Segelintir Kardinal Berpengalaman dalam Konklaf Sepanjang Sejarah
Para kardinal, red biretta, dalam sebuah pertemuan. Tampak kardinal dari Indonesia, Julius Rijadi Kardinal Darmaatmadja, S.J. (kanan atas). Sumber: Masri, 2005, halaman 82. |
🌍 DAYAK TODAY | JAKARTA: Dalam sejarah Gereja Katolik, konklaf —ritual tertutup dan penuh khidmat itu— sering hanya dihuni oleh sejumlah kecil kardinal yang sebelumnya telah duduk dalam konklaf lain.
Ada semacam keheningan yang diwariskan. Seolah pengalaman memilih Paus adalah rahasia yang hanya hidup di antara yang telah menua bersama takhta Petrus.
Baca 80 Tahun Ketika Usia Mendepak para Santo
Masa kepausan yang panjang, usia yang renta dari para purpurat, dan regenerasi yang lambat menjadikan proses itu bukan sekadar pemilihan, tapi semacam ziarah dalam labirin waktu, di mana yang baru kerap adalah yang lama dalam rupa lain.
1. Konklaf Tahun 1823
Setelah wafatnya Paus Pius VII, konklaf ini memilih Kardinal Annibale della Genga sebagai Paus Leo XII.
Dari para kardinal yang hadir, hanya dua yang bergalaman mengikuti konklaf sebelumnya (konklaf tahun 1800), yaitu:
- Giulio Maria della Somaglia
- Fabrizio Ruffo
Sumber: Masri (2027), Wikipedia – 1823 papal conclave
2. Konklaf Tahun 1903
Dilaksanakan setelah wafatnya Paus Leo XIII, konklaf ini menghasilkan pemilihan Giuseppe Sarto sebagai Paus Pius X.
Dari 64 kardinal yang hadir, hanya satu yang memiliki pengalaman mengikuti konklaf sebelumnya (konklaf tahun 1878):
Luigi Oreglia di Santo Stefano
Sumber: Masri (2027), Wikipedia – 1903 papal conclave
3. Konklaf Tahun 2005
Diadakan setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, dan menghasilkan pemilihan Joseph Ratzinger sebagai Paus Benediktus XVI.
Dari 115 kardinal elektor, hanya dua yang memiliki pengalaman dalam konklaf sebelumnya (konklaf Oktober 1978)
- Joseph Ratzinger
- William Wakefield Baum
Kardinal Jaime Sin dari Filipina juga pernah mengikuti konklaf 1978, tetapi tidak hadir dalam konklaf 2005 karena kondisi kesehatan dan batas usia (di atas 80 tahun).
Sumber: Masri (2027), Wikipedia – 2005 papal conclave
4. Konklaf Tahun 2013
Dilaksanakan setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, konklaf ini memilih Kardinal Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus Fransiskus.
Dari 115 kardinal elektor, sekitar 50 kardinal memiliki pengalaman dalam konklaf sebelumnya (konklaf tahun 2005).
Jumlah ini mencerminkan tingkat kesinambungan pengalaman tertinggi dalam sejarah konklaf modern.
Sumber: Ave Maria Press
Tahun Konklaf | Paus Terpilih | Jumlah Kardinal Elektor | Kardinal Berpengalaman Sebelumnya | Nama Kardinal Berpengalaman |
---|---|---|---|---|
1823 | Leo XII (Annibale della Genga) | Tidak tercatat | 2 | Giulio Maria della Somaglia, Fabrizio Ruffo |
1903 | Pius X (Giuseppe Sarto) | 64 | 1 | Luigi Oreglia di Santo Stefano |
2005 | Benediktus XVI (Joseph Ratzinger) | 115 | 2 hadir (1 absen karena usia) | Joseph Ratzinger, William Wakefield Baum (Jaime Sin absen) |
2013 | Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio) | 115 | Sekitar 50 | Tidak dirinci satu per satu, tetapi semuanya ikut konklaf 2005 |
Dalam banyak konklaf sepanjang sejarah, hanya sedikit kardinal yang membawa pengalaman dari konklaf sebelumnya—seolah-olah pengetahuan tentang memilih seorang Paus adalah semacam pengetahuan yang lekang, tak diwariskan dengan mudah. Kecuali pada Konklaf 2013: sebuah anomali yang sunyi, di mana angka kehadiran mereka yang pernah memilih menjadi yang tertinggi.
Baca Papabili
Dalam konklaf, waktu seperti memberi isyarat bahwa regenerasi dalam tubuh Gereja berjalan pelan, dengan jeda yang panjang dan langkah yang nyaris tak terdengar.
Maka pengalaman menjadi langka. Dan justru karena itu menjadi berharga. Ia hadir sebagai ingatan yang tak semua orang miliki, dalam sebuah ruangan yang menutup dunia, tapi menentukan nasibnya.
Logika Konklaf
Mungkin karena itulah konklaf tak sekadar proses elektoral. konklaf tak sekadar proses elektoral adalah upacara ingatan.
Di balik pintu-pintu yang tertutup di Kapel Sistina, di bawah lukisan kiamat Michelangelo yang menggantung seperti pertanyaan abadi, para kardinal tak hanya memilih, mereka menafsir. Mereka membaca dunia dalam diam: serpihan-serpihan krisis, harapan yang lelah, gereja yang merunduk atau menantang zaman.
Baca Mungkinkah Paus dari Timur?
Bahwa hanya sedikit yang berpengalaman bukan semata perkara statistik. Ia mencerminkan sesuatu yang lebih sunyi: bahwa Gereja, dalam kedalaman ritusnya, sering bergerak bukan dengan kecepatan sejarah, tetapi dengan keteguhan ritme abadi.
Regenerasi bukan pergantian wajah, tapi pemanggilan kembali ingatan. Maka pengalaman menjadi semacam nyala kecil di dalam kabut, bukan cahaya besar yang menguasai ruang, melainkan kilau yang mengingatkan: pernah ada yang tahu arah, meski jalan tetap tak pasti.
Dan mungkin karena itu pula, Paus terpilih tak pernah benar-benar dipilih. Ia seperti terbit. Muncul dari keheningan dan kesepakatan. Lahir dari tarik-menarik yang tak seluruhnya rasional.
Dalam logika konklaf. Kehadiran tak selalu setara dengan pengaruh. Sebab, dalam ruang tempat Roh Kudus dipercaya hadir, suara manusia tetap bergetar dengan keraguan dan rahmat sekaligus.
Jakarta, 2 Mei 2025