Industri Musik Dayak: Tino Amee, Wiwit Babalih, dan "Dayang Sabalu"

Tino Amee, Wiwit Belabih, Dayak ganteng, Dibare', musik, Dayak, etnis, Kalimantan Barat, industri, komoditas, kreatif, panggung, musisi, Dayang Sabalu

Industri Musik Dayak yang kian menggeliat. Ilustrasi: AI.

🌍 DAYAK TODAY:  | PONTIANAK :  Di Kalimantan Barat, musik Dayak kini tengah mengalami gelombang baru yang kian menggeliat. 

Dua nama sedang hits ang saat ini tengah mencuri perhatian adalah Tino Amee dengan lagu "Dayak Ganteng" dan Wiwit Babalih dengan "Dibare." 

Baca 

Kedua lagu ini mewakili wajah musik kontemporer Dayak yang tidak hanya menghargai warisan budaya, tetapi juga berhasil menembus pasar yang lebih luas dengan sentuhan modern.

Tino Amee dan "Dayak Ganteng"

Tino Amee, penyanyi yang kini menjadi perbincangan hangat di Kalimantan Barat, berhasil mencuri perhatian lewat lagu "Dayak Ganteng." 

Lagu ini tidak hanya mempromosikan kecantikan dan kekuatan orang Dayak, tetapi juga memberikan kebanggaan tersendiri bagi mereka yang mendengarnya. 

Baca Halusinasi Sawit | Cerpen Masri Sareb Putra

Dengan gaya musik yang lebih segar dan pop, "Dayak Ganteng" membawa nilai estetika Dayak ke permukaan yang lebih luas. Lagu ini bukan hanya tentang pujian pada penampilan fisik, tetapi juga simbol rasa cinta dan kebanggaan terhadap identitas suku Dayak yang unik.

Lagu ini menjadi populer di berbagai acara dan bahkan merambah ke platform digital. 

Keberhasilan Tino Amee menunjukkan bagaimana musik kontemporer Dayak bisa beradaptasi dengan zaman tanpa meninggalkan akar budaya, dan ini menjadi salah satu indikator kuat bahwa industri musik Dayak kini semakin berkembang.

Wiwit Babalih dan "Dibare"

Di sisi lain, Wiwid Babalih, penyanyi yang juga mendapat tempat di hati pendengar, membawa gebrakan dengan lagu "Dibare." Lagu ini memperkenalkan ritme dan melodi yang lebih berakar pada tradisi Dayak, tetapi dengan nuansa yang lebih modern. 

"Dibare" tidak hanya menyuarakan cerita cinta, namun juga memberikan nuansa yang lebih mendalam tentang kehidupan masyarakat Dayak, terutama tentang kisah-kisah cinta yang penuh tantangan, namun penuh dengan keberanian dan harapan.

Baca Senjakala di Kuching Waterfront

Wiwid Babalih dengan "Dibare" menjadi salah satu simbol dari kecanggihan musik Dayak yang kini semakin dilirik oleh generasi muda. Ia berhasil menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan teknologi musik masa kini, menciptakan karya yang relevan dan mudah diterima oleh banyak kalangan.

"Dayang Sabalu" di Sekadau dan Sintang

Tidak hanya di Kalimantan Barat, tetapi juga di daerah-daerah seperti Sekadau dan Sintang, lagu "Dayang Sabalu" menjadi sangat populer. Lagu ini menceritakan tentang sosok wanita Dayak yang cantik, kuat, dan penuh pesona. 

Dengan rentak irama yang menggugah dan lirik yang menggambarkan keindahan tradisi serta budaya Dayak, lagu ini telah menjadi anthem lokal yang sering diperdengarkan dalam berbagai acara budaya.

Baca Dayak: Sukubangsa Kreatif dan Adaptif Sejak Zaman Pleistosen hingga Era Digital

"Dayang Sabalu" menjadi simbol kebanggaan masyarakat Dayak di Sekadau dan Sintang, menggambarkan sosok perempuan Dayak yang tak hanya mempesona secara fisik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, menjunjung tinggi nilai-nilai adat, dan memelihara kelestarian budaya mereka. Lagu ini juga menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat untuk memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak yang lebih luas.

Musik Dayak sebagai Potensi Ekonomi

Kehadiran lagu-lagu hits seperti "Dayak Ganteng," "Dibare," dan "Dayang Sabalu" adalah contoh nyata bagaimana musik Dayak kini semakin berkembang menjadi industri yang menggeliat. Tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga sebagai pendorong ekonomi lokal. 

Kreasi penciptaan dan distribusi lagu-lagu ini membuka lapangan pekerjaan, mulai dari musisi, produser, hingga pedagang yang terlibat dalam promosi dan penjualan CD, merchandise, atau tiket konser.

Penyanyi seperti Tino Amee dan Wiwit Babalih adalah contoh inspiratif dari musisi yang mampu memadukan tradisi dan modernitas, menghadirkan musik yang tidak hanya menyentuh hati orang Dayak, tetapi juga mengundang perhatian pendengar dari berbagai daerah. 

Lagu-lagu mereka ikut menggeliatkan ekonomi rakyat, karena sering kali acara musik ini diadakan dalam festival yang menghidupkan pasar-pasar lokal.

Kesimpulan: Musik sebagai Identitas dan Ekonomi

Industri musik Dayak kini semakin menggeliat dengan kemunculan musisi-musisi yang mampu menciptakan karya-karya yang relevan dan mengangkat kebanggaan budaya lokal. 

Baca Setting Kampus

Tino Amee, Wiwit Babalih, dan lagu-lagu seperti "Dayang Sabalu" adalah bukti bahwa musik Dayak tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat. 

Melalui musik, identitas Dayak semakin dihargai dan diakui, baik dalam lingkup budaya lokal maupun dalam kancah yang lebih luas.

-- Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar