Pernikahan China-Dayak (1)

Pernikahan, Tionghoa Dayak, Tatar Mongol, Raden Wijaya, Sambas,Pemangkat, Cina, Kalimantan Barat, Khek, Hakka, Laut Cina Selatan, Kongsi,

Pernikahan China-Dayak
Pernikahan China-Dayak. Ilustrasi by Grok Ai. 

🌍 DAYAK TODAY  | SEKADAU: Orang Tiongkok pertama kali menjejakan kaki secara masif di Pulau Kalimantan, tidak diketahui dengan dengan pasti kapan? 


Kuat dugaan sejak kekalahan pasukan Tatar Mongol oleh Raden Wijaya 1293 yang kemudian mendirikan pos komunikasi yang sekaligus akan menjadi pos perbekalan di sekitar Pemangkat (kabupaten Sambas) untuk persiapan serangan gelombang kedua yang tidak pernah terjadi. 


Letak Pemangkat yang strategis dimana kontur lahan yang berbukit sekaligus memiliki pantai yang landai sehingga memudahkan pendaratan perahu sedangkan bukit bisa dijadikan tempat pengintaian dan kubu pertahanan.

Kekalahan Mongol ini merupakan penghinaan kedua bagi mereka, Setelah sebelumnya utusan mereka yang bernama Meng Ki dipotong telinganya dan dilukai wajahnya oleh Raja Kertanegara dan kemudian ditipu dan dikalahkan oleh Raden Wijaya. Tentu dendam ini membuat kemarahan Mongol memuncak. Sepertinya Mongol akan melakukan serangan gelombang kedua.Dalam catatan sejarah Tentara mongol tidak pernah putus asa menyerang kembali sebuah negara jika gagal dalam serangan pertama.

Baca Duri Cinta Kebun Sawit (1) | Tanah dan Belahan

Konon katanya ada 7 orang opsir yang ditinggalkan untuk mendirikan pos itu. Kemungkinan ketujuh opsir itu memiliki beberapa bawahan yang membantu mereka. Tetapi serangan gelombang kedua tidak pernah dilakukan karena Kaisar Kubilai Khan keburu meninggal dunia pada tahun pada 18 Februari 1294.

Kemungkinan ketujuh opsir dan anak buahnya akan menjalin hubungan dengan masyarakat lokal. Kemungkinan terjadi perkawinan juag tinggi. Terkatung-katung nasib dengan adanya perubahan politik di darata Cina sehingga catatan tentang ketujuh opsir ini hilang dan ada dua kemungkinan mereka menetap dan berkeluarga di Kalimantan atau kembali ke Cina. Keluarga inilah yang menjadi cikal bakal komunitas China di Kalimantan Barat

Kedatangan orang dari daratan Tiongkok secara masif saat mereka oleh Sultan Umar Aqamudin II pada tahun 1760 saat beliau berkunjung ke Brunei dan melihat cara orang Tiongkok menambang emas, kemudian mengundang mereka untk datang ke Sambas dan membuka pertambangan emas.

Sejak saat itu gelombang demi gelombang kedatangan orang Tiongkok datang ke Kalimantan Barat. Kemungkinan pertambangan pertama yang dibuka di sekitar Samalantan, Saat itu Samalantan masih memiliki sungai besar yang bisa dimasuki kapal besar kini sungai tersebut sudah mengalami pendangkal karena penambang emas selama berabad.

Kemungkinan orang yang diundang adalah Suku Khek (Hakka) yang mana pada masa itu menempati wilayah yang kurang subur di Propinsi Guangdong. Sedikit berbeda dengan dengan kedatangan orang Tiongkok ke Jawa yang datang secara individual atau kelompok kecil. Kedatangan Orang Khek ke Kalimantan Barat datang secara masif dan dari satu daerah dan dikoordinir oleh orang Tiongkok sendiri sehingga budaya dan bahasa mereka bisa lestari.

Semua yang datang adalah laki-laki karena tidak memungkinkan untuk wanita datang karena harus menempuh perjalanan berat dan memakan waktu lama dengan menggunakan kapal layar, juga bajak Laut berkeliaran di sekitar Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Selat Malaka hingga Selat Karimata. Saya menduga tingkat kematian selama perjalanan cukup tinggi.

Baca Kalimantan, Sapi Perah Republik yang Terlupakan? (In-depth reporting)

Kedatangan orang Tiongkok secara masif dan dari satu daerah membuat mereka lebih mudah mengorganisir diri sehingga mereka membentuk perkumpulan yang disebut Kongsi. Kongsi berfungsi sebagai perkumpulan sosial, ekonomi dan politik. Tidak ada catatan pasti ada berapa kongsi yang pernah berdiri di Kalimantan Barat tetapi cukup banyak untuk mengorganisir seluruh orang Tiongkok di “Distrik Emas” Kalimantan Barat. 

Sumber : Golddiggers, Farmers, and Traders, Mary Sommer Heidhuis

Distrik Emas itu tidak meliputi seluruh Kalimantan Barat, hanya meliputi Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, kabupaten Mempawah, dan Sebagian Kota Pontianak.

Distrik Emas itu sendiri di kelilingi oleh wilayah Dayak Kendayan (Kanayatn) sehingga interaksi antara kedua suku berlangsung intens. Bagi masyarakat Kalimantan Barat yang menjadi pilar pribumi adalah 3 suku yaitu Tidayu atau Cindayu (Cina, Dayak, Melayu). Ketiga suku memiliki teritorial masing-masing dimana mereka saling menghormati batas wilayah meski tidak pernah ditetapkan secara resmi.

Orang Khek di negeri leluhur adalah pendatang dari Cina Utara yang berpindah karena peperangan sehingga mereka menempati wilayah yang tidak subur di perbukitan Propinsi Guangdong. Pada dasarnya mereka adalah petani sehingga kondisi ini membuat mereka menjadi petani tangguh. Saat tawaran datang untuk menggali “Gunung Emas” di Kalimantan Barat membuat mereka tertarik untuk ikut. Fenomena “Gunung Emas” membuat mereka berbondong-bondong datang ke Kalimantan.

Baca Orang-Orang Hakka di Sanggau dalam Sebuah Novel-Sejarah

Kedatangan para penambang ini yang notabene adalah para pria tentu menimbulkan masalah sendiri untuk memenuhi hasrat biologis. Karena kedekatan wilayah dengan orang Dayak maka pria Tiongkok mencari istri orang Dayak. 

Selain disebabkan kedekatan wilayah, wanita dayak juga tidak menuntut mahar seperti orang Melayu dan mereka juga memiliki kesamaan budaya dimana orang Dayak menganggap babi sebagai hewan kultural. 

Kondisi miskin para pendatang Tiongkok generasi pertama membuat mereka juga di jauhi orang Melayu yang pada masa itu memiliki ekonomi lebih baik. 

Pada masa itu sebagian besar orang Tiongkok tidak berkasut (alas kaki) dan hanya memiliki baju satu atau dua helai saja. Situasi ekonomi orang Dayak juga tidak jauh berbeda.

-- Anton Surya

LihatTutupKomentar