Satu Keluarga Dayak Satu Sarjana

Dayak, sarjana, keluarga, universitas, ekonomi, kerakyatan, CU, Credit Union, Keling Kumang, CUKK, Sekadau, Sintang

 Oleh

Munaldus (Liu Ban Fo)


Gerakan CU Keling Kumang
Satu keluarga Dayak satu sarjana. Kini malah meningkat lagi: 1 master. Ohio, putra Munaldus-Ropina yang meraih S-2 (magister) di Jakarta. Dok. Ohio.

PONTIANAK- dayaktoday.comHidup yang berjalan benar melangkah dari satu masalah ke masalah lain, dari satu keprihatinan ke keprihatinan lain. Masalah-masalah dalam hidup harus diselesaikan. Mereka yang tidak bersedia menghadapi masalah pasti akan mengalami masalah. Dan mereka yang tidak punya masalah sudah pasti tinggal dalam kuburan. 

Baca Promotion of Professor at Universitas Tanjungpura: Eusabinus Bunau Officially Becomes a Professor

Oleh sebab itu, keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap manusia adalah keterampilan menghadapi masalah (problem facing) dan keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Jadi, waspadalah jika kita tidak memiliki kemampuan dalam dua hal itu. Anda bisa celaka, gila, stres, atau bahkan meninggal sebelum waktunya.

Ada dua jenis masalah. Pertama, masalah ringan yang tidak terlalu mengancam dan mudah diselesaikan. Kedua, masalah berat yang solusinya sulit karena memerlukan sumber daya yang tidak mudah dan tidak murah. Kadang solusi yang dipilih tidak terlalu meyakinkan, sehingga tindak lanjutnya maju-mundur, bahkan bisa tanpa kemajuan. Untungnya, kita dikuatkan oleh para guru kehidupan yang mengatakan bahwa seseorang yang tidak pernah mendapatkan pendidikan atau penggodokan dari “sang masalah” pasti tidak akan pernah tumbuh.

Di ruang-ruang rapat, di ruang-ruang pertemuan anggota, dan di Rapat Anggota Tahunan CUKK, masalah dan keprihatinan silih berganti muncul ke permukaan. Ada yang menunjukkan masalah, ada yang mengusulkan solusinya. 

Para pembuat keputusan di CUKK harus mampu membaca dan mengakomodasi dinamika tersebut, lalu menentukan masalah mana yang krusial dan membutuhkan solusi segera demi kebaikan dan kemajuan anggota. Akhirnya, muncul berbagai inisiatif dan program. Lihatlah, di CUKK dan GKK sekarang selalu ada sesuatu yang baru yang dapat dilihat secara kasat mata sebagai suatu realitas. Dan realitas itu datang dari orang-orang yang berpikir.

CUKK tidak hanya mengurus anggota dari sisi keuangan

Pada tahun 2006, dalam arena Rapat Anggota Tahunan CUKK, beberapa peserta—salah satunya Yohanes Donatus (Pak Jon), anggota CUKK dari Kantor Cabang Sekadau Bersatu—mengusulkan agar CUKK tidak hanya mengurus anggota dari sisi keuangan, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas SDM anggota dan keluarganya. Sebab, kata mereka, tanpa SDM yang berkualitas, cepat atau lambat CUKK akan redup. Mengapa? Suksesi kepemimpinan di CUKK—baik sebagai pengurus, pengawas, maupun pengelola—akan jatuh ke tangan orang-orang yang tidak berkarakter dan tidak memiliki keahlian profesional. Ternyata, alur evolusi CUKK sudah terbaca oleh para anggota.

Baca Longhouses of the Dayak People: An Intriguing and Meaningful Tourist Attraction

Para pengurus saat itu seperti dibenturkan ke dinding tebal. Pandangan anggota memang benar adanya. Selama ini, CUKK hanya berfokus pada pemberdayaan anggota di sektor keuangan. Padahal, jika mampu berpartisipasi dalam peningkatan kualitas SDM anggota, mengapa harus diam? Bukankah peringatan tanda bahaya sudah ditabuh oleh para anggota sendiri? Suara anggota adalah suara Tuhan, bukan?

Berpindah dari satu kebiasaan ke kebiasaan lain bukanlah perkara mudah. Ibaratnya, kita yang terbiasa menulis dengan tangan kanan lalu diminta menulis dengan tangan kiri—apakah itu mudah? Coba saja.

CUKK diminta anggota untuk mendidik

CUKK diminta anggota untuk mendidik mereka atau anak-anak mereka melalui sekolah formal. Tapi mulai dari mana? Dalam diskusi rapat tersebut, pembahasan mengerucut pada pentingnya setiap kepala keluarga anggota CUKK memiliki setidaknya satu sarjana. Jika demikian, apakah semua anggota harus memiliki kesadaran bahwa pendidikan anak-anak itu penting? Jawabannya: ya! Dan CUKK harus berpartisipasi aktif dalam hal ini.

