Fakta dan Data Arkeologi Bernilai Sejarah yang Penting di Krayan

Dayak, Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, Lengutan, garam gunung, arkeologi, rawir, narit, Megalitikum, atu Tabau, Batu Yung, Batu Sicien

Batu Narit: Jejak Literasi Seni dan Kreativitas Masyarakat Krayan

Batu Narit: Jejak Literasi Seni dan Kreativitas Masyarakat Krayan.


BA' BINUANG - dayaktoday.comKrayan memiliki data kekayaan arkeologi yang sangat kaya bernilai sejarah. 

Pada umumnya, tinggalan arkeologi yang terdapat di Krayan, Kabupaten Nunukan, provinsi Kalimantan Utara dikategorikan dalam masa tradisi Megalitikum. 

Baca Jejak Dayak Purba: Peradaban Pleistosen Di Borneo

Data arkeologi bercorak megalitik ini masih terus dibuat sampai dengan tahun 1960-an. Selain ditemukan data arkeologi bercorak megalitik, Krayan juga memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah berupa sumber air garam dari pegunungan. 

Sumber air garam ini ditemukan di seluruh lokasi yang ada di Krayan. Namun, tidak semua sumber air asin ini diolah menjadi garam.

Berikut ini beberapa tinggalan arkeologi bernilai-sejarah yang penting di Krayan.


1️⃣ Batu Narit: Jejak Literasi Seni dan Kreativitas Masyarakat Krayan

Batu Narit adalah batu bergambar yang tersebar di seluruh wilayah Krayan. Digores atau dipahat dengan motif geometris, binatang, senapan, hingga inskripsi berupa angka tahun dan nama yang belum terpecahkan maknanya, batu ini menunjukkan tingkat kreativitas seni yang tinggi dari masyarakat Krayan pada masa lalu. 

Batu Narit menjadi bukti kuat bahwa Krayan adalah tanah yang kaya akan budaya dan sejarah. Inskripsi Batu Narit ini menunjukkan "budaya literasi" orang Krayan sudah sangat tinggi sekali. 

Setiap batu ditulis dan diukir. Sepanjang sungai-sungai di Krayan ditemukan adanya Batu Narit. Dari Long Bawan - Long Layu - Pa' Upan hingga Ba' Binuang ada Batu Narit.

Batu Narit yang terkenal di Dataran Tinggi Borneo adalah Batu Narit Upai Semaring yang terletak di dekat desa Ba Kelalang, di bagian timur dataran tinggi, memiliki jejak yang sangat khas. Batu ini dihiasi dengan deretan lekukan lurus yang membelah permukaannya, serta gulungan spiral halus di sampingnya. Desain yang cukup rumit dan alami ini diyakini sebagai peninggalan peradaban Yupai Semaring, mencerminkan keterampilan seni dan kepercayaan yang berkembang di masa lampau.


2️⃣ Patung Batu Daya Tawa (Patung Tana)

Patung batu daya tawa adalah monumen yang dibangun untuk mengenang keberhasilan dalam perburuan kepala (kayau). Patung ini menjadi simbol kekuatan dan keberanian. Meskipun tradisi kayau sudah tidak ada lagi, semangat menghargai sesama manusia dan mengakui persamaan derajat manusia tetap terjaga dalam kehidupan masyarakat Krayan.


3️⃣ Sejarah Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Konfrontasi Indonesia-Malaysia mencatat sejarah kelam antara dua negara serumpun. Era konfrontasi ini mengajarkan kita bahwa perang bukanlah solusi, dan bahwa musyawarah serta perundingan adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik tanpa harus menambah korban. Banyak benda-benda era masa Konfrontasi yang ditemukan di daerah Long Layu, Long Mutan, Long Padi, hingga Ba' Binuang, yang menjadi saksi bisu sejarah kelam tersebut.


