Dwiardy Uskup Banjarmasin yang Berkobar dan Bercahaya
Dwiardy: Uskup Banjarmasin yang berkobar dan bercahaya. Hidup. |
PONTIANAK: DAYAK TODAY: Mgr. Victorius Dwiardy, O.F.M. Cap., lahir pada 14 Desember 1968, di Sebalos, Sango, Sanggau Ledo, Bengkayang, Kalimantan Barat, dalam sebuah keluarga petani yang sederhana.
Dwiardy dibesarkan dalam suasana keagamaan yang kental di lingkungan Gereja Santo Pius X, Bengkayang.
Dalam perjalanan hidupnya, Dwiardy menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap panggilan imamat sejak usia muda. Pendidikan dasar ditempuh di SMP Negeri Sanggau Ledo, yang diikuti dengan pendidikan menengah di SMA Seminari Santo Paulus, Nyarumkop, Singkawang, tempat ia semakin mantap dalam niatnya untuk mengabdi kepada Tuhan melalui hidup sebagai seorang imam.
Baca Dayak Katolik dan Hati yang terarah ke Vatikan
Di kaki Gunung Poteng yang sejuk hawanya, ia mulai merasakan panggilan untuk mengikuti jejak para biarawan Kapusin dan memutuskan untuk menjalani tahun novisiat di Parapat, Kabupaten Simalungun, sebuah langkah awal yang membawanya semakin dekat dengan hidup religius.
Perjalanan intelektual dan spiritual
Pada tahun 1989, Mgr. Dwiardy memulai perjalanan intelektual
dan spiritualnya di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Santo Yohanes
Pematangsiantar, di mana ia menghabiskan waktu untuk mempelajari filsafat dan
teologi, bidang studi yang semakin memperdalam panggilannya sebagai seorang
biarawan Kapusin. Di sana, ia mengucapkan kaul perdana pada 2 Agustus 1990, dan
kaul kekal pada 23 Agustus 1997, menandai komitmennya yang tulus dalam
mengikuti jejak St. Fransiskus Asisi. Dengan dedikasi tinggi, ia lulus pada
tahun 1998 setelah menjalani studi teologi yang menjadi fondasi kuat untuk
imamatnya.
Baca Papabili
Pada 10 Oktober 1998, Mgr. Dwiardy menerima tahbisan imamat
dari Uskup Agung Pontianak, Hieronymus Herculanus Bumbun, O.F.M. Cap. Sebagai
imam muda, ia ditempatkan di Paroki Katedral Pontianak, di mana ia tidak hanya
melayani umat, tetapi juga mengembangkan program animasi kepemimpinan dan
kreativitas bagi kaum muda. Di tengah dinamika kehidupan perkotaan yang
berkembang pesat, ia berusaha membawa semangat kebersamaan dan iman yang
mendalam kepada generasi muda, membimbing mereka agar dapat menjadikan iman sebagai
pedoman hidup yang berharga. Keaktifannya dalam pastoral kaum muda di Pontianak
memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan Gereja di wilayah tersebut.
Pada 2001, dengan keinginan untuk memperkaya diri dan
memperluas pengetahuannya, Mgr. Dwiardy melanjutkan studi Bahasa Belanda di
Nijmegen, Belanda. Pengalaman ini memperluas pandangannya terhadap budaya dan
bahasa Eropa, yang sangat berharga ketika ia diangkat sebagai anggota Konsili
Umum Ordo Saudara Dina Kapusin beberapa tahun kemudian. Pada 2003 hingga 2008,
ia melanjutkan studi hukum sipil di Universitas Kristen Indonesia (UKI),
Jakarta, sambil terus melayani umat di Gereja Santo Fransiskus Asisi, Tebet,
Jakarta. Di sana, ia tidak hanya menekuni bidang hukum, tetapi juga memperdalam
pengabdiannya kepada Gereja dan masyarakat Jakarta.
