Asap Hitam dari Cerobong Kapel Sistina pada Hari Pertama Konklaf

kardinal, cardinal eletor, paus, kapel Sistina, extra omnes, Pro Eligendo Papa, Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus, Suharyo, Katolik

Sumpah cardinal  elector di atas Kitab Suci.
Sumpah cardinal  elector di atas Kitab Suci: disaksikan langit dan bumi. Kredit gambar: Vatinan Media.

🌍 DAYAK TODAY  | PONTIANAK:  Setelah sumpah suci diucapkan satu per satu oleh 133 kardinal pemilih. Dan seruan “Extra Omnes” diumumkan oleh Kardinal Proto-Diakon, pintu-pintu besar Kapel Sistina ditutup rapat. Semua non-kardinal dipersilakan keluar. 


Di dalam Kapel Sistina, para kardinal yang berasal dari lebih dari 70 negara kini berdiri dalam keheningan. Masing-masing memegang kartu suara (balot). Mereka bersiap menjalani proses paling rahasia dan sakral dalam Gereja Katolik: memilih Paus baru.

Baca Konklaf Vatikan 2025 Resmi Dimulai Hari Ini

Di luar, lebih dari 45.000 umat dari berbagai penjuru dunia memadati Lapangan Santo Petrus. Mata mereka tertuju pada cerobong asap kecil di atas Kapel Sistina. Isyarat pertama tentang hasil pemungutan suara dinantikan dalam diam dan doa.

Namun, harapan itu masih tertunda. Pada Rabu (7/5/2025) pukul 21.05 waktu Vatikan, asap hitam mengepul dari cerobong. Tanda bahwa belum ada kandidat yang meraih dua pertiga suara. 

Belum ditemukan Paus baru pada hari pertama konklaf.

Tradisi Turun Temurun

Rangkaian konklaf dimulai sejak pagi hari dengan perayaan Misa Pro Eligendo Papa di Basilika Santo Petrus. Misa yang dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re ini menjadi momentum spiritual awal sebelum para kardinal memasuki masa karantina penuh yang ketat. 

Baca Mungkinkah Paus dari Timur?

Dalam arak-arakan hening dan penuh takzim, para kardinal kemudian memasuki Kapel Sistina, tempat yang sama di mana mahakarya Michelangelo menggambarkan kisah penciptaan dan penghakiman terakhir.

Konklaf kali ini berlangsung dalam suasana penuh makna. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik selama lebih dari satu dekade, wafat pada 21 April 2025. Dunia menanti sosok pengganti yang akan membawa Gereja ke fase baru di tengah tantangan modern: migrasi global, perubahan iklim, digitalisasi, serta tuntutan reformasi internal.

Komposisi Berubah

Dari 133 kardinal pemilih, sebanyak 108 di antaranya merupakan hasil penunjukan Paus Fransiskus sendiri. Ini berarti secara teknis, “warisan” pemikiran dan arah pastoral Fransiskus masih sangat terasa dalam proses pemilihan. 

Komposisi ini juga membuat konklaf tahun ini menjadi salah satu yang paling inklusif secara geografis dalam sejarah Gereja. Kardinal dari negara-negara seperti Malaysia, Myanmar, Haiti, Indonsia (Ignatius Kardinal Suharyo), dan Tonga turut menjadi bagian dari pengambilan keputusan.

Baca The Two Popes

Seluruh kardinal tinggal di wisma Domus Sanctae Marthae di dalam area Vatikan, tanpa akses telepon, internet, atau media. Segala bentuk komunikasi dengan dunia luar dihentikan. Bahkan para staf pendukung, termasuk juru masak dan petugas kebersihan, disumpah untuk menjaga kerahasiaan.

Tekanan dan Harapan

Di sela prosesi yang khidmat itu, suara-suara yang menuntut perubahan struktural juga tak terelakkan. 

Di luar Vatikan, sekelompok aktivis dari organisasi Catholic Women's Ordination melepaskan asap merah muda. Suatu bentuk simbolis dari tuntutan agar perempuan mendapat tempat dalam kepemimpinan tertinggi Gereja Katolik. 

Walaupun ditanggapi secara hati-hati oleh otoritas Vatikan, aksi tersebut mencerminkan kegelisahan sebagian umat atas dinamika internal Gereja.

Baca Kardinal Richelieu | Ketika Kuasa Kaisar dan Gereja Kawin-mawin

Sementara itu, di ruang pemungutan suara, kartu suara yang dibacakan satu per satu menjadi saksi pergulatan nurani, visi, dan harapan para kardinal. 

Setiap suara bukan hanya menunjuk sosok, tetapi juga menandai arah masa depan Gereja Katolik yang kini memiliki lebih dari 1,3 miliar umat di seluruh dunia.

Masih Ada Hari Esok

Sesuai ketentuan, jika pada hari pertama belum diperoleh suara mayoritas dua pertiga —yakni minimal 89 suara— konklaf akan dilanjutkan dengan dua sesi pemungutan suara pada pagi dan sore hari di hari berikutnya (8 Mei 2025). 

Proses ini akan terus berjalan hingga muncul satu nama yang mendapatkan legitimasi kolegial dan spiritual dari seluruh College of Cardinals (Dewan Kardinal).

Baca Michelangelo | Ketika Jemari Pemahat Menyentuh Ujung Surga

Dunia kini kembali menatap cerobong kecil di Kapel Sistina. 

Asap putih, lambang harapan, masih harus ditunggu. Namun bagi umat Katolik, penantian ini bukan sekadar menanti pemimpin baru, melainkan menantikan arah moral dan spiritual baru bagi dunia yang tengah bergejolak.

-- Masri Ssareb Putra/The Guardian/Vatican Media.

LihatTutupKomentar