Tokoh Dayak dalam Posisi Ormas: Pengamatan Sekilas

Dayak, politik, Ormas, penguatan, kemajuan, pemimpin, budaya, pendidikan, ekonomi, kapasitas, komitmen

Tokoh Dayak dalam Posisi Ormas
Tokoh Dayak dalam Posisi Ormas by AI.

Oleh: Gat Khaleb

🌍 DAYAK TODAY  |  NUNUKAN: Evaluasi terhadap fenomena pejabat atau politisi Dayak yang menjadi ketua Ormas (Organisasi Masyarakat) dengan minat khusus, seperti ormas adat atau paguyuban, memang menyimpan banyak dinamika. 

Baca Hutan Adat bukan Hutan Negara

Ada beberapa plus-minus yang perlu dikaji secara mendalam. Tentu sebanyak kepala, sebanyak itu pula hasil kajiannya. Yang berikut ini adalah opini pribadi penulis.

  1. Pemilihan Berdasarkan Jabatan, Fasilitas, dan Ketokohan
    Pada umumnya, pejabat atau politisi yang terpilih menjadi ketua Ormas lebih banyak dilihat dari status mereka sebagai pejabat, fasilitas yang mereka miliki, dan ketokohannya dalam masyarakat, daripada track record atau konsentrasi mereka terhadap tujuan dan perjuangan organisasi. Ini adalah praktik yang seringkali mengabaikan kecocokan antara pribadi pemimpin dan visi misi ormas tersebut. Kita sering kali memaksakan seseorang yang tidak memiliki ketertarikan atau pemahaman yang mendalam tentang adat, budaya, atau tujuan khusus ormas untuk memimpin. Ini bisa memicu ketidakpedulian terhadap tujuan jangka panjang ormas, karena fokus utamanya lebih pada status dan keuntungan pragmatis, bukan visi perjuangan. Jika pejabat yang diangkat tidak memiliki kedekatan emosional atau intelektual dengan ormas tersebut, maka risiko stagnasi atau bahkan kemunduran sangat besar.

  2. Dampak Negatif pada Perkembangan Organisasi
    Seiring waktu, pejabat yang tidak memiliki komitmen atau minat yang mendalam akan cenderung "jalan di tempat". Ormas yang dipimpin oleh orang yang tidak sungguh-sungguh berkomitmen bisa berhenti bergerak, dan hanya aktif ketika ada momentum tertentu, seperti musim Pilkada atau peristiwa besar lainnya. Bahkan dalam beberapa kasus, ormas justru menjadi alat politik untuk kepentingan pribadi atau kelompok, yang tentu saja merugikan tujuan asal ormas itu sendiri. Bukan hal yang jarang jika organisasi menjadi "kendaraan" politik sementara untuk mencapai kepentingan tertentu, tanpa ada perkembangan yang berarti bagi masyarakat atau tujuan utama ormas.

  3. Pentingnya Pemilihan Pemimpin yang Berkomitmen
    Untuk menghindari masalah yang telah diidentifikasi, perlu adanya upaya untuk memilih pemimpin ormas yang benar-benar berkomitmen dan memiliki minat pada tujuan organisasi, bukan hanya karena jabatan atau status sosial. Ke depannya, sangat penting bagi kita untuk lebih cermat dan bijak dalam memilih ketua atau pengurus ormas. Sebagai contoh, pejabat boleh menjadi bagian dari ormas, tetapi mereka harus benar-benar memahami dan menyatu dengan tujuan organisasi tersebut. Jika tidak memiliki minat yang kuat, mungkin lebih baik mereka hanya berperan sebagai penasehat atau bagian dari struktur yang lebih strategis, bukan sebagai pengurus harian yang harus mengambil keputusan dan beraksi. Pengalaman dari berbagai ormas yang ada, seperti LAD (Lembaga Adat Dayak), DAD (Dewan Adat Dayak), MADN (Majelis Adat Dayak Nasional), hingga ICDN (Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional), menunjukkan bahwa komitmen terhadap tujuan bersama dan partisipasi aktif adalah kunci untuk kemajuan ormas tersebut.

  4. Kesibukan Pejabat Daerah dan Dampaknya
    Sebagian besar pejabat daerah, terutama yang memiliki jabatan tinggi, memang memiliki segudang kesibukan yang harus diprioritaskan. Dengan jadwal yang padat, tidak jarang mereka kesulitan untuk meluangkan waktu memikirkan atau mengelola kegiatan ormas dengan serius. Tanpa minat yang mendalam, ini akan menyebabkan lembaga ormas terabaikan. Namun, apabila pejabat tersebut memiliki minat yang kuat dan bersedia berkorban, mereka bisa mengandalkan jaringan dan sumber daya yang dimilikinya untuk menggerakkan ormas, sekadar dengan satu panggilan telepon atau pertemuan strategis yang mampu mempercepat pergerakan organisasi.

Kriteria: kapasitas, komitmen, dan kecintaan terhadap tujuan organisasi

Evaluasi ini membuka pandangan penting bagi kita untuk lebih selektif dalam memilih pemimpin ormas. Pejabat atau politisi memang bisa berperan dalam organisasi, namun mereka harus memiliki komitmen yang tulus dan minat terhadap tujuan ormas tersebut. 

Baca The Vibrancy of Dayak Publications and Literacy from Higher Education Institutions

Pemimpin yang hanya berfokus pada status atau keuntungan pribadi akan menghambat perkembangan organisasi, sementara pemimpin yang tulus dan siap berkorban akan mampu menggerakkan ormas ke arah yang lebih positif dan produktif. 

Ke depannya, kita perlu belajar dari pengalaman ormas yang ada untuk memastikan bahwa pemimpin yang kita pilih benar-benar memiliki kapasitas, komitmen, dan kecintaan terhadap tujuan organisasi, bukan hanya untuk mengejar ambisi politik pribadi. *)

LihatTutupKomentar