Manfaat dan Mudarat Sawit bagi Warga Kalimantan
SAWIT mempekerjakan banyak orang. Dok. dayaktoday.com |
🌍 DAYAK TODAY | PONTIANAK: Dampak dari industri sawit bagi warga Kalimantan adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dipandang hanya dari satu sisi.
Seperti dua sisi mata uang, keberadaan sawit di Borneo membawa manfaat yang cukup besar, namun juga menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak.
Baca Industri Sawit bagi Masyarakat Kalimantan
Di satu sisi, sawit telah menjadi pendorong utama ekonomi di banyak wilayah di Kalimantan. Tanaman ini telah menciptakan lapangan kerja bagi ribuan warga lokal.
Sawit mempekerjakan banyak orang
Pekerjaan di perkebunan sawit, baik itu sebagai buruh harian lepas maupun pekerja tetap, memberikan mata pencaharian yang cukup signifikan bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan lain atau akses ke pekerjaan di sektor lain.
Bagi banyak keluarga di daerah pedesaan, sawit menjadi penyedia penghidupan utama. Tidak jarang, para petani kecil juga menjadikan sawit sebagai sumber pendapatan tambahan, meskipun mereka hanya memiliki sebagian kecil dari kebun-kebun besar yang dikelola oleh perusahaan besar.
Selain itu, pemerintah daerah juga memperoleh pendapatan yang signifikan dari pajak dan royalti hasil perkebunan sawit. Uang yang masuk ke kas daerah ini seringkali digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan fasilitas umum lainnya yang bermanfaat bagi warga setempat.
Jelas, sawit telah menjadi pendorong utama bagi pembangunan di daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi, membawa jalan yang lebih baik, akses listrik, dan fasilitas yang dulunya sulit dijangkau.
Di balik segala manfaat itu, dampak negatif yang ditimbulkan oleh ekspansi industri sawit tidak dapat diabaikan. Perkebunan sawit yang terus berkembang pesat telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius.
Baca The Dayak Stigma and Unintended Consequence
Pembukaan lahan untuk sawit sering kali dilakukan dengan cara membakar hutan, menyebabkan kebakaran hutan yang meluas dan menghasilkan kabut asap yang merugikan kesehatan.
Warga Kalimantan, terutama yang tinggal di daerah yang dekat dengan lahan perkebunan, harus berjuang dengan polusi udara yang kronis, yang mengganggu pernapasan dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan.
Ekspansi sawit berdampak pada hilangnya tanah adat
Lebih parah lagi, ekspansi sawit juga berdampak pada hilangnya tanah adat yang sebelumnya menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupan bagi masyarakat Dayak dan suku-suku lokal lainnya. Banyak warga yang kehilangan hak atas tanah mereka setelah perusahaan sawit membeli atau mengambil alih tanah adat mereka tanpa persetujuan yang sah.
Di beberapa kasus, warga dipaksa untuk menerima ganti rugi yang sangat rendah, sementara tanah mereka diubah menjadi kebun kelapa sawit yang tidak bisa lagi mendukung kehidupan yang mereka kenal sebelumnya. Tanah yang dulu subur untuk pertanian tradisional, kini hanya menjadi lahan untuk satu jenis tanaman yang tidak mampu mendukung keberagaman ekosistem yang ada.
Baca Kalimantan, Sapi Perah Republik yang Terlupakan? (In-depth reporting)
Kehilangan lahan ini juga berdampak pada kehidupan sosial dan budaya warga. Tanah adat bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga tempat untuk melestarikan tradisi, ritual, dan hubungan spiritual masyarakat dengan alam. Ketika tanah itu hilang, begitu juga dengan sebagian dari identitas budaya mereka. Akibatnya, banyak warga yang merasa terasing, bahkan kehilangan arah dan tujuan hidup mereka.
Bermanfaat tapi jangan ketergantungan
Dari sisi ekonomi, meskipun ada manfaat jangka pendek yang diperoleh, ketergantungan pada industri sawit membuat perekonomian daerah menjadi sangat rentan.
Harga komoditas sawit yang fluktuatif dapat langsung mempengaruhi kestabilan ekonomi masyarakat yang bergantung sepenuhnya pada pendapatan dari perkebunan. Ketika harga sawit jatuh, mereka yang bekerja di sektor ini sering kali menjadi korban pertama, menghadapi pemutusan hubungan kerja atau pengurangan gaji.
Sawit pedang bermata dua
Sawit bagi warga Kalimantan adalah pedang bermata dua.
Di satu sisi, sawit membuka pintu kesejahteraan dan pembangunan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Namun, di sisi lain, ia membawa kerusakan lingkungan, kehilangan budaya, dan ketergantungan ekonomi yang bisa berujung pada ketidakstabilan.
Jika tidak dikelola dengan bijak, sawit dapat meninggalkan warisan yang penuh dengan luka dan penyesalan, sementara warga Kalimantan harus mempertanyakan apakah kemajuan yang diraih benar-benar sebanding dengan harga yang mereka bayar.
-- Hartati Meta/dayaktoday.com