Cornelis Desak Percepatan Geotermal: “Jangan Rakyat Kalimantan Jadi Penonton!”
Cornelis selaku anggota DPR-RI Komisi XII membahas percepatan Geotermal.
JAKARTA, 🌍 DAYAK TODAY — Anggota Komisi XII DPR RI, Dr. H.C. Cornelis, terus menunjukkan komitmennya mengawal kepentingan masyarakat Kalimantan Barat, terutama dalam isu-isu strategis nasional yang menyangkut energi dan lingkungan hidup.
Pada Rabu malam, 19 Juni 2025, ketika sebagian besar ruang gedung parlemen mulai lengang, Cornelis justru masih duduk serius dalam rapat kerja, membahas percepatan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (geotermal).
Politikus PDI Perjuangan yang pernah menjabat Gubernur Kalimantan Barat dua periode (2008–2018) ini menyoroti lambannya progres pembangunan pembangkit listrik geotermal di beberapa titik Kalimantan. “Proyek ini sudah hampir 10 tahun mangkrak. Masa sampai sekarang belum juga selesai?” ujarnya dengan nada tinggi, khas gaya retorisnya yang lantang namun sarat data.
Cornelis menilai bahwa pemerintah pusat terlalu lamban dalam mengeksekusi proyek strategis nasional di luar Pulau Jawa, khususnya di Kalimantan. “Jangan rakyat Kalimantan hanya jadi penonton terus! Proyek dibiarkan terbengkalai bertahun-tahun. Kalau di Jawa bisa cepat, kenapa di Kalimantan tidak bisa?” tegas Cornelis dalam rapat yang juga dihadiri perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Energi dan Lingkungan: Jangan Pilih Kasih
Dalam kesempatan itu, Cornelis menekankan bahwa pembangunan energi harus sejalan dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan. Ia mengingatkan bahwa Kalimantan bukan sekadar “lumbung” sumber daya alam, tetapi rumah bagi jutaan warga yang layak menikmati hasil pembangunan. “Kami ini bukan daerah terluar. Kami jantungnya Borneo! Kami tuan di rumah sendiri!” ujarnya berapi-api.
Ia juga mengingatkan soal pentingnya memperhatikan aspek lingkungan dalam pengembangan geotermal. “Jangan asal bangun, lalu merusak hutan. Ingat, Kalimantan ini paru-paru dunia. Kalau proyek tidak memperhatikan kelestarian hutan, maka rakyat yang akan menanggung dampaknya,” katanya.
Baca Mining in Dayak Lands: A Case of Ecological Sin
Cornelis juga mendorong adanya audit menyeluruh terhadap proyek-proyek energi baru dan terbarukan di wilayah Kalimantan. “Uang rakyat itu jangan habis di studi kelayakan saja. Harus ada hasil yang konkret. Saya sudah lihat banyak proyek yang habis-habisan di kertas, tapi nihil di lapangan,” sindirnya.
Afirmasi untuk Kalimantan
Politikus kawakan yang lahir di Landak itu menegaskan bahwa suara Kalimantan harus lebih didengar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan nasional.
“Sudah terlalu lama Kalimantan hanya jadi wilayah eksploitasi. Harus ada afirmasi nyata. Bukan hanya janji manis,” ujar Cornelis yang dikenal vokal memperjuangkan hak-hak masyarakat adat Dayak.
Ia pun menyatakan akan terus mengawal isu-isu energi hingga tuntas. “Saya tidak akan diam. Setiap proyek yang tidak berpihak pada rakyat, akan saya kritik keras. Tugas saya di DPR ini bukan sekadar hadir rapat. Saya wakil rakyat, bukan wakil kekuasaan,” pungkasnya.
Gagasan Bernas, Bahasa Tajam
Cornelis memang dikenal sebagai sosok legislator yang berani, lugas, dan kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan tajam yang menggelitik. Dalam berbagai kesempatan, ia tidak segan menyinggung persoalan ketimpangan pembangunan, diskriminasi wilayah, dan eksploitasi sumber daya alam di Kalimantan.
Baca Dayak dalam Pusaran Industri Minyak Sawit Dunia yang kian Meningkat
Dalam rapat malam itu, semangat dan kekritisannya tetap menyala, meski waktu sudah menunjukkan pukul lewat sepuluh malam. “Jangan pikir saya capek. Kalau urusan rakyat Kalbar, saya siap kerja lembur,” katanya sembari menyeka peluh, disambut tawa rekan-rekannya.
Sejumlah anggota dewan dan pejabat Kementerian ESDM mengakui bahwa dorongan Cornelis membuat agenda percepatan energi di Kalimantan kembali mengemuka.
“Beliau selalu jadi suara keras dari timur,” ujar seorang staf ahli yang mengikuti rapat tersebut.
-- Rangkaya Bada