Kamus Visual | Berbagi Pengalaman Bagaimana Menyusunnya
Saat Kamus Visual ini kami susun, saya sebagai manajer proyek belum memiliki perangkat lunak yang membantu. Doc. Rmsp. |
🌍 DAYAK TODAY | SANGGAU : Jangan bayangkan adanya perangkat Google Terjemahan atau AI seperti saat ini yang bisa memudahkan pekerjaan penerjemah atau editor.
Jika suatu teks disusun dalam struktur kalimat bahasa Indonesia yang lengkap (subjek, predikat, objek, keterangan), terjemahannya sudah 60 persen akurat.
Baca Anak-anak Muda Dayak dalam Diskusi di WAG Bertekad Menjadi Part of Solution Bangsa
Jika ditambah penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia, hasil terjemahan dari Google bisa mencapai 75 persen. Tinggal dipoles di sana-sini, pekerjaan terjemahan pun selesai!
Saat Kamus Visual ini kami susun, saya sebagai manajer proyek belum memiliki perangkat lunak yang membantu. Semua dilakukan secara manual —membuka kamus dan bertanya kepada pakar di bidangnya. Sebab, ada 16 bidang yang wajib diindonesiakan dari bahasa Inggris.
Inilah secuil pengalaman saya dalam mengindonesiakan Kamus Visual bergengsi, yang pertama dalam kelasnya di Indonesia.
Awal Mula dan Motivasi
Sejak 1994, saya memiliki rumah produksi yang berfokus pada jasa penulisan dan desain grafis, terutama buku. Jika hanya menjadi karyawan dan mengandalkan gaji kantor, kita akan tetap berada di posisi yang sama hingga pensiun.
Namun, saya selalu berprinsip, “Tulus seperti merpati, cerdik seperti ular.” Tidak semua orang berpikiran seperti yang kita pikirkan. Terlalu menonjol di suatu komunitas atau masyarakat bisa menjadi sorotan.
Oleh karena itu, saya selalu memastikan pekerjaan utama saya tuntas. Jika memungkinkan, saya juga memberikan lebih dari yang diharapkan.
Itulah habitus yang saya bangun selama bekerja di dua kantor hingga pensiun. Saya selalu berusaha agar masalah atau “bola” tidak ada di pihak saya.
Proses Unik dalam Penerjemahan
Proses penerjemahan Kamus Visual ini cukup unik. Ada 16 bidang yang harus diterjemahkan. Kami menerima soft copy dari penerbit di Prancis dengan kode-kode khusus. Menyusun kamus ini hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu saja.
Tahun 1994, saya mengajukan kredit untuk membeli printer laser seharga Rp4 juta. Tanpa terasa, dalam setahun cicilan saya lunas. Itu adalah modal awal saya untuk bekerja dari rumah. Saat itu, saya baru saja membeli buku terbitan luar negeri berjudul 1001 Businesses You Can Start from Home.
Buku itu membuka wawasan saya. Saya pun mulai merintis usaha rumahan yang tidak mengganggu jam kantor, yaitu jasa penulisan serta desain dan tata letak.
Baca Dayak Sukubangsa yang Jujur
Hasilnya? Cukup memadai. Setidaknya, dengan memiliki usaha sendiri, saya mulai memandang atasan dan pemilik perusahaan dengan cara yang berbeda. Dalam hati, saya kerap berkata, “Gaji kita boleh berbeda, tetapi pendapatan? Belum tentu!”
Atau, ketika menghadapi atasan yang dominan dan tidak mau disanggah, saya berpikir, “Oke, Anda bos di sini. Tetapi di luar, saya juga bos!”
Pengalaman ini mengubah cara pandang saya terhadap bos dan orang-orang kantoran. Semua berawal dari usaha kecil yang saya bangun dari rumah.
Dari Porta Santa hingga Lembaga Literasi Dayak
Saya menamai usaha jasa penulisan dan percetakan ini Porta Santa Writing & Graphic Design. Awalnya, usaha ini belum berbadan hukum. Namun, pada November 2015, usaha ini bermetamorfosis menjadi Lembaga Literasi Dayak dengan badan hukum.
Keberhasilan Kamus Visual
Fokus kita kembali ke penyusunan kamus ini. Diterbitkan oleh grup Gramedia, Bhuana Ilmu Populer, Kamus Visual ini berhasil terjual hingga jutaan eksemplar.
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah
Bagaimana kami mendapatkan naskahnya? Bentuknya sangat unik. Saat itu, prosesnya sudah berbasis digital. Naskah aslinya berasal dari Prancis dengan kode-kode khusus yang harus diisi. Terjemahan bahasa Indonesianya harus benar-benar tepat dan sesuai dengan konteks.
Saya bertindak sebagai koordinator penerbitan dan dibayar secara profesional.
Kamus Visual edisi bahasa Indonesia ini dicetak di salah satu negara di Asia Tenggara, tempat penerbit aslinya memiliki imprint. Setelah selesai dicetak, buku ini dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Biaya cetak dan distribusi menjadi lebih murah jika dilakukan di sana. Buku ini pun diperlakukan sebagai barang impor secara resmi.
Dayak pun bisa berkiprah dan berkontribusi untuk bangsa
Orang Dayak memiliki potensi besar untuk berkontribusi bagi bangsa. Kita bisa berbuat sesuatu, sekecil apa pun itu, asalkan baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pengalaman saya dalam menyusun Kamus Visual menunjukkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan dedikasi, kita bisa memberikan sumbangsih nyata, baik dalam dunia literasi, pendidikan, maupun bidang lainnya.
Masyarakat Dayak memiliki banyak sumber daya—baik sumber daya manusia maupun kearifan lokal—yang bisa dikembangkan untuk kemajuan bersama.
Dengan semangat kebersamaan, kreativitas, dan ketekunan, kita bisa terus berkarya dan menunjukkan bahwa Dayak mampu berkiprah dalam berbagai bidang, dari akademik hingga industri kreatif.
Pelajaran dari Penyusunan Kamus Visual
Apa pengalaman berharga dari menyusun Kamus Visual ini?
Perlukah saya mengungkapkannya?
-- Masri Sareb Putra