Sekali lagi, apakah para peserta rapat ini meyakini bahwa setiap kepala keluarga anggota CUKK perlu memiliki setidaknya satu sarjana? Serentak, 700-an perwakilan anggota mengangkat tangan. Jika demikian, mulai hari ini kita akan meluncurkan sebuah semboyan bersama: “Satu Keluarga Setidaknya Ada Satu Sarjana.” Tepuk tangan pun bergemuruh.

Kata “sarjana” berarti perguruan tinggi. Para anggota CUKK kelak akan memiliki universitas. Pada pertengahan 2006, matahari mulai bersinar di ufuk timur. Yayasan Keling Kumang (YKK) berdiri dengan tugas dan tanggung jawab melaksanakan misi “Satu Keluarga Setidaknya Ada Satu Sarjana.” Badan hukum YKK pun terbit pada tahun 2007.

Disadari sepenuhnya bahwa mendirikan sebuah universitas pasti penuh lika-liku. Tetapi, tidak ada kata mundur. Siapa pun yang diangkat menjadi pengurus atau pengawas CUKK oleh rapat anggota akan dituntut untuk merealisasikan mimpi besar masyarakat adat ini. Singkat cerita, YKK kemudian bertransformasi menjadi YPKK. Para pengurus menyadari bahwa sebelum universitas berdiri, terlebih dahulu harus ada sekolah lanjutan tingkat atas. Sebab, lulusan sekolah tersebutlah yang akan menjadi mahasiswa. Dan seperti yang kita tahu sekarang, jalan pikiran ini telah menjadi kenyataan.

Pada tahun 2015, SMK Keling Kumang resmi berdiri di Sekadau. Dukungan anggota CUKK terhadap SMK KK sangat fenomenal. Pada tahun ketiga, jumlah siswa mencapai lebih dari 1.000 orang, menjadikannya sekolah dengan siswa terbanyak di Kabupaten Sekadau.

Satu Keluarga Satu Sarjana

Tahun 2020, izin perguruan tinggi ITKK akhirnya keluar setelah melewati “sejuta masalah dan lika-liku.” Misi “Satu Keluarga Satu Sarjana” terus bergema, merasuk ke dalam kesadaran anggota sebagai suatu gerakan yang masif. Tahun 2021, ITKK menerima mahasiswa baru. Tak terasa, kini sudah memasuki tahun keempat. Matahari itu benar-benar terbit dengan sangat meyakinkan, menyinari siapa saja yang masih tetap berjuang di habitatnya.

Baca Longhouses of the Dayak People: An Intriguing and Meaningful Tourist Attraction

Apai Janggut, seorang guru masyarakat adat dari Sungai Utik, Kapuas Hulu, turun gunung untuk meyakinkan seluruh anggota. Dalam penerawangannya melalui ritual hati babi sebelum groundbreaking gedung ITKK di Pal 4, Jalan Sekadau–Sintang dua tahun lalu, beliau berkata:

"Di tempat ini nanti, banyak sekali anak muda dari berbagai penjuru dunia akan menuntut ilmu."

Jiwa-jiwa pun terguncang, dipenuhi keyakinan “Kita pun bisa kalau orang lain bisa!”

Kita menunggu misi ini menjadi kenyataan. Keling dan Kumang telah memberi sinyal bahwa perjuangan ini bukanlah perjuangan yang berujung pada kesia-siaan. Semboyan kita jelas:

"Kita akan menemukan jalan. Kalau tidak ada jalan, kita akan buat jalan sendiri."

Itulah yang pernah aku (Munal) ucapkan dalam Rapat Anggota CUKK tahun 2012—rapat anggota terakhirku sebagai Ketua CUKK.

Akan berdiri universitas terkenal di dunia

Alkisah, seorang sahabat pernah bercerita.

Dua orang Bruder keluar dari biara. Salah seorang Bruder membawa satu batang balok kayu. Mereka pergi ke hutan belantara—sebuah lahan tidur tanpa penghuni tak jauh dari biara mereka. Sampai di tempat itu, Bruder tersebut menancapkan balok kayu ke tanah dan berkata,

"Di tempat ini kelak akan berdiri universitas terkenal di dunia."

Bruder yang bersamanya langsung menyeletuk,

"Kau gila!"

Bruder itu tersenyum dan menjawab,

"Kita tidak akan dibilang gila kalau semua sudah gila!"

Kini, semua orang tahu di tempat itu berdiri Harvard University.

***

Munaldus salah satu pendiri CU Keling Kumang, dosen, aktivis, dan penggerak ekonomi kerakyatan.

LihatTutupKomentar