"Extra Omnes - Semua Keluar!" dari Kapel Sistina yang Tinggal hanya Kardinal

Extra omnes, Vatikan, kardinal, paus, Kapel Sistina, Paus Gregorius X, Ravelli, liturgi, Katolik, Gereja, Lazzate, Italia

 

Extra Omnes oleh Magister Celebrationum Liturgicarum Pontificiarum
"Extra omnes! - Semua keluar!"  diucapkan M.C. Liturgi Resmi Vatikan. ilustrasi by AI. 


🌍
 DAYAK TODAY  | JAKARTA:   "Extra omnes!" adalah ungkapan dalam bahasa Latin yang berarti: Keluar semuanya! 

Di setiap pemilihan Paus, ada satu momen yang tak bisa dilewatkan: ketika seluruh dunia dipaksa untuk mengalihkan perhatian dan fokus ke peristiwa yang tengah berlangsung di dalam Kapel Sistina. 

Dengan suara lantang, seseorang akan mengucapkan kata-kata yang menggetarkan: "Extra omnes!"

Baca Richelieu dan Reformasi Pemilihan Paus

Sejak abad ke-13, seruan ini bukan hanya tanda dimulainya konklaf, tetapi juga simbol keteguhan Gereja Katolik untuk menjaga rahasia dan keheningan dalam memilih pemimpin spiritual umat.

Tradisi sejak 1274

Tradisi mengucapkan "Extra omnes!" telah ada lebih dari tujuh abad. Pada tahun 1274, Paus Gregorius X mengeluarkan ketetapan penting yang mengubah cara Gereja memilih Paus. 

Setelah rentetan pemilihan yang penuh campur tangan politik dan intrik, Paus Gregorius X memutuskan untuk memaksa para kardinal mengasingkan diri, agar tidak ada pihak luar yang bisa memengaruhi keputusan mereka. 

Baca Konklaf, Medici, dan Reformasi Kepausan

Pada Konsili Lyon II, beliau menetapkan bahwa pemilihan Paus harus berlangsung dalam suasana tertutup, tanpa gangguan dari dunia luar. 

Baca Papabili

"Extra omnes!" menjadi kata yang mengawali isolasi total ini, tanda dimulainya sebuah proses yang hanya boleh diikuti oleh mereka yang berhak yakni para kardinal.

Magister Celebrationum Liturgicarum Pontificiarum (M.C. Liturgi Vatikan)

Setiap kali kata "Extra omnes!" terdengar, ada sosok penting di baliknya: Master of Papal Liturgical Celebrations atau Magister Celebrationum Liturgicarum Pontificiarum. 

Sosok ini memiliki peran yang lebih besar daripada sekadar pengatur liturgi Paus. Uskup Agung Diego Giovanni Ravelli, yang memegang jabatan ini sejak 2021, adalah orang yang bertanggung jawab atas setiap aspek liturgi yang melibatkan Paus, dari perayaan misa hingga prosesi konklaf yang mengubah jalannya sejarah Gereja.

Ravelli, yang lahir pada 1965 di Lazzate, Italia, merupakan ahli liturgi yang mendalam dalam memahami setiap aspek spiritual dan sakral dalam tradisi Gereja. Namun, tugas Ravelli tak hanya terbatas pada pengaturan acara. 

Baca Mungkinkah Paus dari Timur?

Di balik setiap perayaan Paus, Ravelli adalah penjaga tradisi yang tak hanya berfokus pada teknis perayaan, tetapi juga pada makna yang lebih dalam, yang membentuk dan memperkuat kredibilitas Gereja Katolik di seluruh dunia. 

Konklaf 2025, yang semakin dekat, akan menjadi ujian bagi Ravelli, yang akan memastikan bahwa setiap langkah dan setiap kata dalam prosesi berlangsung dengan kesakralan yang diharapkan.

"Extra Omnes!" sebagai simbol keheningan

Saat "Extra omnes!" diucapkan, pintu Kapel Sistina akan tertutup, dan dunia luar akan terisolasi sepenuhnya. Proses pemilihan Paus tidak hanya diwarnai oleh kedalaman spiritual, tetapi juga oleh ketegangan politik dan global. 

Para kardinal yang terkurung dalam Kapel Sistina harus memilih pemimpin yang akan memimpin lebih dari satu milyar umat Katolik di seluruh dunia. 

Dalam momen ini, "Extra omnes!" bukan hanya sekadar permintaan untuk meninggalkan ruangan. Itu adalah seruan untuk memulai perjalanan yang sangat sakral—sebuah momen penuh ketegangan dan doa.

Bagi Uskup Agung Ravelli, setiap detil prosesi ini adalah bagian dari warisan panjang yang harus dijaga. Keputusan-keputusan yang diambil dalam konklaf, menurutnya, bukan hanya menentukan arah Gereja, tetapi juga mengikat umat Katolik dengan tradisi yang telah berjalan selama berabad-abad.

 Konklaf 2025: tantangan dan harapan

Pada Mei 2025, seruan "Extra omnes!" akan kembali menggema, memulai perjalanan pemilihan Paus yang penuh sejarah dan harapan. Uskup Agung Ravelli, sebagai penanggung jawab liturgi, akan memastikan bahwa setiap langkah dari pembukaan konklaf hingga pemilihan Paus baru berjalan lancar, sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Meskipun berlangsung dalam kerahasiaan dan keheningan, konklaf berpengaruh bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Meskipun pemilihan Paus adalah urusan dalam gereja, dampaknya jauh lebih besar. Pemimpin gereja ini memengaruhi kebijakan global, dialog antaragama, serta kedamaian dunia. 

Oleh karena itu, setiap kata yang diucapkan dalam Kapel Sistina memiliki makna yang jauh melampaui sekadar pemilihan seorang pemimpin religius. 

Dalam setiap seruan "Extra omnes!", ada harapan bahwa pemilihan ini akan membawa gereja menuju masa depan yang lebih baik, lebih damai, dan lebih harmonis.

Tradisi yang menjaga keaslian liturgi

"Extra omnes!" bukan hanya seruan untuk mengusir dunia luar. Lebih dari itu, ia adalah simbol bahwa tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh abad tetap terjaga. Tradisi ini bukan hanya melibatkan para kardinal atau mereka yang ada di dalam Kapel Sistina. Ini melibatkan seluruh umat Katolik yang menyaksikan dengan penuh harapan dan doa.

Di tengah modernitas dan tantangan zaman, gereja tetap setia pada tradisinya. Uskup Agung Ravelli, dengan tugas berat yang dipikulnya, mengingatkan kita. Bahwa tradisi bukan hanya soal melestarikan masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik. 

Suatu masa depan yang dimulai dengan satu suara yang menggelegar di dalam Kapel Sistina: "Extra omnes!"

-- Masri Sareb Putra/ literasidayak.com

LihatTutupKomentar