FILSAFAT DAYAK Usaha Rasional Memahami Zat Tertinggi, Penduduk Asli, Alam Semesta, dan Budaya Borneo Masa ke Masa
ilustrasi by AI. |
JAKARTA- dayaktoday.com: Tim Peneliti Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau, bekerja sama dengan Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) dan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) yang terletak di Tanjung Malim, Perak, Malaysia, sedang dalam proses penulisan dan penerbitan buku berjudul Filsafat Dayak: Usaha Rasional Memahami Penduduk Asli, Alam Semesta, dan Budaya Borneo Masa ke Masa.
Para peneliti dan penulis yang tergabung dalam Tim Dayak Research Center – Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau terdiri atas:
- Prof. Tiwi Etika, Ph.D.
- Masri Sareb Putra, M.A.
- Dr. Louis Ringah Kanyan
- Dr. Patricia Ganing
- Albertus Imas, M.A.
- Alexander Mering, S.H.
- Dr. Wilson anak Ayub
Mereka merasa terpanggil karena hingga kini belum ada referensi khusus dan menyeluruh yang membahas Filsafat Dayak. Pentingnya memahami diri sendiri, yang dikenal sebagai "gnothi seauton", telah menjadi bagian penting sejak nenek moyang Dayak mendiami Gua Niah berdasarkan uji karbon yang menunjukkan keberadaan mereka sejak 40.000 tahun lalu.
Tonton habis Analisis Hermeneutika Dayak | Masri Sareb Putra & Albert Rufinus
Tim penulis ini terdiri dari para ahli dengan latar belakang keilmuan yang beragam namun saling melengkapi dalam kajian bahasa, makna, dan media.
-
Dua Pakar Semiotika (Dr. Louis Ringah Kanyan dan Dr. Patricia anak Ganing)
Para pakar ini memiliki keahlian dalam menganalisis tanda, simbol, dan sistem makna (semeion) dalam berbagai teks, baik lisan, tulisan, maupun visual. Dengan pendekatan semiotika, mereka mampu mengungkap lapisan-lapisan makna tersembunyi di balik narasi, budaya, dan komunikasi masyarakat. -
Satu Ahli Hermeneutika (Masri Sareb Putra, M.A.)
Keahliannya terletak pada penafsiran dan pemahaman teks, baik dari perspektif historis maupun filosofis. Dengan metodologi hermeneutika, ia mampu menggali makna (sensus plenior/ deep structure) yang lebih dalam dari suatu wacana, termasuk dalam konteks budaya dan keagamaan. -
Satu Ahli Linguistik (Albertus Imas, M.A.)
Memiliki keahlian dalam analisis bahasa, baik dari segi struktur, makna, maupun fungsi sosialnya. Dengan pendekatan linguistik, ia dapat menjelaskan bagaimana bahasa membentuk pemikiran, identitas, dan komunikasi dalam masyarakat. -
Satu Pakar Media (Webmaster) -- Alexander Mering
Menguasai teknologi digital dan strategi komunikasi berbasis media daring. Dengan keahliannya, ia bertanggung jawab dalam membangun, mengelola, dan mengoptimalkan platform digital agar gagasan yang dikembangkan tim dapat tersebar luas dan berdampak lebih besar. Seorang pakar Teologi Kontekstual dan Islamologi -- Dr. Wilson, M.Th. Dengan keahliannya, Wilson meneliti dan menulis apa yang oleh Calvin disebut "sensus Divinitas" dan seminarium verbi orang Dayak. Dar "sono"-nya, orang Dayak telah mengenal Zat Tertinggi yang mereka namakan "Jubata", Penompa, atau Ranying Hatalla Langit (Hatalla).
Seorang Profesor di bidang filsafat, yakni Prof. Tiwi Etika, Ph.D. Beliau ini bukan saya membaca dan meneliti seluruh teks, melainkan juga memberi Kata Pengantarnya.
Dengan kombinasi keahlian ini, tim mampu menghasilkan kajian yang kaya perspektif, berbasis metodologi yang kuat, serta didukung oleh media yang efektif dalam penyebarluasan ide dan informasi.
Memahami Hakikat Kehidupan Orang Dayak
Filsafat bukan sekadar bidang akademis yang membahas konsep abstrak tentang eksistensi dan pengetahuan, tetapi juga merupakan refleksi mendalam dari cara suatu masyarakat memahami dirinya sendiri, dunia, dan posisinya dalam semesta.
Dalam konteks ini, Filsafat Dayak hadir sebagai sebuah usaha rasional untuk memahami bagaimana masyarakat Dayak memandang kehidupan, alam, dan interaksi manusia dengan dunia sekitar.
Baca Dayak, Gua, dan Konsep Kosmologinya
Sebagai kelompok etnis asli Borneo yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, orang Dayak memiliki sistem pengetahuan dan filsafat yang diwariskan secara turun-temurun.
Filosofi Dayak mencerminkan keterikatan mendalam dengan alam serta pemahaman spiritual yang kaya akan nilai-nilai etika dan moralitas. Sayangnya, perspektif filosofis Dayak selama ini kurang mendapat perhatian dalam wacana akademik yang lebih luas.
Tim Dayak Research Center – Institut Teknologi Keling Kumang (ITT) Sekadau, yang terdiri dari Masri Sareb Putra, M.A., Dr. Louis Ringah Kanyan, Dr. Patricia Ganing, dan Alexander Mering, tengah menyusun sebuah buku komprehensif yang direncanakan terbit pada Mei 2025.
Buku ini bukan sekadar eksplorasi intelektual, tetapi juga sebuah upaya untuk mendokumentasikan dan mengembangkan pemikiran filosofis Dayak agar dapat diapresiasi dalam dunia akademik serta menjadi referensi bagi generasi mendatang.
