Kaharingan Setelah Berintegrasi dengan Hindu

Dayak, Kaharingan, Hindu, Bali, Kalimantan Tengah, integrasi, Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan, Departemen Agama Republik Indonesia
Integrasi antara Kaharingan dan Agama Hindu merupakan titik penting dalam sejarah keagamaan di Borneo.
Cover buku: Didy S.


JAKARTA - dayaktoday.com: Kaharingan dan Hindu adalah entitas yang berbeda. Banyak orang salah sangka. Karena proses keharusan sejarah era Orde Baru, Kaharingan "terpaksa" berintegrasi dengan Hindu karena faktor kedekatannya. 

Integrasi antara Kaharingan dan Agama Hindu merupakan titik penting dalam sejarah keagamaan di Borneo. Perjalanan panjang menuju pengakuan resmi Majelis Agama Hindu Kaharingan (MBAHK) mencerminkan perjuangan dan adaptasi umat Kaharingan dalam sistem keagamaan yang lebih luas.

Baca The A to Z Guide to Mandau of the Dayak Modang

 Buku ini mengulas dinamika yang terjadi setelah integrasi tersebut, tantangan yang dihadapi, serta dampak dari pengakuan resmi oleh pemerintah. Pustaka sungguh berguna yang mencelikkan kita semua terkait relasi serta integrasi antara Kaharingan - Hindu. Sedemikian rupa, sehingga dinamakan: Hindu Kaharingan.

Proses Integrasi dan Pengakuan Resmi

Pada tahun 1980, Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MBAHK) resmi diakui oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha Departemen Agama Republik Indonesia melalui SK Nomor 37 Tahun 1980. Sebelumnya, lembaga ini dikenal dengan nama Majelis Ulama Kaharingan Kalimantan Tengah. Perubahan ini menandai era baru dalam pengelolaan agama Kaharingan yang kini bernaung di bawah Hindu Dharma.

Untuk memperoleh pengakuan resmi, MBAHK menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Denpasar, serta Departemen Agama di Jakarta. Upaya ini melibatkan pengajuan dokumen, diplomasi keagamaan, serta penyelarasan ajaran dan praktik keagamaan agar dapat diterima dalam kerangka Hindu yang lebih luas.

Baca Dayak tales inspired Nieuwenhuis to explore culture

Selain itu, usaha pengakuan ini juga dipengaruhi oleh faktor sosial-politik yang berkembang pada masa itu. Dengan adanya kebijakan pemerintah terkait agama yang diakui secara resmi, Kaharingan sebagai agama asli masyarakat Dayak perlu menemukan jalan agar tetap bertahan. Integrasi ke dalam Hindu Dharma memberikan perlindungan hukum dan kelembagaan bagi pemeluknya.

Dinamika dan Perkembangan Pascaintegrasi

Setelah diakui secara resmi, struktur organisasi Hindu Kaharingan semakin berkembang hingga ke tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa di Kalimantan Tengah. Organisasi keagamaan seperti Peradah (Perhimpunan Pemuda Hindu), WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia), KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia), dan LPPMAHK (Lembaga Pemuda Pelajar Mahasiswa Agama Hindu Kaharingan) mulai aktif berperan dalam pembinaan umat.

Lembaga keagamaan lain yang bernaung dalam sistem Hindu seperti LPDG (Lembaga Pengembangan Dharma Gita), BPH (Badan Penyiaran Hindu), dan ICHI (Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia) juga turut serta dalam pengembangan komunitas Hindu Kaharingan. Hal ini mencerminkan bagaimana integrasi membawa dampak struktural yang signifikan terhadap sistem keagamaan Kaharingan.

Di sisi lain, berbagai upaya dilakukan untuk memastikan bahwa integrasi ini tidak menghilangkan aspek kepercayaan asli Kaharingan. Beberapa ritual dan tradisi khas tetap dipertahankan, seperti upacara Tiwah—ritual sakral pemindahan tulang-belulang leluhur. Selain itu, kitab suci Panaturan yang menjadi pedoman spiritual masyarakat Kaharingan tetap diajarkan dan dikembangkan dalam konteks Hindu Kaharingan.

