Dayak yang Salah Satu Watak Dasarnya Mudah Percaya pada Orang
Dayak jangan lagi diperalat: nabok nyilih tangan by AI.
🌍 DAYAK TODAY | PONTIANAK: Kekuatan adalah sekaligus kelemahan.
Begitulah yang sering kita temui dalam hidup, terutama di kalangan mereka yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip luhur.
Dalam watak-dasar Dayak, ada satu sifat yang tampak begitu terang: mudah percaya kepada orang yang belum dikenalnya.
Baca Ngayau (1)
Kepercayaan itu, yang seharusnya menjadi jembatan antar manusia, justru kerap kali menjadi mandau yang menusuk jantungnya sendiri. Ini bukanlah hal baru.
Sejarah membuktikan sekaligus mengingatkan
Sejarah telah berbicara keras, mengisahkan betapa banyaknya yang telah tumbang oleh kepercayaan yang disalurkan dengan tangan terbuka.
Tangan yang memberi, kadang-kadang, justru menerima luka. Inilah paradoks manusia: memberi adalah kekuatan, tetapi tanpa kehati-hatian, memberi bisa berubah menjadi kelemahan yang mematikan.
Kepercayaan itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menjadi jalan menuju kedamaian dan kebersamaan, membuka ruang di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan penuh harapan. Tetapi, di sisi lain, ia bisa menjadi senjata yang mengiris, memisahkan harapan dari kenyataan, dan membiarkan kita terjebak dalam kehancuran.
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah
Bagi orang Dayak, kepercayaan adalah bagian dari darah mereka. Ia adalah salah satu dari tujuh sifat dasar yang diturunkan dari nenek moyang mereka, sebuah sifat yang mengalir dalam setiap tetes darah yang mengalir deras dalam tubuh mereka: mudah percaya kepada sesama. Namun, ada kalanya kepercayaan itu berubah menjadi sebuah perangkap yang mematikan, dan sejarah yang pahit mengajarkan mereka tentang kerapuhan kebaikan.
Nabok nyilih tangan pada Tragedi 1967 di Kalbar
Tahun 1967 adalah tahun yang mengerikan. Tidak hanya karena api permusuhan yang menyala di antara suku-suku, tetapi juga karena di balik nyala api itu ada tangan-tangan yang tidak terlihat, tangan yang meracuni, memanipulasi, dan memanfaatkan kebaikan orang Dayak untuk tujuan yang lebih gelap.
"Nabok nyilih tangan," begitulah kata orang tua, menyindir dengan getir.
Orang Dayak, yang terkenal dengan kepercayaan yang mendalam pada sesama, menjadi sasaran yang mudah bagi kekuatan yang lebih besar. Mereka diperalat dalam sebuah permainan yang jauh lebih licik dari yang mereka bayangkan. Mereka dijanjikan perlindungan, dijanjikan kemenangan, tetapi apa yang mereka dapatkan justru adalah pengkhianatan yang mengerikan.
Baca Ngayau (6)
Kepercayaan itu, seperti sebuah pintu terbuka, membawa mereka ke dalam kegelapan. Mereka tak tahu bahwa mereka telah diseret ke dalam perangkap yang lebih besar, di mana mereka hanya menjadi pion dalam permainan yang bukan milik mereka. Keadaan semakin buruk, karena siapa pun yang mengkhianati orang Dayak tahu satu hal: mereka akan membayar harga yang sangat mahal.
Dan begitu semuanya berakhir —setelah darah tertumpah, setelah api permusuhan padam, setelah tanah dipenuhi dengan puing-puing kehancuran —barulah orang Dayak sadar. Tangan mereka yang mereka anggap sahabat, yang mereka percayai sepenuhnya, ternyata kotor. Kotor dengan darah, kotor dengan kebohongan, kotor dengan manipulasi yang tak terbayangkan. Bukan tangan mereka yang memukul, tetapi tangan orang lain yang meminjamnya. Itu adalah pengkhianatan yang mengerikan, yang membuat mereka merasakan bagaimana rasa sakitnya ditusuk dari belakang.
Namun, seperti halnya api yang bisa membakar habis segala yang ada, pengkhianatan itu tak akan dibiarkan begitu saja.
Baca Sempadan Entikong - Tebedu dan Geopolitik Kekuasaan
Orang Dayak, meskipun telah dikhianati, bukanlah orang yang mudah dilupakan dan dibiarkan. Mereka adalah orang-orang yang memahami arti pembalasan. Mereka tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan kebohongan dan penipuan, pasti akan dibayar dengan harga yang jauh lebih tinggi. Dan pembalasan orang Dayak bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.
Kepercayaan itu memang penting, tetapi pengkhianatan lebih penting lagi. Pembalasan Dayak bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sebagai balas dendam belaka. Ia adalah pemulihan kehormatan yang sudah tercemar.
Ketika orang Dayak merasa bahwa mereka telah dipermainkan, mereka tidak akan duduk diam. Pembalasan mereka bukan hanya datang dalam bentuk tindakan fisik yang mengerikan, tetapi juga dalam bentuk ingatan yang tak pernah mati.
Baca Dayak di Titik Hijau Pulau Kalimantan
Orang Dayak akan mengingat setiap penghinaan, setiap perbuatan curang, dan setiap langkah yang ditujukan untuk menipu mereka. Mereka akan menunggu waktu yang tepat, dan ketika saat itu tiba, mereka akan melancarkan serangan yang jauh lebih kejam dari yang bisa dibayangkan.
Dan ini adalah hukum alam yang tak bisa dibantah: orang Dayak yang terkhianati tidak akan pernah lupa. Mereka akan kembali, dan kali ini mereka akan datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Tidak ada ruang untuk pengkhianatan di tanah mereka, tidak ada tempat untuk kebohongan yang membusuk.
Peringatan
Sebuah peringatan bagi siapa pun yang berpikir mereka bisa memanipulasi dan menipu orang Dayak: mereka tidak akan dibiarkan begitu saja.
Pembalasan akan datang, dan saat itu tiba, apa yang mereka anggap sebagai kemenangan akan berbalik menjadi mimpi buruk yang tak pernah berakhir.
Orang Dayak yang terlukai akan membalas, bukan hanya dengan darah, tetapi dengan rasa takut yang akan menghantui setiap langkah lawannya. Karena, seperti kata pepatah lama yang mereka pegang teguh: "Jika api dibakar dengan kayu, api itu akan membakar dengan kekuatan yang lebih besar."
Dan ketika orang Dayak membalas, mereka akan melakukannya dengan api yang tak akan pernah padam.
- Sangkrist Jelayan