Long Midang dan Misteri Era Megalitikum
ilustrasi by AI berdasarkan narasi. |
MALINAU- dayaktoday.com:Yansen dan Masri (2017) mulai menjelajah dan meneliti "terra incognita" Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dua peneliti dan penulis Dayak bukan hanya menemukan kekayaan di Dataran Tinggi Borneo, melainkan juga berhasil menyingakap sejarah sekaligus membuka selubung misteri situs yang tersembunyi ribuan tahun lamanya.
Kedua peneliti dan penulis Dayak itu kemudian menyarikan temuan mereka sementara dalam Wikipdia. Mulai timbul kesadaran saat itu: Dayak harus menulis dari dalam. Sebab hanya Dayak yang paham siapa dirinya, asal usulnya, dan mampu membaca TEXT (realitas) secara purna. Sedemikian rupa, sehingga menemukan kedalaman yang terdalam (sensus plemior) --hal yang membedakannya dengan penulis non-Dayak yang kerap mispersepsi dan bias menulis tentang Dayak.
Baca Peradaban manusia di Sungai Krayan
Patut diduga era Megalitikum
Baru kemudian terbit buku Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan (2023) - suatu monograf yang menyejarahkan manusia sungai Krayan tidak dari mana pun, melainkan dari sini (Dataran Tinggi Borneo) dan dari tempat ini.
Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan
Budaya sungai, artefak, kuburan kuno di Batu Sicien, serta temuan penggalian di dalam tanah lahan sawah penduduk di sekitar desa Long Padi semakin memberikan bukti sejarah bahwa manusia Lengilo (salah satu sub-rumpun Lundayeh) telah berabad, bahkan beribu tahun lamanya berdiam dan hidup di Krayan.
Artefak, keramikologi dan inskripsi
Ditemukan berbagai alat rumah tangga dari bahan batu di situs-situs gua batu seperti Batu Sicien, Long Mutan, dan Long Layu. Temuan ini mencakup kapak, beliung, yae, inskripsi pada batu, serta sejumlah artefak keramikologi yang mengindikasikan adanya kehidupan dan aktivitas masyarakat purba di kawasan Dataran Tinggi Krayan sejak ribuan tahun lalu. Keberadaan benda-benda bersejarah ini memberikan bukti arkeologis bahwa manusia Krayan bukan pendatang dari wilayah lain, melainkan memiliki akar yang mendalam di tempat ini sebagai penghuni asli yang telah berkembang secara mandiri dalam lanskap budaya dan geografis Borneo.
Selain bukti material, folklor setempat turut memperkuat narasi asal-usul masyarakat Krayan. Kisah tentang Yuvai Semaring, tokoh legendaris yang dihormati dalam tradisi lisan, menjadi petunjuk penting mengenai persebaran masyarakat Krayan dari dataran tinggi ini menuju wilayah yang kini dikenal sebagai Malaysia dan Brunei Darussalam. Yuvai Semaring tidak hanya dipandang sebagai leluhur, tetapi juga sebagai sosok yang menandai pergerakan sosial dan migrasi masyarakat dari pedalaman Krayan menuju daerah pesisir dan sekitarnya.
Lebih jauh lagi, sejumlah penelitian terdahulu, termasuk manuskrip yang telah terdokumentasi, menyatakan bahwa orang-orang Brunei memiliki hubungan genealogis yang kuat dengan masyarakat di Dataran Tinggi Borneo. Beberapa catatan sejarah bahkan menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan langsung dari Yuvai Semaring dan kelompoknya yang bermigrasi serta berkembang di wilayah pesisir. Jika ditelaah lebih dalam, hal ini menunjukkan bahwa Dataran Tinggi Krayan bukan hanya pusat peradaban yang mapan sejak zaman prasejarah, tetapi juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas etnis dan budaya masyarakat yang kini mendiami kawasan luas di Kalimantan dan sekitarnya.
Dengan adanya bukti arkeologis dan narasi lisan yang saling menguatkan, pemahaman mengenai sejarah dan asal-usul manusia Krayan semakin jelas. Dataran Tinggi Krayan bukan sekadar lanskap geografis, tetapi juga saksi perjalanan panjang peradaban yang masih dapat ditelusuri hingga kini melalui jejak budaya, artefak sejarah, dan ingatan kolektif masyarakatnya.
Apa cerita/ Folklor orang setempat?
Cerita atau folklor orang setempat menjadi penting sebagai petunjuk sejarah karena tidak hanya merekam peristiwa dan tokoh masa lalu, tetapi juga memberikan bukti tentang asal-usul, pola migrasi, serta perkembangan budaya masyarakat dari generasi ke generasi.
Fakta fisik sejarah ini diperteguh oleh folklor dan mitos-mitos sorang Krayan mengenai penciptaan manusia, alam semesta, dan segala yang ada.
Data dan publikasi Yansen dan Masri menarik minat para peneliti kemudian. Pada tahun 2018, Tim dari Balai Arkeologi Kalimantan Selatan melakukan serangkaian penelitian lapangan. Temuan Tim meneguhkan riset dan preposisi yang telah dibangun Yansen dan Masri sebelumnya. Temuan ini meliputi artefak-artefak peninggalan purba yang menunjukkan jejak kehidupan manusia di kawasan Krayan sejak ribuan tahun lalu.