4️⃣ Sumber Air Garam dari Gunung

Di Krayan, sumber air garam ditemukan di daerah-daerah seperti Pa'Nado, Long Midang, dan Pa'Kebuan. Air asin ini berasal dari gunung-gunung yang ada di Krayan dan menjadi salah satu kekayaan alam yang sangat berharga. Namun, tidak semua sumber air garam ini diolah menjadi garam. Proses pengolahan air garam menjadi garam adalah bentuk pembelajaran penting mengenai nilai berbagi untuk kemajuan desa dan gereja.


5️⃣ Lengutan: Pemakaman Tradisional

Di Krayan, tradisi pemakaman dikenal dengan istilah 'lengutan'. Menggunakan perupun atau tempayan, jenazah ditempatkan di dalam susunan batu datar yang membentuk peti. Lengutan ini menunjukkan betapa masyarakat Krayan menghormati orang yang telah meninggal. Nilai luhur yang terkandung adalah penghormatan kepada orang tua yang tidak lekang oleh waktu.


6️⃣ Perupun: Makam Batu dengan Harta Benda

Perupun adalah struktur makam yang ditemukan di Krayan Induk dan Krayan Barat, yang terdiri dari susunan batu yang membentuk kubah kecil. Batu monolit yang disusun horizontal dan vertikal menyerupai meja batu, berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta benda orang yang meninggal, terutama mereka yang tidak memiliki keturunan. Ini mencerminkan kejujuran dan rasa saling menghormati antar masyarakat.


7️⃣ Rumah Rawir (Rumah Panjang)

Di Krayan, rumah panjang dikenal dengan istilah 'rumah rawir'. Dengan desain sederhana, rumah ini terdiri dari dua bagian utama: ruang tamu yang memanjang dan kamar-kamar yang terpisah untuk setiap kepala keluarga. 

Di rumah rawir, nilai kebersamaan dan saling menghargai menjadi landasan hidup sehari-hari. Kehidupan dalam rumah ini menunjukkan keharmonisan dalam kebersamaan.


Penelitian Mandiri dengan Metodologi Ilmiah untuk mengungkap Jejak Peradaban Manusia di Sungai Krayan

Pada tahun 2018, Balai Arkeologi Kalimantan Selatan meneliti situs-situs arkeologi di Krayan. Namun, tidak semua situs penting diteliti. Beberapa situs yang harusnya menjadi fokus luput dari perhatian. Di antaranya, Kuburan Tua di Batu Sicien. Juga, Batu Tabau, Batu Yung, dan Tugu Buaya. Ini adalah situs-situs yang sangat mendasar. Meskipun tim dari Balai Arkeologi sudah turun, penelitian itu belum menyeluruh.

Baca Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo

Melihat kekurangan itu, Yansen dan Masri memutuskan turun langsung ke lapangan. Mereka menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Mereka teliti setiap situs yang ada. Mereka tidak hanya fokus pada yang besar, tapi juga yang tersembunyi. Penelitian mereka menghasilkan sebuah buku berjudul Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan (2023). Buku ini mengungkapkan banyak hal yang sebelumnya tidak banyak diketahui.

Kunjungi Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan

Namun, penelitian ini masih belum selesai. Penelitian lanjutan sangat diperlukan. Misalnya, untuk melakukan uji karbon pada artefak yang ditemukan. 

Uji karbon ini memastikan usia setiap artefak. Biaya untuk uji karbon cukup mahal. Setiap artefak dikenakan biaya sekitar 2.000 ringgit Malaysia. Namun, uji karbon sangat penting untuk menggali lebih dalam.

Penelitian ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan. Lebih dari itu, ini adalah langkah untuk melestarikan budaya. Ini adalah upaya memastikan bahwa warisan Krayan tidak hilang. Suatu kontribusi penting bagi sejarah dan budaya Borneo. 

Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah: Ini Bukti Ilmiah Uji-karbon 40.000 Tahun Silam

Dengan penelitian lebih lanjut (misalnya tahap uji karbon) kita dapat memahami lebih baik peradaban Krayan. Penelitian ini memberi kita peta baru dalam memahami sejarah manusia di Krayan.

-- Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar