Dayak: Literasi Dayak dari Masa ke Masa Selayang Pandang
JAKARTA - dayaktoday.com: Sejak bila Literasi Dayak bangkit dan kemudian berjaya? Tidak mudah menentukan tonggak yang menjadi pedoman arahnya! Namun, mari kita mulai dari titik awal penting, yakni ketika pustaka tentang Dayak pertama kali ditulis oleh orang Dayak sendiri pada tahun 1952.
Sebelumnya, tulisan mengenai Dayak banyak dibuat oleh pihak luar, yang sering kali menafsirkan dan mengonstruksi Dayak melalui sudut pandang mereka sendiri.
Baca Kaharingan Setelah Berintegrasi dengan Hindu
Pustaka-pustaka tersebut, meskipun memiliki niat baik, seringkali mengandung mispersepsi, misinterpretasi, dan bias. Contohnya adalah karya Carl Bock, Karl Helbig, dan Windsor yang, meskipun dipercaya secara luas, ternyata banyak mengandung ketidakakuratan mengenai budaya dan kehidupan orang Dayak. Kurangnya pustaka pembanding membuat gambaran keliru tersebut diterima begitu saja oleh masyarakat.
Literasi Dayak yang makin menggeliat
Kini literasi Dayak mulai menggeliat. Muncul banyak tokoh pegiat, baik sebagai penulis, pembaca, penerbit, maupun donatur yang membeli dan membagikan pustaka-pustaka Dayak. Fenomena kebangkitan literasi ini merupakan angin segar yang patut disyukuri, karena turut mewarnai perjalanan sejarah literasi di negeri ini.
Baca Dayak Bukan Berasal dari Yunnan tapi dari Gua Niah: Ini Bukti Ilmiah Uji-karbon 40.000 Tahun Silam
Para penggiat literasi Dayak telah memberikan kontribusi besar yang layak dicatat dan diabadikan. Tidak hanya sebagai upaya merawat ingatan, tetapi juga sebagai tonggak sejarah bahwa perjalanan literasi negeri ini diwarnai oleh kebangkitan literasi Dayak. Berikut adalah senarai pegiat Literasi Dayak masa ke masa:
- Tjilik Riwut – Menulis buku Sejarah Kalimantan (1952), Maneser Panatau Tatu Hiang (1965), dan Kalimantan Membangun (1979).
- Fridolin Ukur – Menerbitkan buku Tantang-Jawab Suku Dayak (1971).
- Ding Ngo – Menulis 7 jilid buku Syair Lawe Dayak Kayan (1984/1985) dan Sejarah Kayan.
- Korrie Layun Rampan – Menulis novel sejarah Upacara (1978) dan memenangkan sayembara Roman DKI.
- Dr. Yansen TP, M.Si. – Pegiat literasi Kalimantan Utara yang menulis Hidup bersama Allah Jadi Produktif (2019), yang melibatkan 32 anggota keluarga dan memegang rekor MURI. Yansen juga aktif membangun komunitas literasi nasional melalui kegiatan seperti Batu Ruyud Writing Camp (2022) dan Literasi di Cikeas (2023).
- Prof. Usop yang menuis dan menerbitkan "buku babon" Pakat Dayak (1996).
- Prof. Sion Holten yang menulis dan menerbitkan buku-buku akadmik terkait metodologi penelitian.
- Prof. Tiwi Etika yang banyak menulis filsafat Dayak dan topik seputar Kaharingan dan Hindu.
- Prof. Yetrie Ludang yang meneliti dan publikasi tanaman herbal khas Dayak.
- Prof. Sosilawaty yang banyak menulis dan publikasi terkait hutan dan lingkungan.
- Prof. Tonich Uda yang meneliti dan menulis topik pendidkan dan SDM Dayak.
- Dr. Stefanus Masiun yang meneliti dan banyak publikasi terkait topik Valuasi Hutan Adat Dayak.
- JJ Kusni sastrawan prolifik angkatan '66 yang menyejarah.
- Dr. Mugeni, S.H., M.H. – Pegiat literasi Kalimantan Tengah dan Ketua Komunitas Penulis Literasi Dayak; penulis Catatan Pagi dan beberapa buku terkait topik lokal.
- R. Masri Sareb Putra – Menulis novel sejarah Ngayau, Keling Kumang, dan menjadi penerbit pertama yang mengusung label Dayak (Lembaga Literasi Dayak, 2015).
- Drs. Paulus Florus – Menyunting buku Kebudayaan Dayak: Transformasi & Aktualisasi.
- Vedastus Ricky yang meneliti dan menulis topik terkait topik Sikap dan Pandangan Hidup Orang Dayak.
- Prof. Kumpiady Widen yang menulis sejarah Kerajaan Nansarunai dan sejumlah buku antropologi Dayak.
- Edy Petebang – Menulis buku Dayak Sakti (1998), serta menjalankan penerbitan dan percetakan di Pontianak.
