Dampak Fluktuasi Harga Minyak Nabati dan Sawit bagi Petani Dayak di Kalimantan

Dayak, petani, sawit, Kalimantan, literasi keuangan, cerdas, industri, nabati, tandan buah segar TBS, Domestic Market Obligation, DMO

 

Perubahan harga minyak nabati global, termasuk minyak sawit, menjadi faktor penting yang memengaruhi ekonomi petani di Indonesia.
Petani Dayak perlu memperkuat strategi ketahanan ekonomi, seperti diversifikasi tanaman, peningkatan literasi keuangan, serta pengelolaan lahan yang lebih mandiri agar tidak sepenuhnya bergantung pada industri sawit. Ilustrasi oleh kecerdasan buatan.


🌍 DAYAK TODAY  | JAKARTA: Perubahan harga minyak nabati global, termasuk minyak sawit, menjadi faktor penting yang memengaruhi ekonomi petani di Indonesia. 

Berdasarkan laporan OIL WORLD ANNUAL 2024, harga empat minyak utama—minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak rapeseed, dan minyak sawit olein RBD —mengalami fluktuasi signifikan sejak tahun 2017 hingga April 2024. 

Baca Pidato Prabowo Terkait Ekstensifikasi Sawit bagi Perusahaan dan Harapan bagi Petani Sawit Mandiri

Tren harga ini menunjukkan pola naik-turun yang berdampak besar pada sektor pertanian dan perdagangan minyak sawit di Indonesia.

Tren Fluktuasi Harga Minyak Nabati 2017–2024

Dari tahun 2017 hingga 2019, harga minyak nabati relatif stabil dalam kisaran 600 hingga 900 USD per ton. Namun, memasuki tahun 2020, terjadi lonjakan harga yang drastis, terutama pada tahun 2021 dan 2022, yang mencapai lebih dari 2.200 USD per ton untuk beberapa jenis minyak. 

Kenaikan harga ini didorong oleh gangguan rantai pasok global, peningkatan permintaan, serta faktor geopolitik dan iklim yang memengaruhi produksi.

Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2022, harga minyak nabati mulai mengalami penurunan sepanjang 2023. Tren ini berlanjut hingga awal 2024, dengan harga yang lebih stabil namun masih lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi. 

Baca https://www.dayaktoday.com/2025/01/pidato-prabowo-terkait-ekstensifikasi.html

Perubahan harga ini menunjukkan bahwa dinamika pasar minyak nabati sangat dipengaruhi oleh kondisi global, termasuk kebijakan perdagangan dan perubahan iklim.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Sawit Global

Beberapa faktor utama yang memengaruhi harga minyak sawit antara lain:

  • Permintaan dan Penawaran Global
    Produksi minyak sawit bergantung pada kondisi cuaca, kebijakan ekspor negara produsen, serta permintaan dari negara importir utama seperti Tiongkok dan India.

  • Kebijakan Pemerintah dan Regulasi Perdagangan
    Beberapa negara menerapkan kebijakan seperti tarif ekspor atau batasan kuota perdagangan untuk mengatur ketersediaan minyak sawit di pasar domestik maupun global.

  • Persaingan dengan Minyak Nabati Lainnya
    Harga minyak sawit juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari, yang sering menjadi substitusi di pasar internasional.

Dampak terhadap Petani Sawit di Indonesia

Fluktuasi harga minyak sawit global memiliki dampak langsung terhadap kehidupan petani di Indonesia, terutama petani kecil yang bergantung pada harga tandan buah segar (TBS). 

Beberapa dampak utama meliputi:

  • Fluktuasi Pendapatan
    Ketika harga tinggi, petani memperoleh keuntungan lebih besar, tetapi saat harga turun, mereka menghadapi kesulitan ekonomi akibat biaya produksi yang tetap tinggi.

  • Ketidakstabilan Harga TBS
    Penurunan harga minyak sawit global menyebabkan turunnya harga TBS di tingkat petani, yang dapat menghambat perawatan kebun dan produksi jangka panjang.

  • Dampak terhadap Keberlanjutan Perkebunan
    Harga yang tidak stabil membuat petani kesulitan berinvestasi dalam peremajaan kebun dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan sesuai standar ISPO dan RSPO.

  • Peran Kebijakan Pemerintah
    Pemerintah Indonesia berupaya menstabilkan harga melalui kebijakan seperti Domestic Market Obligation (DMO) dan subsidi bagi petani. Namun, kebijakan ini harus disesuaikan agar tetap mendukung ekspor dan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global.


Dampak Fluktuasi Harga Minyak Nabati dan Sawit bagi Petani Dayak di Kalimantan

Petani Dayak di Kalimantan, yang banyak bergantung pada perkebunan sawit sebagai sumber mata pencaharian, turut merasakan dampak dari fluktuasi harga minyak sawit global. 

Baca Dayak dalam Pusaran Industri Minyak Sawit Dunia yang kian Meningkat

Perubahan harga ini berpengaruh terhadap aspek ekonomi, sosial, dan budaya mereka.

  • Ketidakpastian Pendapatan
    Ketika harga minyak sawit turun, harga tandan buah segar (TBS) yang diterima petani juga merosot. Hal ini menyebabkan pendapatan mereka tidak stabil, sementara biaya operasional seperti pupuk, perawatan kebun, dan tenaga kerja tetap tinggi.

  • Tekanan terhadap Sistem Ekonomi Tradisional
    Sebagian petani Dayak masih menjalankan sistem ekonomi berbasis komunitas, seperti berbagi hasil panen dan gotong royong dalam bertani. Namun, ketika harga sawit anjlok, banyak yang terpaksa menjual tanah atau berutang untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang berdampak pada berkurangnya lahan yang dikelola sendiri.

  • Ancaman terhadap Ketahanan Pangan
    Ketergantungan pada sawit sebagai komoditas utama membuat beberapa komunitas Dayak mengabaikan pertanian subsisten seperti padi ladang dan tanaman hortikultura. Saat harga sawit jatuh, mereka mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pangan karena lahan untuk tanaman pangan semakin berkurang.

  • Dampak Sosial dan Migrasi Tenaga Kerja
    Turunnya harga sawit memaksa sebagian petani mencari pekerjaan lain di kota atau di sektor industri ekstraktif seperti pertambangan. Akibatnya, terjadi migrasi tenaga kerja dari desa ke perkotaan, yang dapat mengurangi regenerasi petani muda dan mengancam keberlanjutan pertanian sawit berbasis komunitas.

  • Peran Perusahaan dan Pemerintah
    Banyak petani Dayak bergantung pada perusahaan sawit dalam sistem kemitraan. Saat harga anjlok, perusahaan sering kali menekan harga beli dari petani plasma. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga dasar dan regulasi ekspor sangat memengaruhi kesejahteraan petani kecil. Oleh karena itu, perlindungan dan kebijakan yang berpihak pada petani sangat dibutuhkan agar mereka tidak selalu menjadi pihak yang dirugikan dalam fluktuasi harga global.

Dengan berbagai tantangan ini, petani Dayak perlu memperkuat strategi ketahanan ekonomi, seperti diversifikasi tanaman dan peningkatan literasi keuangan. 

Petani Dayak juga perlu mengelola lahan secara lebih mandiri agar tidak sepenuhnya bergantung pada industri sawit.

-- Masri Sareb Putra, M.A.

LihatTutupKomentar