Baca Duri Cinta Kebun Sawit (1) | Tanah dan Belahan
Setelah menyelesaikan studi hukum, pada tahun 2008, Mgr. Dwiardy diangkat sebagai Sekretaris Keuskupan Agung Pontianak, sebuah tugas administratif yang menuntut kepemimpinan yang penuh tanggung jawab.
Ia juga aktid dalam Yayasan Dharma Insan yang mengelola rumah sakit dan
sekolah perawat di Pontianak. Perannya di yayasan ini sangat penting, karena ia
membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan di wilayah
tersebut. Pada 2012, Dwiardy terpilih menjadi Minister Provinsial Kapusin Provinsi
Pontianak, sebuah jabatan yang memberinya kesempatan untuk memimpin para
biarawan Kapusin di wilayah Kalimantan Barat. Pada saat yang sama, ia juga
menjabat sebagai Presiden Konferensi Kapusin wilayah Asia-Pasifik (PACC), yang
memberikan dampak besar dalam mempererat hubungan antara biarawan Kapusin di
Asia dan Pasifik.
Tahun 2013 menjadi titik balik dalam hidup Mgr. Dwiardy,
ketika ia dipanggil untuk bergabung dengan Konsili Umum Ordo Saudara Dina
Kapusin di Roma, Italia. Di sana, ia menjabat sebagai Konselor Jenderal untuk
PACC, yang memberinya kesempatan untuk bekerja lebih dekat dengan para pemimpin
Gereja dari seluruh dunia. Selama bertugas di Roma, ia terlibat dalam berbagai
kegiatan internasional yang memperkuat misi Ordo Kapusin di seluruh dunia,
serta membantu mewujudkan visi Gereja yang inklusif dan melayani semua umat
tanpa memandang batasan.
Berkobar dan Bercahaya
Pada 8 Juli 2023, Mgr. Dwiardy terpilih sebagai Uskup Banjarmasin, menggantikan Mgr. Petrus Boddeng Timang yang memasuki masa pensiun. Keputusan ini diumumkan oleh Takhta Suci, dan ia dengan rendah hati menerima panggilan baru ini.
BacaNgayau (7): Ameliorasi dari Negatif ke Positif
Dalam pengangkatannya sebagai Uskup Banjarmasin,
ia memilih motto "Ardere et Lucere," yang berarti "Berkobar dan
Bercahaya." Motto ini merujuk pada Yesus sebagai Sang Terang Dunia, dengan
harapan agar setiap umat dapat memiliki semangat yang berkobar dalam iman,
harapan, dan kasih, serta menjadi terang bagi dunia melalui perbuatan baik.
Mgr. Dwiardy mengaitkan kata "berkobar" dengan nyala api yang
melambangkan iman yang hidup, sementara "bercahaya" merujuk pada
ajakan untuk menjadi saksi kebaikan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkaian tahbisan uskup dimulai dengan ibadat vesper pada 3
November 2023, yang dipimpin oleh Uskup Agung Samarinda, Yustinus Harjosusanto,
M.S.F. Pada 4 November 2023, tahbisan episkopal berlangsung di Ballroom Grand
Palace Banjarmasin, dengan Uskup Sintang, Samuel Oton Sidin, O.F.M. Cap.,
memberikan homili. Mgr. Dwiardy memimpin misa pontifikal perdananya pada 5
November 2024 di Katedral Banjarmasin, sebuah momen bersejarah yang menandai
awal kepemimpinannya di Keuskupan Banjarmasin.
Sebagai Uskup Banjarmasin, Mgr. Dwiardy berkomitmen untuk melanjutkan pelayanan Gereja yang penuh semangat dan kasih. Ia berharap dapat memimpin umat dalam pengembangan iman yang semakin mendalam, serta membawa terang kepada masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya.
Melalui semangat hidupnya
yang selalu berkobar dan bercahaya, Mgr. Dwiardy ingin mengajak umat untuk
terus bertumbuh dalam iman, menghidupi ajaran Yesus, dan menjalin persaudaraan
yang harmonis di tengah keberagaman.