Mugeni: Tokoh Literasi Kalimantan Tengah yang Menginspirasi

Literasi Dayak, Mugeni, komunitas literasi, Tanjung Puting, cerpen,Borneo, Pangkalan Bun hingga Buntok, Lembaga Literasi Dayak

 

Mugeni: Tokoh Literasi Kalimantan Tengah yang Menginspirasi
Mugeni: Tokoh Literasi Kalimantan Tengah yang Menginspirasi. Ist.

Mugeni. Singkat saja nama yang unik dan penuh cerita. Tokoh literasi asal Kalimantan Tengah ini sebenarnya bernama Abdul Gafar. Namun, karena sering sakit waktu kecil, sang kakek mengganti namanya melalui undian nama dalam gulungan kertas. 

Tiga kali undian, nama “Mugeni” terus muncul. Sejak saat itu, kesehatan Abdul Gafar membaik, dan “Mugeni” menjadi nama yang melekat hingga kini.

Profil Singkat Mugeni

  • Nama asli: Abdul Gafar

  • Nama populer: Mugeni

  • Lahir: 4 Juli 1959, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

  • Pendidikan terakhir: Doktor Ilmu Hukum, Universitas Jayabaya, Jakarta (2019)

  • Pekerjaan: Penulis, Pegiat Literasi, dan Birokrat

Perjalanan Pendidikan dan Karier

Mugeni menyelesaikan pendidikan dasar hingga SMA di Pangkalan Bun. Tahun 1980-an, ia nekad kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, dengan jurusan Hukum Tata Negara. Sambil kuliah, ia bekerja serabutan dan menulis artikel di berbagai koran lokal.

👉 Baca juga:  Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo

Karier birokrasi Mugeni dimulai pada 1989 sebagai PNS di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Ia kemudian dipercaya menjadi:

  • Sekretaris Daerah Kabupaten Sukamara (2004–2008)

  • Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah (2008–2010)

  • Kepala BPBD Kalimantan Tengah (2010–2014)

  • Kepala Badan Diklat Kalteng (2014–2015)

  • Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kalteng (2016)

  • Penjabat Bupati Barito Selatan (2016–2017)

  • Penjabat Sekda Kalimantan Tengah (2017–2018)

Kiprah di Dunia Literasi

1. Penulis dan Editor Aktif Sejak Muda

Sejak mahasiswa, Mugeni aktif menulis artikel, puisi, dan cerpen yang tersebar di berbagai media cetak. Namun baru pada 2014, buku perdananya terbit berjudul:

  • Berbagi dengan Sesama: Memberi dan Menerima (Pustaka Pelajar, 202 halaman)

Buku ini awalnya berjudul Hanya Orang Gila yang Baca Buku Ini—gaya khas Mugeni yang kreatif dan reflektif.

2. Sponsor Literasi dengan Dana Pribadi

Mugeni membiayai banyak kegiatan literasi, mulai dari pelatihan menulis bagi guru, hingga sayembara cerita rakyat. Ia juga menjadi sponsor utama penerbitan buku Tanjung Puting dalam Cerpen, hasil karya 15 cerpenis Dayak yang melakukan riset langsung ke lokasi wisata Tanjung Puting.

👉 Baca juga: FILSAFAT DAYAK

Langkah ini tergolong inovatif dalam dunia penulisan fiksi Indonesia, karena proses kreatifnya melibatkan riset lokasi untuk penghayatan setting cerita.

3. Buku-Buku yang Sudah Diterbitkan

Berikut beberapa karya penting Mugeni:

  • Catatan Pagi (2016, Penerbit LLD, ISBN 9786027471467)

  • Yang Muda Bercinta, yang Tua Bertobat (Bhuana Ilmu Populer, ISBN 9786026381446)

  • Gerimis Cinta di Haluan Kapal (dalam antologi Tanjung Puting dalam Cerpen, 2018)

4. Komunitas Literasi yang Dibentuk

Pada 27 Juli 2016, Mugeni dibaiat sebagai Ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak (LLD) Kalimantan Tengah. Komunitas ini menjadi wadah bagi penulis-penulis muda Dayak yang aktif berdiskusi, menulis, dan menerbitkan buku.

Aktivitas Organisasi

Selain di dunia literasi dan pemerintahan, Mugeni juga aktif dalam berbagai organisasi:

  • KNPI Kader Desa, Pangkalan Bun (1980)

  • Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kotawaringin Barat (1984)

  • Ikatan Sarjana Kosgoro Tapin (1996)

  • Ketua Komisi Hukum MUI Tapin (2003)

  • Ketua PRSI & Lasqi Sukamara

  • KONI Sukamara

  • Pengurus Ikatan Penulis Kalsel (1988)

Warisan Intelektual yang Perlu Diteruskan

Mugeni bukan hanya seorang birokrat. Ia adalah penggerak literasi sejati yang menyumbangkan waktu, tenaga, dan dana untuk mencerdaskan masyarakat Kalimantan Tengah. Gagasannya menjadikan literasi sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat sangat relevan untuk masa kini.

Penutup

Dari seorang anak yang sakit-sakitan, menjadi tokoh literasi dan birokrat tangguh. Dari Pangkalan Bun hingga Buntok, dari kampus hukum ke komunitas sastra.

👉 Baca juga: Krisantus Kurniawan: Dari Nanga Sepauk ke Senayan Lalu Wagub Kalimantan Barat

Tak syak, Mugeni adalah inspirasi hidup yang nyata. Kita berharap akan ada lebih banyak “Mugeni-Mugeni” lain di tanah Borneo yang menggeliatkan dunia literasi dari akar rumput.

-- Rangkaya Bada

LihatTutupKomentar