Credit Union (CU) Lembaga sekaligus Literasi Keuangan Orang Dayak
Bagi orang Dayak, Credit Union (CU) telah berkembang menjadi lebih dari sekadar institusi keuangan. CU Keling Kumang dan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kredit gambar: Kris Lukas. |
PONTIANAK - DAYAKTODAY: Bagi orang Dayak, Credit Union (CU) telah berkembang menjadi lebih dari sekadar institusi keuangan.
CU telah menjadi bagian dari gaya hidup. sekaligus lembaga literasi finansial yang membentuk pola pikir serta perilaku ekonomi masyarakat Dayak.
CU berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggota melalui berbagai program pemberdayaan yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
Baca Dayak Hari Ini: Bangkit, Berdaya, dan Memimpin di Era Modern
Program-program ini meliputi pendidikan bagi calon anggota, pelatihan dasar, pendidikan kredit, serta pendampingan usaha produktif dan kelompok anggota. Semua kegiatan dirancang untuk memberdayakan anggota dan mendorong kemandirian ekonomi mereka.
RAT dan Spin out CU
Seperti halnya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di perusahaan besar, CU mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai forum demokratis bagi anggota untuk mengambil keputusan strategis demi masa depan lembaga dan komunitasnya.
Dalam RAT, laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik disampaikan secara transparan, memastikan akuntabilitas dan kepercayaan anggota terhadap pengelolaan dana. RAT juga menjadi wadah untuk merancang strategi besar ke depan, termasuk penetapan peta jalan (roadmap) jangka panjang dan penyusunan visi serta misi yang selaras dengan kebutuhan dan aspirasi anggota.
CU Keling Kumang misalnya, telah menetapkan roadmap jangka panjang yang mencakup berbagai inisiatif untuk menjawab tantangan zaman.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah spin-off, di mana CU mengembangkan unit-unit usaha baru yang berfokus pada sektor-sektor spesifik, seperti pertanian, perdagangan, dan jasa keuangan lainnya. Langkah ini memungkinkan CU untuk lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan ekonomi dan kebutuhan anggota, serta memperluas jangkauan layanan dan meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian lokal.
Baca Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo
Pertumbuhan CU Keling Kumang tercermin dari peningkatan jumlah anggota, ekspansi kantor pelayanan, dan peningkatan aset yang dikelola. Hal itu menunjukkan kepercayaan dan partisipasi aktif dari komunitas Dayak dalam mengembangkan ekonomi berbasis komunitas.
Peran CU di Kalimantan Barat telah terbukti signifikan dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai budaya lokal dan prinsip gotong royong, CU mampu memberdayakan anggota dan komunitas untuk mencapai kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Orang Dayak telah membuktikan bahwa mereka lebih CU-minded dibandingkan bank-minded. CU bukan hanya tempat menyimpan uang, tetapi juga sarana membangun komunitas berbasis kepercayaan, gotong royong, dan pemberdayaan ekonomi.
Beberapa CU yang telah mengakar kuat di Kalimantan, antara lain: Lantang Tipo, Pancur Kasih, Keling Kumang, Khatulistiwa Bhakti, Semarong, Pancur Solidaritas, Baharta, dan Betang Asih. Aset yang mereka kelola pun tidak main-main —mencapai angka Rp1 triliun hingga Rp4 triliun.
Setengah abad sudah CU bertumbuh bersama orang Dayak, membuktikan bahwa sistem keuangan berbasis komunitas ini lebih dari sekadar solusi ekonomi.
CU adalah ujud daya juang dan kecerdasan finansial Dayak dalam menghadapi arus kapitalisme yang sering kali tidak berpihak pada mereka. CU bukan hanya lembaga keuangan, tetapi juga simbol kemandirian dan kebangkitan ekonomi Dayak.
Credit Union: Dari Gotong Royong Menuju Kemandirian Ekonomi
Keberadaan Credit Union bagi orang Dayak bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Konsepnya berakar dari nilai-nilai budaya Dayak seperti gotong royong, kebersamaan, dan saling menolong dalam komunitas.
CU didirikan dengan semangat membantu anggota untuk lepas dari jerat rentenir, meningkatkan kesejahteraan, serta membangun ekonomi yang lebih mandiri dan berdaulat.
