Krisantus Kurniawan: Dari Nanga Sepauk ke Senayan Lalu Wagub Kalimantan Barat

Krisantus Kurniawan, Dayak, Mualang, PDIP, Kalimantan Barat, Senayan, Sepauk, Universitas Tanjungpura, Sanggau, Sintang,

Krisantus Kurniawan
Krisantus Kurniawan/FB.

🌍 DAYAK TODAY  | PONTIANAK : Krisantus Kurniawan adalah nama semakin akrab di telinga masyarakat Kalimantan Barat, terlebih sejak ia dilantik sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Barat periode 2025–2030. Namun, perjalanan panjang yang membawanya ke posisi tersebut bukanlah kisah instan. 


Ini adalah cerita tentang perjuangan, konsistensi, dan dedikasi seorang anak kampung yang meniti jalan dari tepian Sungai Sepauk hingga ke pusat pengambilan keputusan di provinsi yang luas dan beragam ini.

Baca Ingkong Ala — Dari Perbatasan Kalimantan Menuju Panggung Kepemimpinan Provinsi

Krisantus lahir pada 3 Juni 1969 di Nanga Sepauk, sebuah kampung kecil di Kabupaten Sintang. Ia tumbuh dalam lingkungan yang sederhana, dikelilingi oleh tradisi Dayak dan kehidupan masyarakat pedalaman yang sangat bergantung pada alam. Suasana desa dan nilai-nilai kearifan lokal membentuk karakter Krisantus sejak dini: rendah hati, tangguh, dan bersahaja.

Pendidikan dasar ia jalani di SD Negeri Nanga Sepauk pada tahun 1977 hingga 1982. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA Panca Setya di kota Sintang. 

Berpindah dari kampung ke kota kecil menjadi tantangan tersendiri bagi remaja Krisantus. Ia harus beradaptasi dengan kehidupan yang lebih kompleks, namun semangat belajarnya tidak luntur. Justru dari masa inilah Krisantus mulai mengenal dunia luar dan menyadari pentingnya pendidikan dalam mengubah nasib.

Keinginannya untuk menuntut ilmu lebih tinggi membawanya ke Universitas Terbuka Pontianak, tempat ia menyelesaikan pendidikan S-1 di bidang Ilmu Politik pada 2002. Sebuah pencapaian penting, apalagi dengan latar belakang kampung dan keterbatasan fasilitas. Tidak berhenti di sana, ia melanjutkan ke jenjang S-2 Magister Sains di Universitas Tanjungpura, dan lulus pada 2005. Pendidikan formal menjadi fondasi yang menguatkan langkah-langkah politiknya di masa mendatang.

Namun jauh sebelum dikenal sebagai politisi, Krisantus sempat berkecimpung di dunia profesional. Ia bekerja di Rokan Group Holding Company antara tahun 1991 hingga 1994. Setelah itu, ia mencoba peruntungan sebagai kontraktor di berbagai perusahaan perkebunan besar seperti PT Sime Indo Agro, PT Mitra Austral Sejahtera, dan PTPN XIII. Dari dunia swasta inilah ia mendapat pengalaman berharga mengenai dinamika ekonomi daerah dan problematika pembangunan berbasis sumber daya alam. Ia menyaksikan langsung bagaimana masyarakat lokal seringkali hanya menjadi penonton dalam pembangunan yang seharusnya memihak mereka.

Titik balik besar dalam hidupnya terjadi pada tahun 1999 ketika Krisantus terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Sanggau. Di lembaga legislatif tingkat kabupaten ini, ia mulai mengasah kemampuannya dalam advokasi kebijakan, komunikasi politik, dan pengambilan keputusan. Ia kemudian dipercaya menjadi Ketua DPRD Kabupaten Sanggau periode 2004–2009. Kepemimpinannya dikenal tegas namun tetap mengedepankan musyawarah, mencerminkan akar budaya Dayak yang menjunjung tinggi mufakat.

Baca Prof. Usop | Ensiklopedia Profesor Dayak (1)

Setelah sukses di tingkat kabupaten, ia melangkah ke DPRD Provinsi Kalimantan Barat selama dua periode (2009–2014 dan 2014–2019). Di tingkat provinsi, Krisantus semakin matang secara politik. Ia aktif memperjuangkan isu-isu masyarakat pedalaman, pengakuan terhadap hak adat, serta pemerataan pembangunan di wilayah perbatasan. Ia adalah suara yang bersumber dari akar rumput, bukan dari menara gading.

Tahun 2019, ia melangkah lebih jauh dengan menjadi anggota DPR-RI mewakili daerah pemilihan Kalimantan Barat II. Di Senayan, ia sempat duduk di Komisi IV sebelum berpindah ke Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informasi. Di tengah hiruk-pikuk politik nasional, Krisantus tetap konsisten memperjuangkan isu-isu Kalimantan Barat, termasuk perlindungan masyarakat adat, pembangunan infrastruktur di wilayah pedalaman dan perbatasan, serta keseimbangan pembangunan antara pusat dan daerah.

Kiprah politik Krisantus tidak bisa dilepaskan dari keterlibatannya yang panjang dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan). Ia memulai karier partai dari tingkat bawah, menjadi Ketua PAC pada 1998–2002, lalu naik menjadi Wakil Sekretaris DPC Kabupaten Sanggau, dan akhirnya dipercaya menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sanggau selama tiga periode berturut-turut sejak 2005. Konsistensinya di partai menunjukkan kesetiaannya terhadap ideologi dan struktur organisasi.

Tak hanya aktif di jalur politik formal, Krisantus juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan. Ia pernah menjadi Koordinator Bidang Hubungan Luar Negeri dan Internasional Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Pembina IMI Kabupaten Sanggau, Penasehat Dewan Adat Dayak Kecamatan Parindu, serta pengurus di KONI, PSSI, dan berbagai organisasi olahraga dan adat lainnya. Peran-peran ini memperlihatkan komitmennya yang luas dalam membangun masyarakat dari berbagai aspek—olahraga, budaya, adat, dan pemuda.

Kini, sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus membawa rekam jejak panjangnya dalam dunia politik dan sosial. Ia tidak sekadar menjabat, tetapi hadir sebagai figur yang memahami denyut nadi rakyat, khususnya masyarakat adat Dayak dan mereka yang tinggal di wilayah perbatasan dan pedalaman. Visi pembangunan yang ia bawa senantiasa berpijak pada prinsip keadilan, pemerataan, dan keberpihakan terhadap kelompok yang selama ini terpinggirkan.

Dari seorang anak kampung di Nanga Sepauk yang bersekolah dengan fasilitas seadanya, kini Krisantus Kurniawan adalah bagian dari barisan pemimpin Kalimantan Barat yang sedang merancang masa depan provinsi ini. 

Baca Pemimpin (Sejati) Makan Paling Belakangan

Krisantus adalah potret tentang bagaimana kerja keras, kesetiaan pada nilai, dan tekad yang tidak padam dapat mengantarkan seseorang dari pinggiran ke pusat panggung sejarah daerahnya. Dalam dirinya, politik tidak berhenti pada kekuasaan, melainkan menjadi jalan panjang untuk melayani dan mengangkat martabat masyarakat.

-- Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar