Prof. Ndan Imang Menjelaskan Sistem Ladang Berpindah sebagai Kearifan Lokal yang Dituding Negatif
Prof. Ndan Imang. Sumber: Tangkapan layar video orasi ilmiah. |
🌍 DAYAK TODAY | SAMARINDA: Sistem pertanian ladang berpindah bukan sekadar teknik bercocok tanam.
Sistem kultivasi Dayak teresebut merupakan cerminan mendalam relasi manusia dengan alam yang menyatu dalam siklus ekologis, nilai spiritual, dan solidaritas sosial masyarakat adat Borneo.
Hal itu diungkapkan Prof. Dr. Ndan Imang dalam orasi ilmiah berjudul “Sistem Pertanian Ladang Berpindah: Praktik, Kearifan Lokal, dan Stigma Negatif”. Orasi dilangsungkan pada 27 September di Samarinda, Kalimantan Timur.
Baca Krisantus Kurniawan: Dari Nanga Sepauk ke Senayan Lalu Wagub Kalimantan Barat
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman ini menegaskan bahwa sistem ladang berpindah merupakan bagian integral dari cara hidup komunitas adat, yang telah berlangsung turun-temurun di hutan tropis Borneo.
“Perladangan berpindah bukan sekadar teknik bertani,” ujar Prof. Ndan. “Tetapi merupakan perwujudan relasi manusia dengan alam secara holistik—berlandaskan siklus ekologis, nilai spiritual, serta solidaritas sosial.”
Sebagai dosen pada Program Studi S-3 Ilmu Lingkungan Universitas Mulawarman, Prof. Ndan memaparkan hasil penelitiannya yang tidak hanya memukau, tetapi juga menyentak: sistem ladang berpindah yang selama ini mendapat stigma sebagai penyebab kerusakan hutan, ternyata menyimpan kearifan ekologis dan spiritual yang telah teruji selama berabad-abad.
Putra Dayak Kenyah dari Bulungan
Prof. Dr. Ndan Imang lahir di Bulungan pada 15 Juli 1964 dari keluarga Dayak Kenyah. Ia dikenal luas sebagai akademisi terkemuka di Indonesia, khususnya di bidang pertanian dan kehutanan.
Baca Pemimpin (Sejati) Makan Paling Belakangan
Sejak 2022, Ndan menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Mulawarman, sekaligus Guru Besar di Fakultas Pertanian kampus yang sama di Samarinda.
Menapaki Dunia Akademik
Karier akademik Ndan Imang dimulai dari almamaternya sendiri. Ia meraih gelar Sarjana (S-1) bidang Sosial Ekonomi Pertanian dari Universitas Mulawarman pada 1989. Ia kemudian melanjutkan studi Magister (S-2) dalam bidang Ilmu Kehutanan di universitas yang sama dan meraih gelar tersebut pada 2003.
Puncak pendidikannya dicapai pada 2010, ketika ia meraih gelar Doktor (S-3) dari The University of Tokyo, Jepang, dalam bidang Agricultural and Life Sciences.
Sejak tahun 1990, ia mengajar sebagai Dosen Sosial Ekonomi Pertanian di Unmul. Tak hanya itu, ia juga mengajar di Program Magister Ilmu Pertanian Topika Basah sejak 2005 hingga kini. Ia kerap menjadi pembimbing dan penguji tesis untuk mahasiswa Magister dan Doktor Ilmu Kehutanan.
Baca Enigma
Prof. Ndan juga dipercaya menjadi bagian dari Tim Sosial Ekonomi dan Budaya Bappenas sejak 2019, yang terlibat dalam perencanaan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Riset Strategis dan Jejak Internasional
Kiprahnya dalam riset cukup panjang dan mendalam. Ia memimpin sejumlah penelitian strategis, seperti Kajian Pengembangan Padi Gogo Ladang Berpindah-Menetap di Mahakam Ulu (2020–2021), serta Kajian Teknis Penguatan Daya Saing Produk Industri Kecil dan Menengah di Penajam Paser Utara (2010).
Keahliannya dalam pengelolaan sumber daya alam membuatnya menjadi sosok penting dalam pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Timur.
Di ranah internasional, ia pernah menjadi Dosen Tamu di Graduate School of Agricultural and Life Sciences, The University of Tokyo (2012), dan mengikuti program Post-Doctoral di Waseda University, Tokyo (2017). Ia juga aktif dalam berbagai forum internasional seperti Asia Park Conference dan International Seminar on the Commons di Jepang.
Baca Prof. Usop | Ensiklopedia Profesor Dayak (1)
Dengan kiprah panjang dan dedikasinya, Prof. Ndan telah menjadi tokoh yang mengangkat martabat kearifan lokal masyarakat adat Borneo dalam forum ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Ndan membuktikan bahwa pengetahuan lokal bukan sekadar warisan, melainkan pijakan penting menuju pembangunan yang berkelanjutan.
-- Masri Sareb Putra