Bank Dayak Itu Bernama Credit Union : Gairah Ekonomi Kerakyatan yang Membara di Kalimantan

Dayak, Credit Union, Pancur Kasih, Keling Kumang, Banuri Harapan Kita,

 

Gairah Ekonomi Kerakyatan yang Membara di Kalimantan
Credit Union dan gairah ekonomi kerakyatan yang membara di Kalimantan. Ist.


Preambul

Sebagai catatan awal, penting ditegaskan bahwa Bank dan Credit Union (CU) adalah dua entitas yang secara hukum dan prinsip berbeda. Menyebut CU sebagai "Bank Dayak" sejatinya adalah contradictio in terminis; kontradiksi dalam istilah.

 

Pendahuluan

Ungkapan CU sebagai "Bank Dayak" lebih merupakan tamsil kultural, metafora yang menggambarkan kebangkitan literasi keuangan dan kemandirian ekonomi masyarakat Dayak. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Kartius, seorang birokrat Dayak Kalimantan Barat yang pernah menjabat Kepala Dinas Provinsi dan kemudian Penjabat Bupati Ketapang sebagai simbol kebanggaan akan kapasitas Dayak mengelola ekonomi rakyat berbasis kepercayaan.'

Di jantung Kalimantan Barat, Credit Union (CU) menjelma sebagai mercusuar ekonomi kerakyatan, khususnya bagi masyarakat Dayak. Berbeda dari bank konvensional, CU adalah koperasi simpan pinjam yang berpijak pada kepercayaan (credere dalam bahasa Latin, berarti "percaya") dan solidaritas. 

Narasi ini mengupas tuntas perkembangan CU, dengan sorotan pada CU Lantang Tipo, Pancur Kasih, dan Keling Kumang, yang telah mengubah lanskap ekonomi pedesaan. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai budaya Dayak, seperti ugahari (secukupnya) dan semangat gotong royong, menjadi katalis keberhasilan CU. 

Baca Credit Union (CU) Lembaga sekaligus Literasi Keuangan Orang Dayak

Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggali data dari literatur, wawancara, dan observasi untuk mengungkap dampak CU dalam memutus "pendarahan kemiskinan struktural" dan menggelorakan spirit ekonomi berbasis kepercayaan.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui:

  1. Studi Literatur: Analisis dokumen resmi, termasuk laporan tahunan Puskopdit BKCU Kalimantan, buku 40 Tahun CU Lantang Tipo dan 25 Tahun CU Keling Kumang, serta artikel ilmiah.

  2. Wawancara Mendalam: Dialog dengan tokoh kunci, seperti Munaldus, M.A., pendiri CU Keling Kumang, GM CU Banuri Harapan Kita, dan pengurus CU Lantang Tipo.

  3. Observasi Lapangan: Pengamatan langsung di kantor pelayanan CU Lantang Tipo di Pusat Damai, Sanggau, untuk memahami interaksi anggota dan dinamika pelayanan.

  4. Analisis Data Sekunder: Memanfaatkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, situs resmi CU (puskopcuina.org, cupk.org), dan publikasi media.

Penelitian ini mencakup periode 1976– Mei 2025, dengan fokus pada pertumbuhan aset, jumlah anggota, dan kontribusi sosial-ekonomi CU. Analisis tematik digunakan untuk mengidentifikasi pola kepercayaan, solidaritas, dan dampak ekonomi.

Hasil Penelitian

Genesis dan Evolusi CU

Credit Union di Kalimantan Barat lahir pada 1976 melalui kursus dasar CU di Pusat Damai, Sanggau, yang digagas oleh Delegatus Sosial Keuskupan Agung Pontianak. Nama "Lantang Tipo," diusulkan oleh Acang, terinspirasi dari tanaman Zingibe raceae, simbol ketahanan dan kesuburan, mencerminkan semangat CU yang tak pernah padam. Pada 1985, CU Khatulistiwa Bakti didirikan sebagai laboratorium ekonomi kerakyatan di Pontianak, diikuti CU Pancur Kasih pada 1987, yang awalnya memberdayakan guru swasta.

