Duri Cinta Kebun Sawit (29) | Ujian di Tempat Kerja
Ujian bagi Magdalena di tempat kerja by AI |
Pagi itu....
Magdalena duduk di ruang kerjanya, merenung. Di luar jendela, langit tampak cerah, namun hatinya diselimuti kabut.
Rapat besar dengan dewan direksi sudah menanti, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu ada lebih banyak yang harus dihadapi daripada sekadar angka dan grafik yang terhampar di layar.
Baca Duri Cinta Kebun Sawit (28) | Duri Sawit yang Mulai Melukai
Kehidupannya terasa seperti dua dunia yang saling berbenturan. Di satu sisi, ia adalah wanita yang memimpin perusahaan dengan penuh kewibawaan. Namun di sisi lain, ia juga perempuan yang tak bisa menahan hasrat yang terus menggelora dalam dirinya, hasrat yang datang dari pria bernama Janting.
Rapat akan dimulai dalam waktu lima belas menit. Magdalena meraih cangkir kopi di mejanya, membiarkan kehangatan cairan itu mengalir ke dalam tubuhnya, namun pikirannya tak dapat terfokus. Bayangan Janting terus menghantui. Suara rendahnya, sentuhan lembutnya, dan cara tubuh mereka saling menyatu malam itu begitu kuat dan memabukkan.
Baca Duri Cinta Kebun Sawit (27) | Pleasure dan Job yang Saling Silang
Suasana ruang rapat terasa tegang. Gani, sang direktur utama, sudah duduk di ujung meja. Semua mata tertuju pada Magdalena yang baru memasuki ruangan. Begitu duduk di kursi kepemimpinan, ia kembali mengenakan topeng profesional yang selalu ia pakai. Tak ada yang bisa menebak betapa terguncangnya dirinya dari dalam.
Meskipun duduk tegak dan penuh percaya diri, jantung Magdalena tak bisa berhenti berdebar. Janting masih mengisi seluruh pikirannya. Ia harus segera mengatasi perasaan ini. Keputusan yang akan diambil dalam rapat ini akan mempengaruhi nasib perusahaan dan hubungannya dengan Janting.
“Magdalena,” suara Gani memecah kesunyian. “Bisakah kamu menjelaskan lebih lanjut tentang kemajuan yang telah kita buat dalam rencana merger?”
Magdalena menatap Gani, mencoba memfokuskan pikirannya pada pertanyaan yang sangat penting itu. Namun, jawaban yang keluar dari bibirnya hanyalah profesionalisme yang terkendali.
“Kami telah mencapai kesepakatan awal dengan pihak mereka, Pak. Semua dokumen dan persyaratan sudah hampir selesai. Tinggal beberapa hal teknis yang harus diselesaikan.”
Gani mengangguk, meskipun ada sedikit keraguan di wajahnya. “Apa kita sudah cukup aman dari ancaman pihak luar? Mereka semakin berani bergerak. Aku dengar, beberapa orang dalam sudah mulai berkoalisi dengan mereka.”
Magdalena menahan napas, berusaha menekan ketegangan yang mulai menjalar ke tubuhnya. Kecurigaan terhadap pengkhianat di dalam perusahaan semakin menguat. Semakin banyak ia memikirkan itu, semakin ia merasa ada sesuatu yang tak beres—sesuatu yang melibatkan dirinya. Namun sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, ponselnya bergetar.
Pesan dari Janting.
Janting: "Aku mendengar ada yang mencurigakan. Jangan terlalu percaya dengan orang-orang di sekitarmu."
Magdalena menahan diri untuk tidak menanggapi langsung. Namun, pesan itu seperti memecah kebisuan yang sudah ia coba bangun. Ia tahu tidak ada yang bisa ia percayai sepenuhnya selain dirinya sendiri dan Janting.
Baca Duri Cinta Kebun Sawit (1) | Tanah dan Belahan
Rapat berlanjut dengan diskusi tentang strategi pengamanan dan langkah-langkah untuk memastikan keberhasilan merger. Namun, Magdalena merasa seperti berada di dua dunia yang bertentangan: Di satu sisi, ia berperang melawan pengkhianatan dan kekuatan besar di perusahaan, sedangkan di sisi lain, ia berjuang untuk menjaga hubungan terlarangnya dengan Janting tetap hidup.
Roman Simbolik: Masri Sareb Putra
(bersambung)