Jessica Manser Menantang Teori Migrasi Austronesia dengan Novelty dan Evidence Neolitikum di Gua Niah
|
Melalui penelitian dan analisis mendalam terhadap sisa-sisa manusia yang digali dari kuburan Neolitikum, Gua Niah, Sarawak, Jessica Manser berhasil membangun sebuah teori baru yang menantang teori Migrasi Austronesia yang telah diterima secara luas.
Penelitianan Manser menyibak perspektif baru dalam memahami asal-usul dan pergerakan awal manusia di wilayah Asia Tenggara.
Baca Jessica Manser: Temuannya tentang Manusia Gua Niah Mementahkan Teori migrasi Austronesia
Sebagian besar teori selama ini dibangun bahwa populasi Neolitikum adalah migran. Migran ditengarai datang dari Taiwan dan sekitarnya.
Teori migrasi Austronesia mendukung teori Neolitikum Gua Niah adalah migran ini. Kelompok manusia dari Taiwan menyebar ke selatan. Mereka melewati Filipina dan Kepulauan Melayu. Migrasi ini membawa perubahan besar di kawasan.
Ternyata evidence hasil penelitian sekaligus novelty teori Manser berkata berbeda.
Menantang teori Migrasi Austronesia
Perpindahan ini membawa budaya pertanian yang maju. Teknologi bercocok tanam mulai berkembang pesat. Domestikasi hewan juga ikut menyebar luas. Pembuatan gerabah menjadi bagian dari budaya.
Bukti-bukti temuan arkeologis mendukung teori ini. Pola tembikar ditemukan di berbagai tempat. Pola ini serupa dari Taiwan hingga Indonesia.
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah: Ini Bukti Ilmiah Uji-karbon 40.000 Tahun Silam
Penelitian genetik juga menguatkan teori tersebut. Ada kesamaan DNA antara Austronesia dan penduduk lokal. Namun, teori ini tidak selalu berlaku. Jessica Manser (2016) menantang pandangan dominan itu. Dia meneliti Gua Niah di Sarawak. Temuannya menunjukkan kesinambungan populasi lokal.
Masyarakat Neolitikum di Gua Niah tidak dari mana pun
Masyarakat Neolitikum di Gua Niah menurut teori yang dibangun Manser bukan pendatang baru. Mereka punya hubungan dengan komunitas sebelumnya. Komunitas itu telah hidup sejak Pleistosen. Bukti arkeologis menunjukkan kesinambungan budaya. Alat-alat batu mereka mirip dengan sebelumnya. Pola hunian juga menunjukkan kesinambungan.
Visualisasi dan Rekonstruksi dua teori Migrasi Austronesia dengan Novelty Evidence Neolitikum di Gua Niah Jessica Manser by AI. |
Temuan ini mengubah cara pandang ilmuwan. Teori lama menganggap migrasi sebagai faktor utama. Manser membuktikan peran penting komunitas lokal. Mereka bertahan dan berkembang tanpa digantikan pendatang. Tidak semua inovasi berasal dari luar.
Manser membuktikan penduduk lokal bertahan ribuan tahun
Penelitian ini membuka wawasan baru mengenai kompleksitas sejarah populasi di Asia Tenggara. Interaksi antara pendatang dan masyarakat asli telah membentuk dinamika kebudayaan yang kaya dan beragam. Kebudayaan di wilayah ini berkembang tidak hanya melalui migrasi, tetapi juga melalui adaptasi yang signifikan.
baca Jejak Kerajan Dayak dan Pengakuan Kolonial pada Raja Hulu Aik, Awat Tjenggoeng Singa Djaja
Sejarah populasi di Asia Tenggara ditandai oleh interaksi yang kompleks antara pendatang dan masyarakat asli. Wilayah ini telah menjadi persimpangan bagi berbagai kelompok etnis dan budaya, yang berkontribusi pada keragaman budaya yang ada saat ini. Studi mengenai variasi kraniofasial dan dental manusia prasejarah di Asia Tenggara menunjukkan adanya kontinuitas dan perubahan dalam populasi manusia seiring waktu.
Penelitian oleh Jessica Manser menyoroti bahwa penduduk lokal di Asia Tenggara telah bertahan selama ribuan tahun dengan berinovasi sesuai dengan lingkungan sekitar mereka. Misalnya, analisis morfologis yang dilakukan oleh Manser menunjukkan adanya adaptasi lokal dalam teknologi dan praktik budaya.