Baca Dayak Hari Ini: Bangkit, Berdaya, dan Memimpin di Era Modern

Hingga 2018, Puskopdit BKCU Kalimantan mencatat 43 CU primer dengan aset Rp6,5 triliun dan 475.645 anggota di 18 provinsi. CU Lantang Tipo, dengan aset Rp2,96 triliun dan 204.049 anggota per April 2020, menjadi yang terbesar di Kalimantan Barat. CU Pancur Kasih mencatat aset Rp2 triliun dengan 140.000 anggota pada 2016, sementara CU Keling Kumang memperluas jangkauan melalui gerai Keling Kumang Grup, mengukuhkan ekonomi berbasis komunitas.

Prestasi dan Pengakuan

CU di Kalimantan Barat telah mengukir prestasi gemilang. Pada 2014, CU Lantang Tipo, Pancur Kasih, dan Keling Kumang meraih KSP Award dari Kementerian Koperasi dan UMKM untuk kategori pertumbuhan aset tercepat dan pemupukan modal terbesar. CU Pancur Kasih juga menyabet Microfinance Award 2011 untuk keunggulan modal sendiri. Penghargaan ini mengukuhkan CU sebagai teladan koperasi nasional, sejalan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945.

Kontribusi Ekonomi

CU telah menjadi penggerak ekonomi pedesaan dengan aset Rp8,5 triliun pada 2017, melampaui APBD Provinsi Kalimantan Barat (Rp4,6 triliun). Dana ini mengalir ke pinjaman produktif untuk perkebunan sawit dan karet, mendukung petani membeli bibit, pupuk, dan peralatan. 

CU telah menjadi penggerak ekonomi pedesaan dengan aset Rp8,5 triliun pada 2017, melampaui APBD Provinsi Kalimantan Barat (Rp4,6 triliun). Dana ini mengalir ke pinjaman produktif untuk perkebunan sawit dan karet, mendukung petani membeli bibit, pupuk, dan peralatan. 

Produk inovatif seperti simpanan bunga harian, deposito, dan aplikasi CUPK Mobile memperluas akses keuangan. Kisah petani sawit yang menabung "segepok" uang dalam kantong plastik di CU Lantang Tipo menggambarkan inklusivitas CU yang merangkul semua lapisan masyarakat.

Fondasi Budaya

Nilai ugahari—hidup secukupnya tanpa berlebihan—menjadi ruh CU, selaras dengan prinsip solidaritas Dayak. Filosofi "saya bantu kamu, kamu bantu saya" menjadikan anggota sebagai pemilik, bukan sekadar nasabah. Pendidikan wajib, seperti yang diterapkan CU Pancur Kasih, memperkuat literasi keuangan dan solidaritas, memastikan anggota memahami nilai swadaya.

Pembahasan/Diskusi

Kepercayaan: Denyut Nadi CU

Keberhasilan CU berpijak pada kepercayaan (credere), yang membedakannya dari bank konvensional. Berbeda dengan bank yang mengutamakan profit, CU mengedepankan pemberdayaan melalui simpan pinjam berbasis solidaritas. 

Baca Munaldus Ungkap Visi Besar Konglomerasi Keling Kumang: 5.000 Lapangan Kerja dan Transformasi ITKK Menjadi Universitas

Penelitian mengungkap bahwa kepercayaan antaranggota dan pengurus adalah fondasi ketahanan CU. CU Lantang Tipo, misalnya, bertahan sejak 1976 berkat transparansi laporan keuangan dan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang konsisten. Munaldus, pendiri CU Keling Kumang, menegaskan bahwa tanpa kepercayaan, koperasi akan runtuh, sebagaimana banyak koperasi lain yang gulung tikar akibat mismanagement.

