Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (2)

Credit Union, CU, Koperasi Kredit, Kopdit, Dayak, Kalimantan, jujur, kepercayaan, aset, bertambah, anggota, makmur, tambang, sawit

Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota
Ilmu Koperasi Itu satu saja: Jujur mengelola uang anggota by AI.

🌍 DAYAK TODAY  | JAKARTA: Gerakan Credit Union (CU) di Kalimantan bukan hanya keberhasilannya mengelola uang. Tapi juga bagaimana lembaga keuangan non-bank itu mengelola waktu.


Waktu, dalam banyak masyarakat modern, adalah garis lurus. Maju terus, menelan apa pun yang lambat. 

Tapi dalam CU, waktu seperti melingkar. Ia kembali ke masa lalu. Menyentuh nilai-nilai yang nyaris kita lupakan. Ia mengajak orang-orang duduk bersama, seperti dulu para leluhur duduk mengelilingi api.

Baca Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (1)

Itu sebabnya CU tidak hanya membangun lembaga, tapi juga memulihkan sesuatu yang telah lama hilang: rasa memiliki bersama. Dalam dunia di mana kepemilikan selalu berarti "punyaku", CU menawarkannya kembali dalam bentuk jamak: kita.

Dan kita, seperti yang kita tahu, adalah kata yang mahal.

Di kota-kota besar, kata itu semakin jarang diucapkan. Yang tumbuh adalah individualisme yang licin: bersikap sopan tapi menjaga jarak. Mungkin karena itu CU tak tumbuh semasif di kota-kota. Di sana, orang terlalu terbiasa hidup sendiri, menyimpan rahasia sendiri, gagal bersama pun secara diam-diam.

Tapi di Kalimantan, tanah yang masih penuh luka karena pembakaran hutan, penggusuran kampung, dan peminggiran identitas, CU menjadi ruang pulih. Ia bukan sekadar alat ekonomi, tapi sebuah rumah. Orang datang bukan hanya membawa uang, tapi membawa cerita.

Ada seorang ibu yang bercerita bahwa ia dulu buta huruf, lalu diajari oleh CU karena ia perlu tanda tangan untuk menarik tabungan. Ada petani yang dulu dihina karena tidak bisa ke bank, kini menjadi panutan karena bisa mengelola kelompok simpan pinjam. Ada mantan karyawan sawit yang keluar dari sistem eksploitatif itu dan memulai usaha sendiri, dengan pinjaman kecil dari CU—dan dengan keberanian yang besar.

Baca Kepercayaan adalah Modal Dasar Credit Union

Tentu akan selalu ada yang sinis. Yang berkata: semua itu hanya romantisme. Pada akhirnya, uang adalah uang. Siapa yang mengelola paling efisien, dialah yang menang.

Tapi sinisme selalu lahir dari ketakutan. Dari pengalaman dikhianati. Dari kebiasaan melihat institusi tumbuh untuk kemudian membusuk karena kerakusan. Sinisme adalah luka yang belum sembuh.

Tapi CU membalas sinisme bukan dengan argumen, tapi dengan kesetiaan. Ia tidak banyak bicara. Ia hadir. Dan bertahan.

Ada semacam kedewasaan sunyi di dalamnya. Tidak mengejar pujian. Tidak mencari panggung. Tapi tahu benar bahwa lembaga yang ia bangun adalah urusan hidup orang banyak. Bahwa yang dipertaruhkan bukan hanya uang, tapi masa depan anak-anak. Bahwa ketika kepercayaan rusak, yang hancur bukan hanya koperasi, tapi iman sosial yang telah dibangun bertahun-tahun.

Baca Credit Union (CU) dan Watak Orang Dayak : Tumbu oleh Tutup

Itulah sebabnya para pengelola CU terbaik adalah mereka yang tidak silau. Yang tahu kapan bicara, dan lebih sering mendengar. Yang tidak tergoda untuk mempermainkan celah dalam aturan. Yang tahu bahwa satu kesalahan bisa menodai seribu kebaikan.

Mereka mungkin bukan lulusan Harvard atau UI. Tapi mereka paham satu ilmu penting yang tidak diajarkan di sekolah manapun: jujur.

Kini, ketika pemerintah mulai berbicara kembali soal koperasi, soal pasal 33 UUD 1945, soal ekonomi rakyat, pertanyaannya bukan soal niat, tapi soal konsistensi. Apakah kita bersedia menyelami makna koperasi bukan sebagai sistem, tapi sebagai perilaku hidup bersama?

Karena koperasi bukan barang mati. Ia bukan semata-mata model ekonomi alternatif. Ia adalah cara hidup. Ia menuntut perubahan sikap, bukan sekadar perubahan kebijakan. Dan perubahan sikap, seperti yang kita tahu, jauh lebih sulit.

Baca CU Banuri Harapan Kita

Kita bisa belajar dari Kalimantan. Dari desa-desa yang tak masuk headline. Dari orang-orang kecil yang tidak pernah diminta tampil di forum-forum nasional. Dari mereka yang dengan tenang terus menjaga api kecil: kejujuran.

Itu sebabnya, mungkin kita tidak perlu teori baru. Kita tidak perlu seminar dengan istilah rumit. Kita hanya perlu mengulang satu pelajaran sederhana, berulang-ulang, sampai menjadi budaya: jujur mengelola uang orang lain.

Itu saja. Dan itu—ternyata—cukup untuk mengubah banyak hal.

Jakarta, 8 April 2025

LihatTutupKomentar