Dampak Integrasi terhadap Identitas Keagamaan Kaharingan

Meski mendapatkan pengakuan resmi, integrasi ini juga menimbulkan tantangan dalam menjaga keunikan ajaran dan praktik Kaharingan. Beberapa perubahan yang terjadi mencakup:

  1. Pembaruan Struktur Keagamaan – Sebagai bagian dari Agama Hindu, Kaharingan harus menyesuaikan diri dengan sistem kelembagaan Hindu yang lebih luas, termasuk penggunaan istilah-istilah Hindu dalam ajaran dan praktik mereka.

  2. Dukungan Pendidikan dan Pembinaan Umat – Untuk memperkuat sumber daya manusia, didirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama Hindu (PGAH) Dwijendra di Palangka Raya pada tahun 1983, yang bertujuan mencetak guru-guru agama Hindu Kaharingan.

  3. Penerimaan Masyarakat – Sebagian umat Kaharingan menyambut baik integrasi ini sebagai bentuk pengakuan resmi, namun ada pula yang merasa bahwa identitas Kaharingan mulai terserap dalam sistem Hindu yang lebih dominan.

  4. Perubahan dalam Ritual dan Simbolisme – Beberapa praktik Kaharingan mulai diselaraskan dengan ajaran Hindu, seperti penggunaan atribut keagamaan yang mirip dengan Hindu Bali. Hal ini menciptakan perdebatan internal di kalangan umat Kaharingan mengenai batas antara akulturasi dan kehilangan identitas.

  5. Dampak Sosial dan Politik – Dengan diakuinya Kaharingan sebagai bagian dari Hindu, umat mendapatkan akses lebih luas ke pendidikan agama, fasilitas ibadah, serta hak-hak sipil dalam administrasi kependudukan. Namun, hal ini juga menuntut upaya yang lebih besar dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional.

Baca Autochthonous sebagai Sistem Kepercayaan Asli Orang Dayak

Tantangan Masa Depan dan Upaya Pelestarian Kaharingan

Meskipun telah berintegrasi ke dalam Hindu Dharma, Kaharingan tetap menghadapi tantangan besar, terutama dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi. Beberapa tantangan utama yang dihadapi meliputi:

  • Pendidikan Keagamaan – Perlu adanya sistem pendidikan yang lebih kuat untuk mempertahankan ajaran asli Kaharingan agar tidak tergerus oleh modernisasi.

  • Regenerasi Tokoh Agama – Pemuka agama Kaharingan harus terus dididik agar dapat menjadi penjaga tradisi dan ajaran.

  • Peningkatan Kesadaran Identitas – Masyarakat Dayak yang memeluk Kaharingan perlu lebih aktif dalam memperjuangkan keberadaan mereka dalam kerangka kebangsaan Indonesia yang plural.

Seiring berjalannya waktu, Kaharingan akan terus beradaptasi dengan tantangan yang ada, sembari mempertahankan esensi kepercayaannya. Perjuangan ini bukan sekadar mencari pengakuan, tetapi juga upaya menjaga warisan spiritual dan budaya masyarakat Dayak agar tetap lestari bagi generasi mendatang.

Kaharingan setelah integrasi dengan Hindu 

Keberadaan Kaharingan setelah integrasi dengan Hindu menunjukkan perjalanan panjang dalam mencari pengakuan dan legalitas dalam sistem keagamaan Indonesia. Integrasi ini tidak hanya membawa perubahan struktural dalam pengelolaan keagamaan, tetapi juga tantangan dalam mempertahankan identitas asli Kaharingan.

Baca The Fighting Spirit

Dengan adanya Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan dan berbagai lembaga pendukung lainnya, umat Kaharingan kini memiliki wadah resmi untuk menjaga dan mengembangkan kepercayaan mereka. Namun, tantangan tetap ada dalam menjaga keseimbangan antara integrasi dan pelestarian tradisi asli Kaharingan. Sejarah ini menjadi cerminan bagaimana suatu kepercayaan dapat beradaptasi dan bertahan dalam dinamika perubahan sosial dan politik yang lebih luas.

-- Rangkaya Bada


Data Buku:

MENGENAL HINDU KAHARINGAN KALIMANTAN TENGAH
Oleh: I Ketut Subagiasta

All Rights reserved
Editor: Masri Sareb Putra, M.A.
Layouter: Diddy
Cetakan Pertama, Oktober 2023
PT. SINAR BAGAWAN KHATULISTIWA
 Kota Palangka Raya.

LihatTutupKomentar