Spirit Dayak: Ugahari dan Solidaritas

Budaya Dayak, dengan ugahari sebagai intinya, menjadi katalis perkembangan CU. Prinsip ini mendorong anggota menabung secara disiplin dan menggunakan pinjaman untuk usaha produktif, seperti perkebunan sawit, bukan konsumsi berlebihan. Solidaritas terwujud dalam program santunan kematian dan bantuan kesehatan, mempererat ikatan komunitas. Eddy Suratman, dosen Universitas Tanjungpura, menyebut CU sebagai "bank rakyat" yang dikelola langsung oleh masyarakat, mencerminkan semangat gotong royong Dayak.

Transformasi Ekonomi dan Sosial

CU telah mengubah wajah ekonomi pedesaan, memutus rantai kemiskinan struktural. Dengan aset Rp8,5 triliun pada 2017, CU menyalurkan modal untuk usaha kecil, seperti perkebunan sawit dan karet, yang meningkatkan kesejahteraan petani. 

Kisah Lasminten, anggota CU Pancur Kasih, yang sukses mengelola usaha manisan lidah buaya berkat literasi keuangan dari CU, menjadi bukti nyata. CU juga memperluas akses keuangan bagi kelompok marginal, seperti pemulung dan pedagang kecil, yang sering diabaikan bank komersial.

Tantangan dan Inovasi

CU menghadapi tantangan, seperti pengawasan OJK yang kontroversial, karena CU berada di bawah Kementerian Koperasi. Namun, CU menunjukkan daya adaptasi melalui inovasi teknologi, seperti aplikasi CUPK Mobile, yang memudahkan transaksi digital. Peluncuran produk simpanan bunga harian dan deposito menarik anggota muda, memastikan relevansi CU di era modern tanpa mengorbankan prinsip solidaritas.

CU vs. Bank: Bank Dayak yang Ramah

Dijuluki "Bank Dayak," CU menawarkan aksesibilitas yang tak dimiliki bank konvensional. Petani dengan sandal jepit bisa menabung tanpa formalitas berlebihan, berbeda dengan bank yang sering mengutamakan nasabah elite. 

Baca Dayak: Suku Bangsa Jujur dan Tepercaya

Filosofi "saling bantu" menjadikan CU lebih dari sekadar lembaga keuangan; ia adalah gerakan sosial yang memberdayakan komunitas. Namun, CU tetap berbeda dari bank, dengan fokus pada pemberdayaan, bukan keuntungan semata.

Kesimpulan

Credit Union di Kalimantan Barat, dengan CU Lantang Tipo, Pancur Kasih, dan Keling Kumang sebagai pelopor, telah membuktikan diri sebagai "Bank Dayak" yang berpijak pada kepercayaan, solidaritas, dan budaya ugahari

Dengan aset triliunan rupiah dan ratusan ribu anggota, CU tidak hanya menggerakkan ekonomi kerakyatan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial. Penghargaan seperti KSP Award 2014 mengukuhkan posisi CU sebagai model koperasi unggul. Ke depan, CU harus terus berinovasi, menjaga identitasnya sebagai benteng ekonomi rakyat, sambil menghadapi dinamika global dengan semangat lantang tipo—tak pernah padam, selalu bertumbuh.

-- Masri Sareb Putra, M.A.


Daftar Pustaka

  • Putra, Masri Sreb. 40 Tahun CU Lantang Tipo. 2016.

  • ----------------------. 30 Tahun CU Keling Kumang: Kerajaan Buah Main Keling Kumang. 2023.

  • ----------------------. 26 Tahun CU Banuri Harapan Kita.

  • Puskopdit BKCU Kalimantan. Laporan Tahunan 2024.

  • Suara Pemred. "Tangan OJK di Credit Union." 2015.

  • Annual Report CUKK, 2025.

LihatTutupKomentar