Penelitian di Gua Niah, Sarawak, mengindikasikan bahwa masyarakat prasejarah di wilayah tersebut memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan sosial. Hal ini tercermin dalam praktik penguburan dan teknologi yang digunakan oleh masyarakat tersebut.
Baca Kaharingan Setelah Berintegrasi dengan Hindu
Asia Tenggara telah lama menjadi persimpangan bagi berbagai pengaruh budaya eksternal. Namun, masyarakat lokal tidak hanya menerima pengaruh tersebut secara pasif, tetapi juga mengadaptasinya sesuai dengan konteks lokal. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa masyarakat prasejarah di Gua Niah mengembangkan praktik pertanian yang disesuaikan dengan lingkungan hutan hujan tropis.
Kesinambungan Budaya dan Relevansi Teori Migrasi
Meskipun teori migrasi tetap penting dalam memahami sejarah populasi di Asia Tenggara, kesinambungan budaya juga harus diperhitungkan. Sejarah bukan sekadar perpindahan manusia, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat beradaptasi dan mempertahankan identitas budaya mereka di tengah perubahan. Pandangan ini mengubah kajian arkeologi di kawasan, menekankan pentingnya adaptasi dan kesinambungan budaya dalam membentuk identitas masyarakat Asia Tenggara.
baca Perdagangan dan Migrasi Besi di Austronesia: Jejak di Borneo, Sungai Sarawak, dan Kapuas
Penelitian ini menekankan pentingnya memahami kompleksitas sejarah populasi dan kebudayaan di Asia Tenggara. Interaksi antara pendatang dan masyarakat asli, serta adaptasi dan inovasi lokal, memainkan peran kunci dalam perkembangan kebudayaan di kawasan ini.
Dengan demikian, pendekatan yang lebih holistik diperlukan dalam kajian arkeologi dan sejarah, yang tidak hanya berfokus pada migrasi, tetapi juga pada adaptasi dan kesinambungan budaya.
Daftar Pustaka
Manser, J. M. (2005). Morphological analysis of the human burial series at Niah Cave: Implications for late Pleistocene-Holocene Southeast Asian human evolution. NYU Dentistry
Barker, G., Barton, H., Beavitt, P., Bird, M., Daly, P., Dykes, A., Farr, L., Gilbertson, D., Hunt, C., Krigbaum, J., Lewis, H., Manser, J., McLaren, S., Paz, V., Piper, P., Pyatt, B., Rabett, R., Reynolds, T., Rose, J., Rushworth, G., Stephens, M., Stringer, C., Thompson, J., & Whittaker, P. (2002). Prehistoric foragers and farmers in south-east Asia: Renewed investigations at Niah Cave, Sarawak. Proceedings of the Prehistoric Society, 68, 147-164. Research Portal Plus
Krigbaum, J., & Manser, J. (In preparation). The West Mouth (Niah Cave, Sarawak) burial series: A stable isotope perspective. JSTOR
Barker, G., Barton, H., Bird, M., Daly, P., Dykes, A., Farr, L., Gilbertson, D., Hunt, C., Krigbaum, J., Lewis, H., Manser, J., McLaren, S., Paz, V., Piper, P., Pyatt, B., Rabett, R., Reynolds, T., Rose, J., Rushworth, G., Stephens, M., Stringer, C., Thompson, J., & Whittaker, P. (2003). The Niah Cave Project: Preliminary report on the fourth (2003) season of fieldwork. Sarawak Museum Journal, 79, 45-120. Pure
Barker, G., Barton, H., Bird, M., Daly, P., Dykes, A., Farr, L., Gilbertson, D., Hunt, C., Krigbaum, J., Lewis, H., Manser, J., McLaren, S., Paz, V., Piper, P., Pyatt, B., Rabett, R., Reynolds, T., Rose, J., Rushworth, G., Stephens, M., Stringer, C., Thompson, J., & Whittaker, P. (2005). The archaeology of foraging and farming at Niah Cave, Sarawak. Asian Perspectives, 44(1), 90-106.
-- Masri Sareb Putra, M.A. adalah peneliti yang langsung ke Gua Niah, mengalami dan menginderai langsung sejumlah sumber primer, artefak, dan bukti-bukti arkeologis Gua Niah. Mahasiswa Doktoral Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya yang topik riset disertasinya tentang Sejarah Dayak.