Enigma
Enigma, sebuah mesin sandi buatan manusia yang musykil dipecahkan. By AI. |
🌍 DAYAK TODAY | JAKARTA : Di sebuah ruangan di Bletchley Park. Alan Turing menatap mesin Enigma.
Sebuah perangkat yang seharusnya tak bisa dipecahkan. Rotor-rotornya berputar setiap kali sebentuk huruf ditekan. Kemudian mengubah makna menjadi teka-teki.
Jerman percaya pada sistem ini. Sebuah kepercayaan yang, seperti semua kepercayaan, akhirnya mengandung celahnya sendiri.
Sejarah berjalan dengan cara yang aneh. Ia menyembunyikan dirinya dalam kode-kode, dalam pesan yang dikirim tapi tak pernah dibaca oleh orang yang tak memiliki kunci. Kadang ia menyelinap dalam mesin. Kadang dalam kesalahan kecil yang tak disengaja.
Baca Batu Tabau: Jejak Peradaban Manusia Dayak di Krayan
Turing tidak berperang dengan senapan. Ia berperang dengan angka. Logika menjadi senjatanya. Dan seperti semua teka-teki. Enigma pada akhirnya menemukan jawabannya sendiri.
Sejarah kadang berlaku seperti dialami Turing: menyisihkan orang yang mencipta dan yang mengubah arahnya.
Ketika kode itu pecah, perang tidak langsung usai. Tapi sejarah mulai berbelok ke arah lain.
Sekutu membaca pesan-pesan yang seharusnya tetap rahasia. Kapal-kapal selam yang seharusnya tak terlihat, kini ada dalam pantauan. Strategi yang seharusnya tak terbaca, kini menjadi peta.
Mereka bilang kemenangan itu milik mereka yang mempunyai kekuatan.
Tapi di sini kemenangan datang dari sebuah mesin yang membaca pola. Dari seorang laki-laki yang lebih akrab dengan angka ketimbang manusia.
Turing tidak merayakan kemenangannya. Ia tak mendapat tepuk tangan, tak ada parade. Sejarah kadang berlaku seperti itu: menyisihkan mereka yang mengubahnya.
Tapi teka-teki tak pernah benar-benar berakhir. Dari Enigma lahir komputer. Dari komputer lahir dunia yang kita tinggali sekarang.
Mungkin itu cara sejarah bekerja. Ia menyimpan rahasia. Menunggu seseorang yang cukup sabar untuk membacanya.
***
Saya membayangkan relasi Dayak dan teknologi. Jauh sekali teknologi meninggalkan Dayak hari ini.
Baca "Dayak" as a Standardized Term: A Unifying Identity
Tapi biarlah itu tak mengapa. Yang penting kita bisa menggunakan teknologi ciptaan bangsa lain untuk kebaikan dan kemajuan. Dan terutama untuk tujuan kemanusiaan.
Sebab sejarah kadang berlaku seperti dialami Turing: menyisihkan orang yang mencipta dan yang mengubahnya.
Seperti dongeng seribu satu malam. Pemilik akan memenggal leher setiap pekerja yang telah membangun mahligai agar tak pernah ada duanya.
-- Masri Sareb Putra, M.A.