Dibandingkan dengan bank konvensional yang cenderung mempersulit akses kredit bagi masyarakat kecil, CU hadir sebagai solusi alternatif dengan sistem yang lebih fleksibel dan berbasis komunitas. Keuntungan yang diperoleh CU tidak jatuh ke tangan pemegang saham besar, melainkan dikembalikan ke anggota dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU), layanan sosial, serta program pengembangan komunitas.
Keanggotaan CU juga bersifat inklusif. Stiap orang bisa menjadi anggota tanpa memandang latar belakang ekonomi atau pendidikan, selama mereka bersedia mengikuti prinsip-prinsip dasar CU. Ini berbeda dengan perbankan konvensional yang lebih eksklusif dan berbasis profit.
Spin-Off dan Strategi Adaptasi: Menjawab Tantangan Zaman
Dunia terus berubah, dan CU tidak tinggal diam. Dalam menghadapi era digital dan tantangan ekonomi yang semakin kompleks, CU menerapkan berbagai strategi inovatif, salah satunya spin-off. Dengan strategi ini, CU tidak hanya fokus pada layanan simpan-pinjam, tetapi juga mulai merambah ke sektor lain seperti koperasi produksi, investasi berbasis komunitas, dan layanan keuangan digital.
Misalnya, CU Keling Kumang telah mengembangkan berbagai unit usaha yang tidak hanya menopang keberlanjutan organisasi tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi anggota. Diversifikasi usaha ini menjadi bukti bahwa CU mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tanpa kehilangan akar komunitasnya.
Selain itu, beberapa CU besar di Kalimantan juga telah mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan akses layanan bagi anggota. Aplikasi mobile banking, layanan transaksi online, hingga sistem pembayaran digital mulai diterapkan agar CU tetap relevan di tengah perkembangan ekonomi digital.
Dengan inovasi ini, CU tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin kuat dan berkembang. Kemandirian ekonomi yang dibangun oleh CU bukan sekadar mimpi, melainkan kenyataan yang terus diperjuangkan.
Orang Dayak dan Revolusi CU-Minded: Dari Konsumen Menjadi Pemilik
Salah satu keberhasilan terbesar CU adalah mengubah mindset orang Dayak dari sekadar konsumen menjadi pemilik aset dan pelaku ekonomi aktif. Jika dulu banyak orang Dayak bergantung pada perbankan konvensional yang sering kali tidak berpihak pada mereka, kini mereka menyadari bahwa CU adalah solusi yang lebih berpihak dan menguntungkan.
Keberhasilan CU ternyata dari beberapa fakta berikut:
- Pertumbuhan anggota yang terus meningkat, dengan jumlah mencapai ratusan ribu di berbagai daerah.
- Aset yang dikelola mencapai triliunan rupiah, menunjukkan bahwa CU bukan sekadar fenomena lokal tetapi telah menjadi kekuatan ekonomi nyata.
- Dampak sosial yang signifikan, di mana CU tidak hanya meningkatkan kesejahteraan anggotanya tetapi juga turut membangun infrastruktur sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan komunitas.
Bagi orang Dayak, CU bukan sekadar lembaga keuangan. Lebih dati itu, CU adalah gerakan sosial dan ekonomi yang membawa perubahan nyata. CU adalah bentuk "perlawanan" terhadap sistem ekonomi yang sering kali tidak berpihak pada masyarakat kecil, sekaligus strategi untuk memastikan bahwa orang Dayak menjadi tuan di tanah mereka sendiri.
Baca Promotion of Professor at Universitas Tanjungpura: Eusabinus Bunau Officially Becomes a Professor
Selama lebih dari setengah abad, CU telah membuktikan bahwa konsep keuangan berbasis komunitas bukanlah utopia. CU adalah bukti bahwa ketika suatu komunitas bersatu, mereka mampu menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan berpihak pada kepentingan bersama.
Credit Union bukan hanya sekadar lembaga keuangan. Ia adalah simbol kemandirian, keberdayaan, dan kebangkitan ekonomi Dayak.
Dengan prinsip gotong royong dan inovasi yang terus berkembang, CU membuktikan bahwa masyarakat dapat menciptakan sistem ekonomi yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi seluruh komunitas.
Ke depan, tantangan dan peluang bagi CU semakin besar. Dengan tetap menjaga nilai-nilai dasar sambil terus beradaptasi dengan zaman, CU akan terus menjadi pilar utama dalam membangun masa depan ekonomi orang Dayak yang lebih cerah, adil, dan berdaulat.
-- Masri Sareb Putra