Tahap X Pemilihan Paus | Pengumuman Paus Baru: Habemus Papam!
Pengumuman Paus Baru: Habemus Papam! ilustrasi by AI. |
🌍 DAYAK TODAY | JAKARTA: Di jantung kota Roma. Di tengah sorak dan doa umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, ada sebuah momen yang tak pernah kehilangan gaung sakralnya.Sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang menandai lahirnya masa baru dalam sejarah Gereja Katolik:
"Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!"
Saya mengumumkan kepada Anda sebuah sukacita besar: Kita memiliki seorang Paus!
Baca Tahap IX Pemilihan Paus | Acceptasne dan "Quo nomine vis vocari?"
Kalimat itu diucapkan oleh Kardinal Protodiakon, figur yang jarang dikenal oleh publik sebelum hari itu, namun menjadi suara pertama yang memperkenalkan pemimpin tertinggi umat Katolik kepada dunia. Ia tidak berbicara dari mimbar biasa, tapi dari loggia—balkon utama Basilika Santo Petrus—yang hanya dibuka pada momen-momen luar biasa dalam sejarah manusia.
Ketika Asap Putih Muncul
Sebelum kalimat itu menggema, dunia menanti dalam diam. Hanya ada satu tanda yang mereka cari dari cerobong kapel Sistina: asap putih. Pertanda bahwa para kardinal, dalam keheningan doa dan perdebatan, telah mencapai kesepakatan suci —telah memilih seorang dari antara mereka untuk memikul beban takhta Petrus.
Baca Tahap VIII Pemilihan Paus | Via Compromissi meski Suara Mayoritas belum Menyentuh 2/3
Asap itu tidak hanya mengabarkan terpilihnya seorang pemimpin spiritual. Ia adalah simbol kesinambungan, bahwa meskipun dunia berubah —dari Kaisar ke demokrasi, dari mesin uap ke kecerdasan buatan— tradisi Gereja tetap berdiri, teguh dan tak tergoyahkan.
Balkon yang Menggigil oleh Sejarah
Sesaat sebelum pintu balkon terbuka, dunia menahan napas. Kamera dari lima benua mengarah pada satu titik. Lalu muncul sang kardinal, dengan jubah merahnya, mata menyapu kerumunan, dan suara yang menggema dari pengeras suara zaman digital.
"Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!"
Dengan kalimat itu, publik diberitahu siapa yang telah dipilih: nama lahir, gelar kardinal, dan nama paus yang dipilihnya. Nama itu tidak sekadar nama, tetapi pernyataan niat. Ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio memilih nama Fransiskus, ia menyatakan kesetiaannya pada kesederhanaan dan kemiskinan dalam semangat Santo Fransiskus dari Assisi.
Lebih dari Sekadar Proklamasi
Momen ini bukan sekadar pengumuman politik atau seremoni simbolik. Ia adalah jembatan antara misteri dan dunia nyata, antara ruang tertutup konklaf dan kerumunan umat yang lapar akan harapan. Ia adalah titik temu antara tradisi dan masa depan. Ketika paus muncul untuk pertama kalinya dan memberikan berkat Urbi et Orbi, ia tidak hanya memberkati umat Katolik, tapi seluruh dunia.
Baca Tahap VII Pemilihan Paus | Ketika Ballot Dibakar Mengepul Fumata Nera dan Fumata Bianca
Di masa ketika kepercayaan publik terhadap institusi melemah, pengumuman ini tetap membawa sesuatu yang unik: rasa keterhubungan lintas benua, keyakinan akan kehadiran spiritual dalam dunia sekuler, dan harapan akan moralitas di tengah kekacauan zaman.
Habemus Papam bukan hanya kalimat. Ia adalah sakramen suara, gema abadi dari sejarah yang tak pernah benar-benar selesai ditulis.
Jakarta, 5 Mei 2025
TAMAT serial tulisan ini.