Impor Beras 2023 Tembus 3 Juta Ton, Tertinggi dalam Tujuh Tahun

impor beras, ketahanan pangan, Thailand, Vietnam, India, Bulog, petani lokal, swasembada, harga beras

Impor Beras 2023 Tembus 3 Juta Ton, Tertinggi dalam Tujuh Tahun
Beras impor: Dayak jangan mengonsumsinya, sebab bisa nanam sendiri. Ist.

Beras impor membanjiri pasar Indonesia setiap tahun, termasuk ke wilayah Kalimantan. Ini menjadi ironi bagi masyarakat Dayak yang sejatinya memiliki tradisi bertani yang kuat, termasuk dalam menanam padi. 

Mengonsumsi beras impor berarti menggantungkan diri pada pasokan luar dan mengabaikan potensi besar yang ada di tanah sendiri. Padahal, leluhur Dayak telah membuktikan bahwa tanah Borneo subur dan mampu mencukupi kebutuhan pangan, khususnya beras.

Karena itu, orang Dayak seharusnya tidak perlu mengonsumsi beras impor. Mereka bisa kembali menghidupkan kearifan lokal dalam bertani padi ladang atau sawah. Ini bukan semata soal kedaulatan pangan, tetapi juga soal harga diri dan kemandirian. 

Menanam sendiri berarti menjaga budaya, memperkuat ekonomi keluarga, dan menghormati warisan nenek moyang.

Impor beras Indonesia melonjak tajam pada 2023, menembus 3 juta ton—tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Lonjakan ini menandakan rapuhnya ketahanan pangan nasional dan meningkatnya ketergantungan pada negara pemasok seperti Thailand dan Vietnam.

Impor beras Indonesia melonjak drastis pada 2023, mencapai lebih dari 3 juta ton. Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Lonjakan ini menimbulkan kekhawatiran tentang ketahanan pangan nasional serta efektivitas kebijakan pertanian dan distribusi pangan di dalam negeri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis dalam Statistik Indonesia 2024, total impor beras sepanjang tahun 2023 tercatat sebesar 3.062.857 ton dengan nilai 1,78 miliar dollar AS. Volume ini meningkat lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan tahun 2022 yang hanya sekitar 429 ribu ton.

Dua negara utama pemasok beras terbesar ke Indonesia tahun lalu adalah Thailand dan Vietnam. Impor dari Thailand mencapai 1.381.921 ton, sementara dari Vietnam sebesar 1.147.705 ton. Bersama-sama, kedua negara ini memenuhi lebih dari 80 persen kebutuhan impor Indonesia pada 2023.

Impor dari negara lain seperti Pakistan dan Myanmar juga menunjukkan peningkatan signifikan. Pakistan mengirimkan 309 ribu ton beras ke Indonesia, meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara Myanmar, yang sebelumnya hanya menyuplai sekitar 3.800 ton pada 2022, melonjak menjadi 141 ribu ton pada 2023.

Di sisi lain, India yang sebelumnya merupakan salah satu pemasok utama, justru mengalami penurunan tajam. Impor beras dari India menurun dari 178 ribu ton pada 2022 menjadi hanya 69 ribu ton pada 2023. Penurunan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan ekspor beras yang diberlakukan pemerintah India untuk menjaga stok dalam negeri mereka.

Direktur Ketahanan Pangan di Kementerian Pertanian, saat dihubungi Kompas, menjelaskan bahwa peningkatan impor beras tahun lalu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain cuaca ekstrem El Nino yang berdampak pada produksi padi, keterlambatan distribusi beras dari daerah surplus ke daerah defisit, serta kebutuhan untuk menjaga stabilitas harga beras di pasar dalam negeri.

“Pemerintah melakukan impor secara terukur melalui Perum Bulog untuk memperkuat cadangan beras pemerintah dan menjaga inflasi pangan,” ujarnya.

Namun, sejumlah pengamat menilai lonjakan impor ini sebagai cerminan dari lemahnya ketahanan pangan nasional. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Guntur Ariyanto, menyebut bahwa peningkatan impor menunjukkan bahwa target swasembada pangan belum tercapai secara berkelanjutan.

“Jika dalam kondisi normal produksi nasional mencukupi, lonjakan impor sebesar ini tak perlu terjadi. Ini menunjukkan bahwa kita belum siap menghadapi guncangan iklim dan pasar global,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa banjirnya beras impor di pasar domestik dapat memukul harga gabah petani di dalam negeri. Jika tidak diimbangi dengan kebijakan perlindungan terhadap petani, maka akan menurunkan semangat produksi pada musim tanam berikutnya.

Dari sisi nilai, impor beras 2023 menghabiskan devisa sebesar 1,78 miliar dollar AS, atau setara sekitar Rp27 triliun. Angka ini menjadi salah satu yang tertinggi dalam sejarah impor pangan Indonesia. Thailand menjadi penerima devisa terbesar dari ekspor beras ke Indonesia, yakni 804 juta dollar AS, diikuti Vietnam sebesar 668 juta dollar AS.

Lonjakan nilai ini juga seiring dengan naiknya harga beras dunia akibat kekhawatiran iklim, ketegangan geopolitik, dan pembatasan ekspor di sejumlah negara produsen.

Menyikapi hal ini, pemerintah diminta untuk mengevaluasi kembali strategi jangka panjang ketahanan pangan nasional. Upaya peningkatan produksi dalam negeri, perbaikan irigasi, serta subsidi bagi petani kecil menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

“Impor bisa menjadi solusi jangka pendek, tetapi bukan jalan keluar permanen. Kita harus kembali memperkuat produksi dalam negeri,” ujar Guntur.

Dengan ketidakpastian iklim dan pasar global yang semakin tinggi, tantangan menjaga ketahanan pangan nasional akan semakin berat ke depan. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dituntut untuk bertindak cepat dan tepat agar krisis pangan tak menjadi kenyataan.

(Sumber: Statistik Indonesia 2024, BPS). 

LihatTutupKomentar