Diaan, Fransiskus Dari Lung Linge Hatung Menuju Rumah Kepemimpinan Rakyat
Diaan, Fransiskus : Sumber gambar: Pontianak post |
Di hamparan hijau perbukitan Kapuas Hulu, nama Fransiskus Diaan bukan sekadar dikenal. Ia menjadi simbol transformasi pemimpin muda yang kembali ke akar, membawa harapan baru bagi masyarakat di ujung timur Kalimantan Barat.
Fransiskus Diaan, SH, MH—lahir di dusun Lung Linge Hatung, 14 Agustus 1981—adalah potret generasi Dayak yang menapaki jalan dari kampung terpencil hingga ke kursi Bupati Kapuas Hulu. Jalan panjang yang ia tempuh bukan sekadar cerita politik, melainkan kisah pengabdian dan perjuangan panjang membangun kampung halaman.
Putra daerah ini menempuh
pendidikan dasarnya di SD Negeri 19 Tanjung Karana, Mendalam (1987–1993), lalu
melanjutkan ke SMP Datah Kayaan, Mendalam (1993–1996). Semangat belajar
membawanya ke SMA Karya Budi, Putussibau (1997–2000), sebelum kemudian merantau
ke Pontianak dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum di Universitas
Tanjungpura (2000–2004). Pendidikan hukum menjadi fondasi awalnya untuk
memahami sistem pemerintahan, hukum, dan pelayanan publik—bekal yang kemudian
ia bawa dalam kepemimpinannya di kemudian hari.
Meski berlatar belakang hukum,
Fransiskus lebih dulu dikenal sebagai pengusaha muda. Ia menjabat sebagai
Direktur PT. Duta Daya Kalimantan (2008–2015), Komisaris Utama PT. Alam Lening
(2009–2015), serta Direktur Utama PT. Sumber Inti Sentosa (2011–2015). Dunia
usaha memberinya pengalaman strategis dalam mengelola sumber daya, memimpin
tim, serta menjalin kemitraan lintas sektor—modal penting saat ia memasuki
ranah pemerintahan.
Keputusan untuk berpolitik
diambilnya bukan karena ambisi, tetapi karena panggilan hati. Fransiskus sadar
bahwa perubahan besar bagi daerah tidak hanya datang dari luar, tetapi dari
dalam—dari anak negeri sendiri. Bergabung dengan PDI Perjuangan, ia dipercaya
menjabat Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Landak (2005–2010), dan
kemudian sebagai Bendahara DPD PDI Perjuangan Kalimantan Barat selama dua
periode (2010–2015 dan 2015–2020). Di sinilah ia belajar bagaimana partai
politik bekerja sebagai alat perjuangan rakyat, bukan sekadar kendaraan
kekuasaan.
Dalam upaya serius mempersiapkan diri menjadi pemimpin daerah, ia mengikuti Sekolah Partai Khusus Calon Kepala Daerah yang diselenggarakan oleh DPP PDI Perjuangan pada 2015 dan 2020. Pelatihan ini bukan hanya membentuk kemampuan teknokratisnya, tetapi juga memperdalam nilai-nilai ideologis tentang kerakyatan, keadilan sosial, dan semangat gotong royong—nilai-nilai yang tertanam dalam karakter orang Dayak dan menjadi prinsip dasar kepemimpinannya.
Puncaknya adalah saat Pilkada Serentak 2020. Fransiskus Diaan menggandeng Wahyudi Hidayat sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kapuas Hulu. Pasangan ini menang dengan perolehan 66.159 suara atau 45,10%, dan resmi dilantik pada 26 Februari 2021 oleh Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, di Balai Petitih, Pontianak. Fransiskus resmi menjadi Bupati Kapuas Hulu ke-13.
Sejak dilantik, ia langsung
tancap gas dengan mengusung visi Kapuas Hulu yang Harmonis, Energik, Berdaya
Saing, Amanah, dan Terampil (HEBAT). Fransiskus menjadikan percepatan
pembangunan infrastruktur dasar, penguatan birokrasi yang bersih dan
profesional, pelayanan sosial yang merata, serta pengembangan ekonomi lokal dan
SDM terampil sebagai prioritas utama. Ia meyakini, wilayah perbatasan seperti
Kapuas Hulu tidak boleh tertinggal. “Kita tidak hanya ingin menjadi penonton
pembangunan, tapi pelaku utama,” ujarnya dalam sebuah kesempatan.
Tak hanya dikenal sebagai
pemimpin visioner, Fransiskus juga dikenal dekat dengan masyarakat. Ia aktif
turun ke lapangan, menyapa warga, mendengar langsung keluhan mereka. Gaya
kepemimpinan yang membumi ini menjadi kekuatannya—ia tidak memimpin dari balik
meja, tapi dari tengah rakyat.
Sebagai suami dari Angeline
Fremalco, SH, dan ayah dari tiga anak, ia memahami pentingnya membangun masa
depan yang inklusif dan berkelanjutan. Kehidupan keluarga menjadi sumber
kekuatan, sekaligus pengingat bahwa setiap kebijakan harus memihak pada kepentingan
anak-anak dan generasi mendatang.
Kini, di tengah tantangan
global, tekanan ekonomi, dan dampak perubahan iklim yang nyata di Borneo,
Fransiskus Diaan membawa semangat baru dalam menata masa depan Kapuas Hulu. Ia
bukan hanya bupati, tetapi simbol kembalinya harapan masyarakat yang rindu akan
pemimpin yang tulus, cakap, dan berkomitmen.
Di Lung Linge Hatung, kampung
halamannya, orang-orang menyebutnya "anak yang kembali untuk
membangun." Di Kapuas Hulu, masyarakat mengenalnya sebagai pemimpin
yang bekerja, bukan hanya berbicara.
-- Masri Sareb Putra