Novel -sejarah "Orang-orang Hakka di Sanggau" Diserahkan kepada Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan untuk Merawat Ingatan Kolektif

Hakka, Dayak, Sanggau, Kalimantan Barat, korban Tragedi 1967, provokasi,

 

Iwan Karantika menyerahkan novel sejarah Orang-orang Hakka di Sanggau kepada Wagub Kalbar, Krisantus, disaksikan ketua DPRD Kalbar, Aloysius Aloi dan Paulus Subarno. Dok. Iwan.

 🌍 DAYAK TODAY  | PONTIANAK: Iwan Karantika, salah seorang pengurus Ikatan Sarjana Katolik (Iska) Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, menunjukkan inisiatif luar biasa. 

Dalam upayanya merawat ingatan sejarah kolektif masyarakat, iwan menyerahkan novel sejarah Orang-orang Hakka di Sanggau kepada Wagub Kalbar, Krisantus, disaksikan ketua DPRD Kalbar, Aloysius Aloi dan Paulus Subarno. 

Dengan wawasan luas lagi mendalam mengenai relasi historis antara komunitas Tionghoa Hakka dan Dayak, khususnya di wilayah Sanggau, Iwan bersemangat untuk mempromosikan dan mengenalkan novel sejarah Orang-Orang Hakka karya Masri Sareb Putra. 

Baca Orang-Orang Hakka di Sanggau - Sebuah Novel Sejarah Bercatatan Kaki by Masri Sareb Putra

Novel sejarah setebal 645 halaman tersebut diangkat sebagai referensi penting untuk memahami dinamika sosial antara dua komunitas yang telah lama hidup berdampingan di Borneo.

Novel Sejarah sebagai Jembatan Pemahaman

Buku ini bukan sekadar novel, melainkan sebuah "faksi"—perpaduan antara fakta sejarah yang dikemas dengan kaidah-kaidah fiksi. 

"Buku ini lebih dari sekadar cerita, ia adalah catatan sejarah yang disampaikan dalam bentuk narasi yang menarik dan mudah diakses oleh banyak orang," ujar Masri Sareb Putra, penulis buku yang juga kandidat doktor dengan disertasi yang meneliti sejarah Dayak.

Novel ini menyajikan lebih dari 100 catatan sejarah yang dikaji dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan, menjadikannya sumber rujukan penting dalam memahami perjalanan relasi Hakka-Dayak.

Menurut Iwan, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa relasi antara komunitas Hakka dan Dayak di Sanggau pada dasarnya harmonis, meskipun pernah mengalami ketegangan akibat provokasi politik pada tahun 1967. 

Baca Orang-Orang Hakka di Sanggau dalam Sebuah Novel-Sejarah

Konflik yang dikenal sebagai benturan etnis Tionghoa-Dayak itu sejatinya bukanlah konflik murni antar masyarakat lokal, melainkan akibat dari tangan-tangan kotor pihak luar yang memiliki kepentingan politik tertentu. 

Oleh karena itu, mempelajari dan memahami sejarah dengan perspektif yang lebih luas menjadi langkah krusial dalam membangun rekonsiliasi dan kesadaran kolektif.

Dayak Menulis Sejarahnya Sendiri

Sebagai bentuk konkret dari upaya pelestarian sejarah ini, buku Orang-Orang Hakka (Penerbit Lembaga Literasi Dayak, 2025) secara simbolis diserahkan oleh Iwan Karantika kepada Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus, dalam sebuah acara resmi. 

Baca Orang-Orang Hakka di Sanggau - Novel Sejarah Bercatatan Kaki

Penyerahan buku tersebut disaksikan oleh Ketua DPRD Kalbar, Aloysius Aloi, serta anggota DPRD Kabupaten Sekadau, Paulus Subarno. Momen ini menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Dayak kini semakin aktif dalam meneliti, menggali, dan menulis sejarah mereka sendiri dengan pendekatan yang akademis dan metodologis.

Buku ini bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga bagian dari upaya intelektual Dayak dalam merebut kembali narasi sejarah mereka. 

Dengan semakin banyaknya literatur yang ditulis berdasarkan penelitian yang mendalam dan dapat dipertanggungjawabkan, masyarakat Dayak memiliki kesempatan lebih besar untuk mengartikulasikan kisah mereka sendiri. 

Orang Hakka-Dayak bukan hanya sebagai objek dalam sejarah, tetapi juga sebagai subjek yang menentukan arah masa depan mereka.

Buku ini bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga bagian dari upaya intelektual Dayak dalam merebut kembali narasi sejarah mereka. 

-- Rangkaya Bada

LihatTutupKomentar