Pernikahan China-Dayak (1)
![]() |
Pernikahan China-Dayak. Ilustrasi by Grok Ai. |
🌍 DAYAK TODAY | SEKADAU: Orang Tiongkok pertama kali menjejakan kaki secara masif di Pulau Kalimantan, tidak diketahui dengan dengan pasti kapan?
Kekalahan
Mongol ini merupakan penghinaan kedua bagi mereka, Setelah sebelumnya utusan mereka
yang bernama Meng Ki dipotong telinganya dan dilukai wajahnya oleh Raja Kertanegara dan kemudian ditipu dan dikalahkan oleh Raden Wijaya. Tentu dendam ini
membuat kemarahan Mongol memuncak. Sepertinya Mongol akan melakukan serangan
gelombang kedua.Dalam catatan sejarah Tentara mongol tidak pernah putus asa
menyerang kembali sebuah negara jika gagal dalam serangan pertama.
Baca Duri Cinta Kebun Sawit (1) | Tanah dan Belahan
Konon
katanya ada 7 orang opsir yang ditinggalkan untuk mendirikan pos itu. Kemungkinan ketujuh opsir itu memiliki beberapa
bawahan yang membantu mereka. Tetapi serangan gelombang kedua tidak pernah
dilakukan karena Kaisar Kubilai Khan keburu meninggal dunia pada tahun pada 18
Februari 1294.
Kemungkinan ketujuh opsir dan anak buahnya akan menjalin hubungan dengan masyarakat lokal. Kemungkinan terjadi perkawinan juag tinggi. Terkatung-katung nasib dengan adanya perubahan politik di darata Cina sehingga catatan tentang ketujuh opsir ini hilang dan ada dua kemungkinan mereka menetap dan berkeluarga di Kalimantan atau kembali ke Cina. Keluarga inilah yang menjadi cikal bakal komunitas China di Kalimantan Barat
Kedatangan orang
dari daratan Tiongkok secara masif saat mereka oleh Sultan Umar Aqamudin II
pada tahun 1760 saat beliau berkunjung ke Brunei dan melihat cara orang
Tiongkok menambang emas, kemudian mengundang mereka untk datang ke Sambas dan
membuka pertambangan emas.
Sejak saat
itu gelombang demi gelombang kedatangan orang Tiongkok datang ke Kalimantan
Barat. Kemungkinan pertambangan pertama yang dibuka di sekitar Samalantan, Saat
itu Samalantan masih memiliki sungai besar yang bisa dimasuki kapal besar kini
sungai tersebut sudah mengalami pendangkal karena penambang emas selama
berabad.
Kemungkinan
orang yang diundang adalah Suku Khek (Hakka) yang mana pada masa itu menempati
wilayah yang kurang subur di Propinsi Guangdong. Sedikit berbeda dengan dengan
kedatangan orang Tiongkok ke Jawa yang datang secara individual atau kelompok
kecil. Kedatangan Orang Khek ke Kalimantan Barat datang secara masif dan dari
satu daerah dan dikoordinir oleh orang Tiongkok sendiri sehingga budaya dan
bahasa mereka bisa lestari.
Semua yang
datang adalah laki-laki karena tidak memungkinkan untuk wanita datang karena harus
menempuh perjalanan berat dan memakan waktu lama dengan menggunakan kapal
layar, juga bajak Laut berkeliaran di sekitar Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Selat
Malaka hingga Selat Karimata. Saya menduga tingkat kematian selama perjalanan
cukup tinggi.
Baca Kalimantan, Sapi Perah Republik yang Terlupakan? (In-depth reporting)
Kedatangan
orang Tiongkok secara masif dan dari satu daerah membuat mereka lebih mudah
mengorganisir diri sehingga mereka membentuk perkumpulan yang disebut Kongsi.
Kongsi berfungsi sebagai perkumpulan sosial, ekonomi dan politik. Tidak ada
catatan pasti ada berapa kongsi yang pernah berdiri di Kalimantan Barat tetapi
cukup banyak untuk mengorganisir seluruh orang Tiongkok di “Distrik Emas”
Kalimantan Barat.
![]() |
Sumber : Golddiggers, Farmers, and Traders, Mary Sommer Heidhuis |
Distrik
Emas itu tidak meliputi seluruh Kalimantan Barat, hanya meliputi Kabupaten
Sambas, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, kabupaten
Mempawah, dan Sebagian Kota Pontianak.
Distrik
Emas itu sendiri di kelilingi oleh wilayah Dayak Kendayan (Kanayatn) sehingga
interaksi antara kedua suku berlangsung intens. Bagi masyarakat Kalimantan
Barat yang menjadi pilar pribumi adalah 3 suku yaitu Tidayu atau Cindayu (Cina,
Dayak, Melayu). Ketiga suku memiliki teritorial masing-masing dimana mereka
saling menghormati batas wilayah meski tidak pernah ditetapkan secara resmi.
Orang Khek di
negeri leluhur adalah pendatang dari Cina Utara yang berpindah karena
peperangan sehingga mereka menempati wilayah yang tidak subur di perbukitan
Propinsi Guangdong. Pada dasarnya mereka adalah petani sehingga kondisi ini
membuat mereka menjadi petani tangguh. Saat tawaran datang untuk menggali “Gunung
Emas” di Kalimantan Barat membuat mereka tertarik untuk ikut. Fenomena “Gunung
Emas” membuat mereka berbondong-bondong datang ke Kalimantan.
Baca Orang-Orang Hakka di Sanggau dalam Sebuah Novel-Sejarah
Kedatangan para penambang ini yang notabene adalah para pria tentu menimbulkan masalah sendiri untuk memenuhi hasrat biologis. Karena kedekatan wilayah dengan orang Dayak maka pria Tiongkok mencari istri orang Dayak.
Selain disebabkan kedekatan wilayah, wanita dayak juga tidak menuntut mahar seperti orang Melayu dan mereka juga memiliki kesamaan budaya dimana orang Dayak menganggap babi sebagai hewan kultural.
Kondisi miskin para pendatang Tiongkok generasi pertama membuat mereka juga di jauhi orang Melayu yang pada masa itu memiliki ekonomi lebih baik.
Pada masa itu sebagian besar orang Tiongkok
tidak berkasut (alas kaki) dan hanya memiliki baju satu atau dua helai saja. Situasi
ekonomi orang Dayak juga tidak jauh berbeda.
-- Anton Surya