- Endy Permana – Penulis dan pegiat literasi di Kalimantan Barat.
- Drs. Cornelis, M.H. – Bibliofil, motivator literasi, dan penggerak distribusi buku-buku penulis Dayak.
- Alexander Mering – Pendiri komunitas penulis Komunitas Mata Enggang dan penulis buku Sarang Enggang.
- Dr. Suriansyah Murhaini – Akademisi yang menulis buku Singer – Hukum Adat Dayak Ngaju.
- Prof. Thambun Anyang – Menulis buku Dayak Taman (1988).
- Munaldus (Liu Ban Fo) – Menulis buku Kidung di Tampun Juah (2017) dan sejumlah buku lain tentang Credit Union serta Kebangkitan Dayak.
- Damianus Siyok – Bersama penerbit Sinar Bagawan Khatulistiwa, mengedukasi masyarakat melalui tulisan-tulisannya.
- Pitalis Mawardi – Mengelola Penerbit PT. Putra Pabayo Perkasa yang berlokasi di Jalan Kom Yos Sudarso, Pontianak, Kalimantan Barat.
- Budi Miank – Menggerakkan komunitas penulis di Pontianak dan Kalimantan Barat di bawah naungan Kosa Kata.
- Dr. Kristianus Atok yang meneliti dan menulis sejumlah buku terkait tenun, adat, dan budaya Dayak.
- Dr. Wilson yang menulis dan meneliti serta publikasi Relasi Dayak - Islam dan Ensaid Panyae.
- Dr. Harin Tiawon yang menulis buku Strategi Ketahanan Pangan (2024) menang Buku Terbaik Perpusnas 2024.
- Dr. Telhalia yang meneliti dan publikasi teologi kontekstual.
- Dr. Tirta Susila yang fokus pada penelitian dan buku terkait korban dan persembahan.
- Dionisius Meligun yang meneliti dan menulis topik perkawinan dan adat Dayak Mualang.
- Dr. Valentinus Saeng yang menulis dan menerbitkan pemikiran dan kajian filsafat Dayak.
- Prof. Lambut yang meneliti dan menulis bahasa Dayak Ngaju.
- Dr. Samho yang meneliti dan menulis adat budaya Dayak serta menyusun Kamus Dayak Jangkang - Indonesia.
- Dr. Muner Daliman yang meneliti dan menulis buku sekitar Religiositas Suku Dayak dan Kepemimpinan (Hidup Sukses Dikendalikan Visi).
- Simon Devung yang meneliti dan mempublikasikan topik Adat dn Tradisi Suku Dayak Kayan.
- Dr. Tresia Kristiana yang meneliti dan mempublikasikan ekonomi kreatif di Sintang dan penelitian sosial.
- Prof. Hamid Darmani yang meneliti dan mempublikasikan topik pendidikan dan pengembangan SDM Dayak.
- Lahajir yang meneliti dan menulis topik Sistem Peladangan suku Dayak pada awal mula yang menjadi acuan banyak peneliti kemudian.
- N. Diana, penulis produktif yang banyak menerjemahkan topik hutan dan lingkungan di Kalimantan.
- Dr. Albert Rufinus pakar semiotika Dayak yang meneliti dan menulis adat dan kebudayaan Dayak, antara lain tentang Lawe.
Baca FILSAFAT DAYAK Usaha Rasional Memahami Penduduk Asli, Alam Semesta, dan Budaya Borneo Masa ke Masa
Selanjutnya, nama-nama berikut menampilkan tokoh-tokoh yang telah turut menyumbangkan karya dan ide besar dalam membangun literasi Dayak. Karya mereka telah melanglang buana, dimuat media lokal dan nasional, antara lain:
- Markus Mardius
- Djuweng
- Nivo Andas Putra
- V. Julipin
- Albertus Imas
- Simon Takdir
- Amon Stefanus
- Alkap Pasti
- Thomas Tion
- Lorensius Amon
- Tina Lie yang membangun komunitas literasi Bumi Menulis dan menulis sejumlah buku bermutu.
- Liberty Hia yang meneliti dan menulis buku muatan lokal Dayak.
- Herlina yang menulis buku Ensangan Dayak Kerabat dan kawan-kawan dosen ITKK yang meraih Penghargaan MURI dengan menerbitkan 60 buku ber-ISBN (2024).
- R. Musa Narang yang meneliti dan publikasi topik pendidikan asrama dan CU Pancur Solidaritas.
Lalu, dilanjutkan dengan penulis dan pengarang muda yang boleh dibilang hasil regeneasi zamannya. Mereka antara lain:
- Tina Borneo – Pegiat literasi yang berfokus pada literasi digital dan memperkenalkan karya sastra Dayak melalui media online.
- Lio Bijumes – Penulis muda yang menyumbangkan karya dalam genre sastra dan budaya Dayak.
