dengan memperkuat literasi, masyarakat Dayak dapat menjadi subjek aktif dalam menuliskan sejarahnya sendiri, mengartikulasikan pemikirannya, serta membangun narasi yang kuat tentang eksistensi dan perjuangan mereka di tengah perubahan zaman.
Gagasan dan Tujuan Kongres
Pada Kopdar bersama Dr. Yansen TP, Ketua WAG Literasi Dayak di Jakarta (26 Februari 2025), muncul ide besar. Kongres Internasional I Literasi Dayak digagas.
Kesepakatan untuk memperkuat gerakan literasi ini telah dicapai bersama oleh berbagai pihak yang peduli terhadap keberlanjutan kebudayaan Dayak.
Sebagai langkah konkret, sebuah kongres direncanakan akan berlangsung selama dua hari pada 16 Oktober 2025. Kongres ini diharapkan menjadi momentum penting untuk merumuskan strategi bersama, memperluas jaringan intelektual Dayak, serta melahirkan inisiatif nyata dalam mendukung produksi dan distribusi karya-karya literasi berbasis budaya Dayak.
Lokasi dan Fasilitas
Rumah Panjang Taman Kelempiau dipilih. Tapang Sambas, Sekadau, menjadi lokus. Tempat ini sangat bersejarah. Rumah panjang melambangkan kebersamaan. Tradisi Dayak hidup di sana. Bukan sekadar tempat berkumpul. Ini adalah simbol identitas. Literasi tumbuh dalam kearifan lokal. Setiap sudut menyimpan cerita. Semangat leluhur terasa nyata.
Berikut adalah rincian biaya yang diperlukan untuk rencana penyelenggaraan kongres literasi Dayak pada 16 Oktober 2025:
-
Konsumsi – Biaya makan per peserta ditetapkan sebesar Rp35.000 per porsi, mencakup makanan utama yang bergizi dan sesuai dengan selera lokal. Jumlah porsi akan disesuaikan dengan jumlah peserta yang hadir dalam acara tersebut.
-
Akomodasi – Terdapat dua pilihan kamar bagi peserta yang menginap:
- Kamar ber-AC dengan tarif Rp75.000 per orang per malam, menawarkan kenyamanan lebih bagi peserta yang membutuhkan lingkungan sejuk.
- Kamar non-AC dengan tarif Rp50.000 per orang per malam, sebagai opsi yang lebih terjangkau namun tetap nyaman.
-
Snack dan Kopi – Untuk menjaga energi peserta selama kongres, akan disediakan snack dan kopi dengan biaya Rp15.000 per orang per sesi snack. Jumlah sesi snack dapat disesuaikan dengan jadwal acara dan kebutuhan peserta.
-
Aula Pertemuan – Biaya sewa aula pertemuan ditetapkan sebesar Rp500.000, mencakup penggunaan ruangan utama untuk diskusi, presentasi, dan berbagai kegiatan kongres lainnya. Aula ini diharapkan mampu menampung seluruh peserta dengan fasilitas yang memadai untuk menunjang kelancaran acara.
Los, ruai, atau bagian dalam rumah panjang Taman Kelempiau. Dok. gambar: Munaldus.
Total biaya keseluruhan akan bergantung pada jumlah peserta dan durasi acara. Perencanaan yang matang diperlukan agar anggaran dapat dikelola secara efisien, sehingga kongres dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi gerakan literasi Dayak. dari Malaysia dan Brunei. Fasilitas lengkap sudah disiapkan. Kenyamanan peserta jadi prioritas.
Perpustakaan Dayak dan Masa Depan Literasi
Misi besar diusung. Perpustakaan Dayak didirikan. Peserta wajib bawa buku. Minimal tiga karya sendiri. Koleksi akan terus bertambah. Buku tentang Dayak dikumpulkan. Baik karya penulis Dayak. Juga buku bertema Dayak. Dari berbagai masa dikurasi. Ini langkah besar. Literasi harus dirawat bersama.
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah: Ini Bukti Ilmiah Uji-karbon 40.000 Tahun Silam
Banyak tujuan kongres ini. Mengukuhkan literasi Dayak. Di tingkat nasional dan internasional. Membangun jaringan luas. Literasi lintas negara diperkuat. Diskusi ilmiah diadakan. Sejarah dan budaya dibahas. Motivasi menulis ditingkatkan. Penerbitan buku didorong. Proyek dokumentasi dimulai. Semua elemen bersatu. Literasi Dayak harus lestari.
Semangat kolektif jadi kunci. Kongres ini momentum penting. Tonggak sejarah diciptakan. Identitas Dayak semakin kuat. Pengetahuan leluhur terus diwariskan. Literasi tidak boleh pudar. Ini perjuangan bersama. Masa depan harus disiapkan. Semua demi generasi mendatang. Kongres ini awal baru. Perjalanan literasi terus berlanjut.
WAG Literasi Dayak: Rumah Berkumpul Para Intelektual
WAG Literasi Dayak berkembang pesat. Anggotanya hampir 300 orang. Mereka datang dari berbagai latar. Ada penulis dan sastrawan. Ada munsyi dan akademisi. Juga cendekiawan serta pegiat literasi. Semua aktif berdiskusi. Mereka berbagi ilmu dan pengalaman.
Setiap hari ada interaksi. Topiknya selalu menarik. Seputar dunia literasi luas. Tidak hanya soal menulis. Juga membaca dan berpikir kritis. Literasi bukan sekadar aksara. Lebih dari sekadar kata-kata.
Literasi Dayak mengikuti perkembangan. Tidak hanya lokal, tetapi global. Prinsipnya seperti di Pertemuan Davos. Ada enam pilar literasi. Literasi baca-tulis utama. Disusul literasi numerasi penting lainnnya. Lalu ada literasi sains. Juga literasi finansial dan budaya. Ditambah literasi digital terkini.
Baca FILSAFAT DAYAK Usaha Rasional Memahami Penduduk Asli, Alam Semesta, dan Budaya Borneo Masa ke Masa
Semua ini dipahami bersama. Diterapkan dalam keseharian. WAG ini jadi wadah. Menjembatani literasi modern. Dengan kearifan lokal Dayak. Tradisi dan teknologi beriringan.
Membangun Identitas Dayak melalui Literasi
Diskusi bukan sekadar obrolan. Ini gerakan yang nyata. Literasi Dayak harus lestari. Harus terus berkembang maju. Identitas dijaga lewat tulisan. Pengetahuan diwariskan lewat buku.
Semangat di WAG terus menyala. Anggota semakin produktif. Karya-karya terus lahir. Menjadi bagian sejarah. Literasi bukan sekadar wacana. Ini perjuangan menjaga peradaban.
-- Masri Sareb Putra