Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (5): Pinjaman Crredit Union yang Membebaskan
Pinjaman Crredit Union yang membebaskan by AI. |
🌲 DAYAK TODAY | JAKARTA:
Di sebuah siang yang tidak tergesa. Di tanah yang dulu sering dikira pinggiran: seorang lelaki datang ke kantor Credit Union (CU).
Tidak ada yang menonjol dari caranya berjalan. Tapi dari mata tuanya, tampak sebaris harap yang belum lelah menyala.
Di tangannya: map plastik yang sudah buram warnanya, mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar proposal. Ia membawa kehendak untuk hidup dengan cara yang lebih layak—dan lebih bermartabat.
Baca Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (3): CU dan Bahasa Sunyi dari Dalam Hutan
Ia bukan satu-satunya. Di hutan-hutan Kalimantan yang telah kehilangan banyak pohon dan arah, banyak orang Dayak kini datang membawa niat serupa. Mereka datang bukan dengan rencana bisnis berlembar-lembar, tapi dengan cerita.
Cerita tentang tanah yang diwarisi tanpa warisan, tentang anak-anak yang ingin sekolah tinggi tapi tak tahu bagaimana, dan tentang ketabahan yang ditumbuhkan dari luka yang panjang.
Dulu, tiga dekade lalu, nama “Dayak” kerap dikaitkan dengan keterpencilan.
Kemiskinan dianggap kodrat. Seakan-akan orang-orang ini tak ditakdirkan untuk memegang masa depan. Mereka menjadi bayangan dalam laporan pembangunan, bukan pelaku utama. Mereka bertahan, tapi tak pernah diundang untuk tumbuh. Mereka hidup dalam struktur yang memaksa mereka bergantung: pada tengkulak, pada harga sawit yang tak pernah mereka kendalikan, pada janji-janji yang datang dari luar, lalu pergi entah ke mana.
Baca Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (2)
Tapi kini lain. Credit Union datang bukan membawa belas kasihan, melainkan kepercayaan. Ia memperlakukan orang bukan sebagai penerima bantuan, tapi sebagai pribadi yang mampu bertanggung jawab atas harapan mereka sendiri.
Di dalam CU, pinjaman produktif bukan hanya angka dan bunga. Ia adalah cara baru untuk memutus rantai lama: rantai ketergantungan, rantai ketakutan, rantai yang membuat orang Dayak ragu terhadap kemampuannya sendiri.
Lelaki itu, yang ingin membuka bengkel motor, hanya satu dari ratusan, ribuan. Di belakangnya, ada petani yang ingin memproses hasil kebun sendiri.
Ada ibu-ibu yang membuka usaha makanan kecil. Ada pemuda yang memilih kembali ke kampung untuk beternak, bukan merantau ke kota yang tak menjanjikan.
CU tidak menilai mereka dari besar kecilnya usaha, tetapi dari kejujuran mereka bercerita.
Dan di sinilah letak keajaiban yang tenang itu. CU tidak meminta jaminan rumah, sertifikat tanah, atau dokumen yang sering tak dimiliki orang desa. Ia hanya meminta satu hal: kepercayaan. Dan dari situ, martabat yang lama hilang mulai tumbuh kembali. Martabat yang tidak diberikan, tetapi dikembalikan.
Perubahan itu sunyi, tapi terasa. Kini di kampung-kampung Dayak, suara mesin pemotong rumput dan suara anak membaca di sekolah dasar terdengar berdampingan.
Anak-anak mulai bercita-cita jadi guru, bukan lagi sekadar buruh. Jalan-jalan mulai diaspal bukan karena program pusat, tapi karena dana gotong royong yang dihasilkan dari laba koperasi. Ekonomi tumbuh bukan dari investor luar, tetapi dari niat baik yang diberi ruang untuk berkembang.
Baca Ilmu Koperasi Itu Satu Saja: Jujur Mengelola Uang Anggota (1)
CU mengajarkan satu hal penting: bahwa keadilan bisa dibangun dari bawah, bahwa kepercayaan adalah fondasi ekonomi yang paling tahan guncang. Bahwa utang bukan selalu jebakan. Ia bisa menjadi jembatan. Dan Dayak, yang dulu hanya penonton dalam narasi pembangunan, kini mulai menulis kisahnya sendiri.
Tentu tidak semua selesai. Masih banyak yang harus dikejar. Tapi jika 30 tahun lalu kemiskinan adalah takdir, kini ia mulai dilihat sebagai konstruksi. Dan setiap konstruksi bisa dibongkar. Dengan pengetahuan. Dengan solidaritas. Dengan pinjaman yang membebaskan.
CU bukan institusi keuangan biasa. Ia adalah ruang belajar sosial. Ia mengubah relasi. Di dunia yang sering bertanya "berapa besar jaminanmu?", CU bertanya, "berapa besar keberanianmu untuk berubah?"
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah
Dan di tanah yang dulu sering dianggap tertinggal, keberanian itu kini tumbuh seperti akar pohon ulin: pelan, dalam, dan tak tergoyahkan. *)