- Nyaming – Aktivis literasi dan penulis yang menyoroti isu sosial serta budaya melalui tulisan-tulisannya.
- Kolek – Penulis dan pegiat budaya Dayak yang telah menghasilkan karya sastra yang semakin dikenal luas.
- Resty Kencana – Penulis dan aktivis yang mempromosikan kebudayaan Dayak melalui karya-karya tulis yang menyentuh berbagai aspek kehidupan.
- Paran Sakiu – Nama yang semakin dikenal dalam dunia literasi Dayak, dengan karya yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Dayak.
- Sandy Firy, pengarang muda dari Kalimantan Selatan yang produktif dan karyanya menasional.
- Petrus Juli yang membangun Ruang Literasi di SMA Pancasetia Sintang dan menulis sejumlah buku.
- Agustinus Tamtama, penulis muda berbakat yang menulis dan menerbitkan buku Dayak Krio.
Regenerasi Penulis Dayak
Meski mereka merupakan "muka baru" dalam alam literasi Dayak, kelompok yang terdiri dari Tina Borneo, Lio Bijumes, Nyaming, Kolek, Resty Kencana, dan Paran Sakiu telah membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan para penulis dan penggiat literasi lainnya. Karya-karya mereka tidak hanya produktif, tetapi juga berkualitas dan memiliki daya saing tinggi di tingkat nasional. Kehadiran mereka semakin memperkaya khazanah literasi Dayak, menunjukkan bahwa perkembangan literasi ini melibatkan tidak hanya para senior, tetapi juga generasi baru yang siap membawa pembaharuan dan pengaruh besar bagi kebudayaan Dayak di masa depan.
Baca Dayak: Origins and First Use as Indigenous Identity of Borneo
Sejak tahun 2023, para pekerja kata, sastrawan, pengarang, pekerja media digital, penulis, dan munsyi Dayak semakin terhimpun dalam wadah baru yang sangat penting, yaitu Grup WhatsApp "Literasi Dayak". Setiap hari, komunitas ini aktif berdiskusi dan membahas berbagai isu literasi Dayak, memperkaya pengetahuan serta saling berbagi wawasan mengenai perkembangan dunia literasi di kalangan orang Dayak. Ini merupakan wujud kekompakan dan semangat kolaborasi untuk terus memperkuat literasi Dayak, sehingga berdampak luas di berbagai lapisan masyarakat. Dengan adanya wadah ini, semangat literasi Dayak semakin terjalin erat dan menjadi bagian integral dari kebangkitan literasi nasional.
Jika Anda, sebagai pembaca, menemukan nama dan karya tulis para penggiat literasi Dayak di jagad maya, internet, atau melalui mesin pencarian Google, itu sudah merupakan semacam jaminan mutu. Mengapa demikian? Karena karya-karya dari para penulis dan pegiat literasi tersebut telah masuk ke dalam Grup WhatsApp "Literasi Dayak" dan disertifikasi. Sertifikasi ini menandakan bahwa tulisan-tulisan yang beredar telah melalui proses seleksi dan validasi oleh komunitas yang mendalami literasi Dayak, sehingga menjamin kualitas, integritas, dan relevansi karya tersebut.
Nama lain di luar senarai ini
Tentu masih ada banyak nama lain yang belum tercantum di atas, para pekerja kata dan pelaku literasi Dayak yang tersebar di berbagai penjuru, yang secara konsisten menyumbangkan karya, ide, dan semangat kreatif mereka. Mereka hadir dari berbagai lapisan masyarakat; ada yang berasal dari komunitas lokal yang kecil namun penuh inovasi, ada pula yang telah mengintegrasikan teknologi digital dalam berkarya untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Keberadaan mereka memberi warna dan dinamika tersendiri dalam peta literasi Dayak, menunjukkan bahwa perjalanan menulis dan mendokumentasikan warisan budaya ini tidak hanya bergantung pada sejumlah tokoh tertentu, melainkan merupakan hasil kolaborasi kolektif yang terus berkembang dan semakin beragam.
Baca Jejak Dayak Purba: Peradaban Pleistosen Di Borneo
Nama dan kiprah para pelaku literasi ini telah dan akan terus membangun kembali citra Dayak sebagai etnis yang hebat, berkelas, serta telah tumbuh menjadi bagian integral dari kelas menengah yang modern dan dinamis. Kontribusi mereka, meskipun mungkin masih tersembunyi di balik layar, memiliki peran penting dalam menulis ulang narasi tentang kekayaan budaya, tradisi, dan nilai-nilai luhur masyarakat Dayak.
Dalam waktu mendatang, kisah-kisah inspiratif dan dedikasi mereka akan diabadikan dalam narasi tersendiri. Sebab mereka bukan hanya mencatat pencapaian mereka, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan literasi yang telah dibangun dengan penuh cinta dan semangat kebersamaan.
-- Masri Sareb Putra