Prof Nina Yulianti, Jejak Langkah Perempuan Dayak di Panggung Internasional
Prof. Dr. Nina Yulianti, S.P., M.Si., Ph.D., bawi itah bungas dan pintar. Dok. PP Google-scholar. |
🌍 DAYAK TODAY | JAKARTA: Prof. Dr. Nina Yulianti, S.P., M.Si., Ph.D., mencuat sebagai sosok perempuan Dayak yang menorehkan prestasi di kancah internasional.
Lahir dan besar di Kalimantan Tengah, Prof. Nina bukan hanya akademisi terkemuka di Universitas Palangka Raya (UPR), tetapi kini juga mengemban amanah sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila, Filipina.
Baca Prof. Usop | Ensiklopedia Profesor Dayak (1)
Penunjukan Prof. Nina sebagai Atdikbud KBRI Manila periode 2025–2029 bukanlah kebetulan.
Latar akademiknya yang kuat, ditopang oleh pengalaman panjang di dunia riset dan pendidikan, menjadikannya figur ideal untuk menjembatani kerja sama pendidikan, kebudayaan, serta promosi bahasa Indonesia di luar negeri.
Nina membawa serta semangat perempuan Dayak yang tangguh, berakar kuat pada tanah kelahiran namun bercita rasa global.
Dari Gambut ke Global Stage
Sebagai guru besar di bidang ekologi gambut, kebakaran hutan, dan agroklimatologi, Prof. Nina dikenal luas di kalangan akademisi dalam dan luar negeri.
Baca Helmuth Y. Bunu | Profesor "Olo Itah" Pakar Sosiologi
Nina menyelesaikan studi doktoralnya di Hokkaido University, Jepang, dalam bidang Human Environmental Systems, dan pernah menjadi visiting scholar di Kyoto University.
Di berbagai forua ilmiah, ia menyuarakan pentingnya konservasi lahan gambut tropis dan pengelolaan hutan lestari, tema yang sangat relevan dengan tanah Borneo.
Di luar laboratorium dan ruang kuliah, Prof. Nina juga aktif memperjuangkan pengembangan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di kawasan Asia Tenggara, termasuk pelajar dan diaspora di Filipina.
Nina percaya bahwa diplomasi kebudayaan bukan sekadar soal pertukaran budaya, tetapi juga tentang membangun jembatan pemahaman dan penghargaan antarmasyarakat.
Sitasi karya ilmiah di Google Scholar
Produktivitas ilmiah Prof. Nina Yulianti, guru besar di Universitas Palangka Raya, menunjukkan kontribusi signifikan dalam bidang keilmuan. Berdasarkan data dari Google Scholar, total sitasi terhadap karya-karya ilmiahnya mencapai 838 kali, dengan 580 sitasi tercatat sejak tahun 2020.
Capaian ini memperkuat posisi akademik Prof. Nina dengan nilai h-index sebesar 11 dan i10-index 16, mencerminkan konsistensi dalam menghasilkan publikasi yang relevan dan dirujuk secara luas. Sejak 2013, kurva sitasi menunjukkan tren meningkat, menandai pengaruh yang terus berkembang dalam komunitas ilmiah.
Kunjungi https://scholar.google.com/citations?user=Ng8qT1wAAAAJ&hl=en
Sebagai akademisi yang aktif meneliti dan menulis, kontribusi Prof. Nina tidak hanya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat reputasi Universitas Palangka Raya sebagai pusat pemikiran di tengah Kalimantan.
Identitas Dayak yang Dibanggakan
Prof. Nina tidak pernah melepaskan identitas Dayaknya. Ia kerap tampil mengenakan busana etnik Kalimantan dalam acara resmi maupun forum internasional.
Dalam berbagai kesempatan, ia memperkenalkan filosofi hidup masyarakat Dayak: belarasa terhadap alam, manusia, dan roh sebagai nilai luhur yang bisa ditawarkan kepada dunia.
Baca Prof. DR. Ir. Bambang S. Lautt, M.Si.: Jejak Ilmu untuk Keluarga dan Bumi
“Menjadi Dayak bukanlah hal yang harus disembunyikan. Justru dari situlah saya belajar tentang keberlanjutan, kearifan lokal, dan cara pandang hidup yang holistik,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Palangka Raya beberapa waktu lalu.
Representasi dan harapan
Penempatan perempuan Dayak di posisi strategis diplomasi negara menjadi simbol penting bagi representasi etnis dan gender. Prof. Nina adalah contoh bahwa perempuan dari wilayah luar Jawa bisa menduduki peran kunci dalam membangun wajah Indonesia di luar negeri. Ia membawa pesan bahwa keberagaman bukanlah beban, melainkan kekayaan yang harus dirayakan dan disebarkan.
Dalam kiprahnya di Manila, Prof. Nina menginisiasi kerja sama antara universitas-universitas di Kalimantan dengan perguruan tinggi di Filipina. Ia juga merancang program pengenalan budaya Indonesia, termasuk musik, tari, dan kuliner nusantara, yang melibatkan komunitas mahasiswa dan diaspora Indonesia.
Sebagai akademisi, peneliti, dan diplomat kebudayaan, Prof. Nina Yulianti merepresentasikan generasi baru perempuan Dayak yang berani tampil di panggung global, tanpa kehilangan akar dan jati dirinya.
Tak syak lagi bahwa Prof. Nina adalah inspirasi bagi banyak anak muda dari pedalaman Borneo yang bermimpi mengabdi bagi tanah air di kancah dunia.
-- Masri Sareb Putra