Baca Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo
Lebih dari sekadar verifikasi terhadap hipotesis awal, penelitian arkeologis ini juga memperkaya pemahaman tentang bagaimana manusia Lengilo beradaptasi dengan lingkungan sungai, mengembangkan teknologi sederhana, serta membangun sistem sosial dan ekonomi berbasis sumber daya alam yang tersedia.
Ekskavasi di Batu Sicien dan area sekitar Long Padi mengungkap pola hunian yang menunjukkan kesinambungan budaya dari generasi ke generasi.
Penelitian ini juga menyoroti peran sungai sebagai jalur utama dalam dinamika peradaban Krayan. Sungai tidak hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi juga jalur migrasi, perdagangan, dan penyebaran budaya.
Dr. Yansen (kanan) dan Masri (kiri) di depan Bayu Yung, artefak tinggalan leluhur manusia Krayan, Dataran Tinggi Borneo di Krayan. Dok. Masri. |
Hubungan erat manusia dengan sungai tercermin dalam berbagai ritus adat, sistem kepercayaan, serta kisah-kisah turun-temurun yang diwariskan dalam masyarakat Lundayeh.
Dengan adanya temuan arkeologis yang semakin memperkokoh posisi Krayan sebagai salah satu pusat peradaban kuno di Borneo, para akademisi dan sejarawan semakin terdorong untuk menggali lebih dalam aspek-aspek sosial, budaya, dan ekonomi yang berkembang di kawasan ini.
Sejarah yang sebelumnya lebih banyak diwariskan secara lisan kini semakin memiliki dasar bukti material yang dapat dikaji lebih lanjut. Hal ini memberikan perspektif baru dalam memahami peran Krayan dalam jaringan peradaban Austronesia di Borneo dan sekitarnya.
Baca Promotion of Professor at Universitas Tanjungpura
Monograf Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan menjadi tonggak penting dalam menegaskan bahwa Krayan bukanlah daerah pinggiran dalam sejarah peradaban Borneo, melainkan sebuah pusat kehidupan yang telah lama berkembang dengan kearifan lokal yang unik. Dengan semakin banyaknya penelitian lanjutan, diharapkan sejarah Krayan dapat semakin terang dan mendapatkan tempat yang semestinya dalam khazanah sejarah Nusantara.
Misteri Megalitikum di Long Midang, Krayan
Di Long Midang, tersembunyi peninggalan budaya Megalitikum, yaitu zaman prasejarah yang diperkirakan berlangsung sejak 4.000 hingga 2.000 tahun yang lalu. Era ini ditandai dengan penggunaan batu besar untuk berbagai keperluan, baik sebagai tempat pemujaan, penanda makam, maupun simbol kekuatan dan kepercayaan masyarakat.
Salah satu peninggalan yang menarik perhatian adalah Patung Buaya, yang ditemukan di dua lokasi berbeda. Salah satunya berada di sebuah dataran dengan kepala menghadap tenggara dan ekornya mengarah ke timur, sementara yang lainnya terletak di atas bukit dengan kepala menghadap barat laut dan ekornya juga mengarah ke barat laut. Kedua patung ini masih relatif utuh, menunjukkan keterampilan luar biasa masyarakat masa lampau dalam mengolah batu sebagai simbol kekuatan dan perlindungan.
Patung Buaya dan Batu Perupun
Salah satu peninggalan yang menarik perhatian adalah Patung Buaya, yang ditemukan di dua lokasi berbeda. Salah satunya berada di sebuah dataran dengan kepala menghadap tenggara dan ekornya mengarah ke timur, sementara yang lainnya terletak di atas bukit dengan kepala menghadap barat laut dan ekornya juga mengarah ke barat laut.
Baca FILSAFAT DAYAK
Kedua patung ini masih relatif utuh. Benda fisik yang dapat memberi clue (petunjuk) keterampilan luar biasa masyarakat masa lampau dalam mengolah batu sebagai simbol kekuatan dan perlindungan.
Selain patung buaya, terdapat Batu Perupun, sebuah struktur batu bertumpuk yang kini dalam kondisi rusak. Bagian tengah tumpukan batu yang membentuk prumpun ini telah dibongkar, menyisakan pertanyaan tentang fungsi dan maknanya di masa lalu.
Batu Narit
Di lokasi lain, terdapat Batu Narit, yang memiliki pahatan khas berupa motif kepala burung engang dan tempayan. Pahatan ini mengelilingi seluruh permukaan bagian atas batu, mengisyaratkan adanya nilai spiritual atau sosial yang diwariskan oleh leluhur.
Baca The Iban are the Largest and Most Dominant Indigenous Group in Sarawak
Long Midang bukan sekadar tempat dengan lanskap alam yang indah, tetapi juga saksi bisu peradaban kuno dari zaman Megalitikum yang masih menyimpan banyak teka-teki.
Situs-situs penting ini menjadi bagian penting dalam memahami perjalanan sejarah dan kearifan lokal masyarakat Krayan, sebuah warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.
-- Masri Sareb Putra