Cornelis Mengaum di Mimbar Forum Munas II ICDN dan Bongkar Eksploitasi Borneo Masa ke Masa

Dayak, sumber daya alam, SDA, eksploitasi, Jawa, Jakarta, Willy Midel Yosef. Adri Paton, Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional, Pontianak, Tom Nichols

Cornelis Mengaum di Forum Mimbar Munas II ICDN
Cornelis mengaum di mimbar forum Munas II ICDN dan Bongkar Eksploitasi Borneo Masa ke Masa. Dok. Rmsp.

🌍 DAYAK TODAY  | PONTIANAK: Munas II Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) yang berlangsung pada 19 Mei 2025 di Pontianak menghadirkan momen penting dalam sejarah intelektual Dayak. 


Dr. (H.C.) Cornelis, M.H. dan Masri Sareb Putra, M.A., tampil sebagai keynote speaker mengangkat tema dasar yang besar dengan berani: "Eksploitasi Dayak Masa ke Masa: Asal Usul yang Dihapus, Kolonialisme yang Menghisap, dan Orde Baru yang Membajak Borneo."

Sejarah yang Dihapus, Kekayaan yang Digerogoti

Topik tersebut mengupas akar eksploitasi panjang terhadap masyarakat Dayak, mulai dari penghapusan sejarah asal-usul, penindasan kolonial, hingga pembajakan sumber daya oleh rezim Orde Baru. 

Baca Indonesia perlu menulis-ulang folklor yang positif

“Ngeri-ngeri sedap topik ini,” ujar Dr. Willy Midel Yosef, Ketua Umum ICDN. 

Sementara moderator, Prof. Adri Paton, menyebutnya sebagai “isu seksi yang jarang diungkap, padahal nyata dan penting.”

Cornelis menekankan bahwa fakta-fakta menyakitkan ini harus diangkat ke permukaan. “Orang Dayak harus tahu dari mana dijajah, agar tahu di mana bisa mulai membebaskan diri dan mengelola kekayaan Borneo untuk kepentingannya sendiri,” tegasnya.

Dayak dan Perebutan Kembali Narasi

Masri Sareb Putra menambahkan bahwa narasi Dayak selama ini ditulis oleh pihak luar, dan saatnya intelektual Dayak menulis ulang sejarah mereka sendiri. “ICDN perlu menghasilkan tulisan dan publikasi. Kalau tidak, keahlian dan sejarah kita bisa lenyap,” katanya, merujuk pada peringatan Tom Nichols dalam bukunya The Death of Expertise.

Baca Makan Dahulu, Ber-Filsafat Kemudian

Mereka menyentil dominasi pembangunan yang mengorbankan Dayak demi kepentingan pusat kekuasaan, khususnya Jawa. Eksploitasi hutan, tanah, dan identitas kultural dinilai sebagai bentuk kolonialisme baru yang perlu disadari dan dilawan dengan pengetahuan serta kesadaran kolektif.

Bukan Sekadar Orasi, Tapi Makalah Ilmiah

Yang membedakan duet keynote speaker ini dari yang lain adalah pendekatan ilmiah mereka. Keduanya mencetak makalah yang dibagikan secara cuma-cuma kepada peserta Munas.

“Makalah itu terbatas, dibawakan di forum mimbar akademik. Jadi jika dibantah, dengan data dan tulisan juga,” terang Cornelis.

Baca Calon CEO Keling Kumang Ditempa Keterampilan Menulis di Rumah Panjang

Forum ini menjadi panggung penting konsolidasi intelektual Dayak, membuka jalan bagi gerakan pemikiran dan publikasi berbasis data dan sejarah. 

Dari Pontianak, suara para cerdik-cendekia Dayak menggema, menuntut keadilan dan kedaulatan atas tanah dan sejarah mereka sendiri.

-- X-5/dayaktoday.com

LihatTutupKomentar