Struktur Pemikiran dalam Filsafat Dayak
Buku Filsafat Dayak dibangun di atas enam bab utama yang mengupas berbagai aspek pemikiran orang Dayak, mulai dari konsep kosmologi hingga tantangan globalisasi di era modern.
Filsafat sebagai Landasan Hidup
Bab pertama membahas dasar-dasar filsafat Dayak, termasuk definisi dan pendekatan yang digunakan dalam kajian ini. Filsafat Dayak tidak hanya bersumber dari pemikiran rasional, tetapi juga dari tradisi lisan, pengalaman hidup, serta interaksi mendalam dengan alam dan komunitas.
Filsafat dalam kehidupan masyarakat Dayak memiliki peran penting dalam membentuk cara berpikir, mengambil keputusan, dan beradaptasi dengan dunia luar. Nilai-nilai adat yang kuat, sistem kepercayaan spiritual, serta sikap belarasa terhadap sesama merupakan pilar utama dalam struktur filosofis mereka.
Kosmologi dan Kehidupan: Keterhubungan mikro dan makro-kosmos
Orang Dayak memahami alam semesta sebagai satu kesatuan yang saling terkait. Dalam pandangan mereka, dunia fisik dan dunia spiritual bukanlah dua entitas yang terpisah, melainkan saling berkelindan dalam keseimbangan yang harmonis.
Baca Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo
Manusia dianggap sebagai bagian integral dari alam, bukan penguasanya. Praktik hidup sehari-hari mereka mencerminkan rasa hormat terhadap alam, termasuk dalam aktivitas pertanian, berburu, dan ritual adat.
Konsep keseimbangan (harmoni) dalam kehidupan menjadi prinsip utama. Ini bukan hanya tentang keseimbangan antara manusia dan alam, tetapi juga dalam aspek sosial, spiritual, dan budaya.
Etika dan Moralitas: Fondasi Nilai-Nilai Dayak
Bab ini menyoroti prinsip-prinsip moral yang mengatur kehidupan masyarakat Dayak. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan gotong royong menjadi pedoman dalam kehidupan sosial mereka.
Dalam budaya Dayak, konsep kebenaran dan keadilan tidak selalu sejalan dengan sistem hukum modern. Mereka memiliki mekanisme sendiri dalam menyelesaikan konflik melalui adat istiadat dan musyawarah komunitas.
Tanggung jawab sosial juga sangat ditekankan dalam filosofi Dayak. Setiap individu memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan dalam masyarakat, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan.
Epistemologi Dayak: Sumber Pengetahuan dan Kebijaksanaan
Pengetahuan dalam masyarakat Dayak diwariskan melalui cerita rakyat, pengalaman langsung, dan observasi terhadap alam. Generasi tua memainkan peran penting dalam mentransmisikan kebijaksanaan ini kepada generasi muda.
Orang Dayak tidak hanya memahami pengetahuan sebagai sesuatu yang bersifat statis, tetapi juga dinamis. Mereka terus belajar dari perubahan lingkungan dan beradaptasi dengan tantangan baru.
Konsep pembelajaran dalam komunitas Dayak tidak terbatas pada pendidikan formal, tetapi juga melalui interaksi sosial dan pengalaman hidup. Hal ini mencerminkan filosofi bahwa kebijaksanaan bukan sekadar akumulasi informasi, melainkan pemahaman mendalam yang diperoleh melalui pengalaman nyata.
Spiritualitas dan konsep kehidupan setelah mati (Sabayan)
Spiritualitas dalam masyarakat Dayak memiliki dimensi yang kompleks dan mendalam. Kepercayaan terhadap roh leluhur, hubungan dengan dunia spiritual, serta praktik ritual merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Baca Promotion of Professor at Universitas Tanjungpura
Upacara adat tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi spiritual, tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan sosial dan budaya. Ritual-ritual ini memperkuat hubungan antaranggota komunitas dan menjaga kesinambungan tradisi.
Konsep kehidupan yang berkelanjutan dalam filosofi Dayak juga mencakup tanggung jawab terhadap generasi mendatang. Mereka percaya bahwa tindakan manusia di dunia akan berdampak pada keberlanjutan kehidupan, baik dalam aspek sosial maupun ekologis.
Filsafat Dayak dalam konteks modern
Bab terakhir mengupas tantangan yang dihadapi filsafat Dayak di era globalisasi. Modernisasi membawa perubahan sosial dan budaya yang signifikan, tetapi filosofi Dayak tetap relevan dalam banyak aspek kehidupan.
Konsep keseimbangan dan keberlanjutan yang menjadi inti filsafat Dayak memiliki relevansi yang besar dalam isu-isu lingkungan global saat ini. Pandangan hidup mereka dapat memberikan wawasan bagi dunia modern dalam mengelola sumber daya alam secara bijaksana.
Sejarah Asal usul Dayak Berdasarkan Bukti Arkeologis
Selain itu, filsafat Dayak juga memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan inovasi modern, masyarakat Dayak dapat mempertahankan identitas budaya mereka sambil tetap berkembang dalam dunia yang terus berubah.
Mengangkat kembali kearifan kokal
Buku Filsafat Dayak bukan hanya sekadar dokumentasi akademis, tetapi juga sebuah gerakan intelektual untuk menggali dan mengangkat kembali kebijaksanaan lokal yang selama ini kurang mendapat tempat dalam kajian filsafat formal.
Orang Dayak telah terbukti mampu bertahan melewati berbagai zaman, dan filosofi mereka tetap hidup dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Dengan menerbitkan buku ini, diharapkan semakin banyak orang yang memahami dan menghargai kekayaan pemikiran Dayak serta kontribusinya terhadap peradaban dunia.
-- Masri Sareb Putra